Saturday, 24 October 2015

Mengenal Senjata M16 dan AK-47

M16 (atas) dan AK-47. Foto: military-today

M16 dan AK-47 adalah dua senapan serbu yang paling ikonik di dunia. Dua jenis senjata ini harus diakui menjadi dua dari banyak pilihan senapan yang terus berkembang. 
Senapan serbu pada dasarnya adalah 'perkawinan' dari submachine gun dan rifle. Senapan serbu pertama kali digunakan dalam jumlah besar selama Perang Dunia II. Sebelum itu, senapan mesin ringan adalah senjata pilihan.

Avtomat Kalashnikova 1947 (AK-47) dikembangkan pada tahun 1947 dan pertama kali digunakan oleh Uni Soviet pada tahun 1949. Sejak diperkenalkan menjadi senjata standar angkatan bersenjata Soviet, senapan yang juga dikenal dengan Kalashnikov ini menjadi senjata yang sukses di antara senjata api lainnya, di luar efektivitas pistol, senapan mesin dan senapan para penembak jitu.

Sementara M16 adalah desain yang lebih modern. Selama Perang Vietnam, Amerika Serikat dihadapkan fakta bahwa mereka tidak bisa memenangkan pertempuran dengan M14 melawan AK-47. Pengganti diperlukan. Maka diracik lah senapan serbu AR-15 yang terus dikembangkan dan diadopsi oleh Eugene Stoner pada awal 1960-an. M16 kemudian akhirnya menjadi senapan standar militer AS.

AK-47. Foto: AFP

Dilihat dari konsep atau desainnya, AK-47 terinspirasi dari konsep perang ala Soviet. Sederhana, mudah dioperasikan namun mematikan. Ya, AK 47 adalah senjata sederhana dalam desain dan teknologi. Dia pun termasuk dalam teknologi rendah yang murah diproduksi dalam jumlah besar. Namun kesederhanaan justru menjadi kunci keberhasilannya. Senapan serbu ini sangat cocok untuk pengguna yang kurang terlatih atau bahkan yang tidak terlatih. Dan jika di tangan ahli, AK-47 sangat menakutkan.

Sementara M16 adalah kesimpulan dari senjata senapan serbu yang lebih modern dan lebih maju. Kinerjanya lebih unggul dibanding AK-47. Namun optimalisasi dari senapan yang satu ini hanya bisa berada di tangan seorang prajurit terlatih.

Soal konstruksi, perbandingan AK-47 dan M16 benar-benar menjabarkan perbedaan besar antara Timur dan Barat. AK-47 adalah senjata yang sangat tradisional, dengan desain konvensional dan menggunakan bahan-bahan yang umum, seperti baja dan kayu. Hal ini dibuat dengan menggunakan teknologi mesin yang tak rumit, tersedia. Bagian-bagian yang diproduksi kurang presisi. Dari sudut pandang teknik itu adalah senjata berteknologi rendah.

Sedangkan M16, saat pertama kali diperkenalkan sudah langusng menjadi senjata yang sangat canggih. Angkatan Darat AS sempat menuntut untuk membuatnya lebih ringan. Ini kemudian memaksa desainer dari M16 untuk bekerja lebih radikal dalam urusan konstruksi. Senapan serbu ini dibuat dari bahan yang ringan, menggunakan aluminium di bagian baja dan fiberglass di bagian kayu.
Bagaimana dengan perbandingan sisi yang lebih teknis?

AK-47 mengambil keuntungan dari konstruksinya yang lebih sederhana. AK-47 menggunakan amunisi 7,62 mm. Senjata ini tidak benar-benar oke untuk menembak pada jarak lebih dari 200 meter. Jarak efektif maksimum adalah 300-400 meter. Di luar itu tidak akan memukul apapun.

Foto: wikimedia

Sementara peluru M16 lebih ramping, 5,56 mm. Beratnya setengah lebih banyak daripada AK-47. Akibatnya M16 memiliki jangkauan yang lebih panjang dan lebih akurat. M16 memiliki jangkauan efektif 400-500 meter.

Bagaimana dengan akurasinya? M16 jauh lebih akurat daripada AK-47. M16 jauh lebih halus sebagai senjata dalam sebuah operasi. Doi lebih mudah dikontrol saat sebelum maupun sesudah ditembakkan.

Di sisi lain AK-47 lebih kurang seimbang. Mekanisme internalnya mundur sedikit dari pusat. Karena potongan dasarnya mayoritas logam, maka setelah ditembakkan akan sedikit lebih nakal bergerak dibanding M16. Namun senjata ini memiliki posisi tradisional buttstock. Semua fitur ini dikombinasikan menjadi penyebab moncong memanjat setelah setiap tembakan. Hal ini membuat AK-47 sangat akurat selama tembakan full-auto.

AK-47 yang menggunakan peluru bulat 7,62 mm, membuat dia lebih lambat dan kurang akurat. Tetapi kekuatannya tidak bisa dibantah. Senjata ini lebih unggul dalam hal penetrasi dan tenaga pengereman. Sementara M16 yang menggunakan peluru lebih ringan, 5,56 mm, memiliki pergerakan peluru yang lebih cepat. Namun pukulan dari M16 tidak begitu kuat dibanding AK-47.

Soal kemudahan penggunaan, jelas AK-47 menjadi senapan serbu yang dirancang untuk mempermudah orang yang bahkan tak terlatih sekalipun. Dikutip dari Military-Today, AK-47 ini bahkan bisa dengan mudah dioperasikan oleh anak-anak. Beda dengan M16!

Namun soal kecanggihan dan keluwesan, M16 lebih di depan. Bukan rahasial lagi, penggunaan berbagai aksesoris dapat meningkatkan kinerja dari senapan serbu dalam pertempuran. Nah, AK-47 tidak dirancang untuk banyak dandanan, kecuali bayonet. Meskipun setelah pengembagan, AK-47 mulai bisa dipasangkan tambahan aksesoris.

AK-47 dapat dilengkapi dengan 25-mm underbarrel peluncur granat. AK-47 memiliki kemampuan untuk meluncurkan 22-mm granat senapan dengan menggunakan adaptor. Namun kemampuan ini jarang digunakan.

Sementara M16 juga dilengkapi dengan bayonet. Senjata ini dirancang untuk bisa menggunakan bipod. M16 juga kompatibel dengan 40-mm underbarrel peluncur granat. Dia juga bisa meluncurkan 22-mm granat senapan tanpa menggunakan adaptor. Pokoknya, senapan serbu yang satu ini sangat mudah beradaptasi.

M16. Foto: wikipedia

Kini, produksi AK-47 sudah jutaan. Uni Soviet (kini Rusia) sudah mengirim, membagikan dan menjual senjata ini kepada para sekutunya. Sejumlah pabrik pun sudah berdiri di seluruh dunia untuk menghasilkan AK-47, salinan atau klonnya. Hal ini juga membuat dampak budaya yang signifikan. Bayangkan, Mozambik bahkan menampilkan senjata ini pada benderanya.

AK-47 dan turunannya sekarang digunakan oleh sekitar 100 angkatan bersenjata. Tak ada angka pasti, namun Military-Today meyakini setidaknya 75 juta unit AK-47 tersebar di pelosok dunia.
Di sisi lain M16 lebih populer di kalangan negara-negara di mana kurang pengaruh dari Uni Soviet (Rusia). Sekitar 8 juta dari senapan serbu sudah diproduksi. Senjata ini juga sudah banyak kloning dan disalin. M16 dan turunannya digunakan oleh lebih dari 70 negara. 

So, kedua senjata ini memiliki kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Dan hingga saat ini kedua senjata ini terus menunjukkan efektivitasnya. Di Indonesia? Varian dua jenis senapan serbu ini cukup banyak beredar di kalangan TNI dan Polri. (adk/jpnn)

Dulu Presiden Kennedy Sambut Soekarno, Sekarang Obama Tidak Sambut Jokowi di Bandara Andrews

Jokowi Melawat ke Amerika Serikat

Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi saat menerima kunjungan kenegaraan Sri Baginda Ratu Margrethe II Denmark beserta Yang Mulia Pangeran Consort, yang disambut dengan upacara kenegaraan, Kamis (22/10/2015) di Istana Merdeka, Jakarta. 

Presiden Joko Widodo dan rombongan dijadwalkan tiba di Amerika Serikat Minggu, 25 Oktober 2015 pagi waktu setempat atau Minggu malam WIB. 
Pesawat kepresidenan jenis Boeing Business Jet 2 (BBJ2), varian dari Boeing 737-800, yang membawa rombongan, dijadwalkan mendarat di Landasan Udara Joint Base Andrews.

Itu merupakan fasilitas militer Amerika Serikat yang terletak di negara bagian Maryland, tak jauh dari ibu kota Washington DC.

Sejak tahun 1959, landasan udara yang merupakan kediaman pesawat kepresidenan AS Air Force One ini memang ditetapkan sebagai titik keluar masuk tamu negara. Presiden akan disambut oleh Duta Besar RI untuk AS Budi Bowoleksono dan perwakilan Pemerintah Amerika.

Tetapi bukan oleh Presiden Barack Obama. Mengapa demikian? Memang, sesuai protokol, sejak tahun 1960-an, biasanya Presiden AS tidak menyambut tamu negara, termasuk kepala pemerintahan di Landasan Udara Andrews.

Hal berbeda sebagaimana dilakukan oleh Presiden John F Kennedy ketika menjemput Presiden Soekarno pada April 1961 dan September 1961.

Hanya ada beberapa pengecualian dalam penyambutan tamu negara di Andrews, yaitu ketika Presiden Obama dan keluarganya menyambut Paus Fransiskus bulan September lalu.
Itu melanjutkan tradisi yang dimulai Presiden George W Bush ketika menyambut Paus Benediktus tahun 2008.

Ada pula saat presiden dan tamu negara akan segera terbang ke lokasi lain, sebagaimana yang dilakukan Presiden Obama saat menjemput Presiden Perancis Francois Hollande ke Andrews tahun 2014.

Saat itu, kemudian Obama mengajak Francois Hollande terbang ke Charlotesville mengunjungi Monticello, kediaman Thomas Jefferson, Presiden ketiga Amerika Serikat.

Dari Andrews, Presiden Jokowi menuju Blair House, wisma khusus untuk tamu negara yang terletak tak jauh dari Gedung Putih.

Staf Blair House sudah siap menyambut Presiden Jokowi, termasuk dengan pengibaran bendera Merah Putih di depan gedung.

Presiden Jokowi baru akan bertemu Presiden Obama dalam pertemuan di Gedung Putih yang dijadwalkan pada Senin, 26 Oktober.

tribunnews 

KFX/IFX Sudah Hampir Mendapatkan Empat Teknologi Inti

Meskipun mendapat penolakan dari Washington untuk mendapatkan teknologi penting untuk membangun jet tempur canggih, Korea telah berhasil mengembangkan sendiri beberapa sistem yang dibutuhkan.
Penolakan transfer teknologi dari AS dianggap sebagai kemunduran besar.

Permintaan Seoul untuk mendapatkan teknologi inti dari Washington berulang kali ditolak, dan penolakan terbaru datang saat Presiden Park Geun-hye mengunjungi Amerika Serikat awal bulan ini.

Agency for Defense Development (ADD) atau Badan Pembangunan Pertahanan Korea telah berhasil mengembangkan dua dari empat teknologi inti sendiri.

ADD bahkan telah memamerkan versi trial dari sistem Infrared Search And Track (IRST) dan perangkat Electro-Optical Target Tracking Devices (EO TGP) di pameran kedirgantaraan Seoul International Aerospace and Defens Exhibition (ADEX). Produk ujicoba tersebut dibangun bekerjasama dengan perusahaan Korea, dipamerkan secara tertutup dan hanya diperlihatkan untuk tamu-tamu pilihan.

ADEX 2015 sendiri berlangsung dari Selasa sampai Minggu di Seoul Air Base di Gyeonggi selatan.
 Selain kedua teknologi tersebut, Amerika Serikat juga menolak untuk mentransfer teknologi radar AESA dan jammer radio frekuensi (RF). ADD sebenarnya juga telah menyelesaikan pembangunan jammer RF, tetapi produk tersebut tidak dipamerkan di ADEX 2015.


Sementara ADD berhasil mendapatkan tiga dari empat teknologi inti, perlu lebih banyak pekerjaan untuk mengembangkan radar AESA. Para peneliti telah berhasil mengembangkan modul setengah jadi, dan masih membutuhkan waktu untuk membangun sepenuhnya radar AESA yang mampu bekerja pada jet tempur KFX.

Dari uji produk yang dipamerkan, sistem IRST sebenarnya dibangun untuk kapal perang, dan masih memerlukan sedikit modifikasi untuk dapat diinstal di pesawat tempur.
ADD Korea sebenarnya sudah mulai mengembangkan empat teknologi inti sejak pertengahan 2000-an.


Meskipun ada kemajuan dalam pengembangan empat teknologi inti jet tempur, Korea belum berani memulai pembangunan pesawat prototipe program KFX. Pesawat tempur KFX/IFX kelak akan banyak beroperasi di bawah kondisi yang ekstrim, ada kekhawatiran terjadi malfungsi ketika sistem yang baru dikembangkan tersebut ditempatkan pada pesawat tempur.

Operasi Pasukan Reaksi Cepat TNI AL di Pulau Parit

Lokasi penangkapan Marwan, anggota kelompok Zakir, perompak kapal MV Merlin.

Tim khusus dari Komando Armada Barat TNI AL atau Western Fleet Quick Response (WFQR) kembali menangkap seorang perompak di Pulau Parit, Kepri, Jumat sore (23/10/2015).

Perompak ini merupakan anggota kawanan Zakir yang ditangkap sehari sebelumnya di tempat yang sama.

Kawanan Zakir ini merupakan pelaku perompakan MV Merlin yang berbendera Marshall Island, beberapa waktu lalu.

“Pelaku yang ditangkap sore tadi bernama Marwan. Dia ditangkap di atas bukit di Pulau Parit setelah dikepung pasukan reaksi cepat Armabar dari Lanal Tanjung Balai Karimun,” kata Kadispenal Laksamana Pertama M Zainudin kepada Tribunnews.com, Jumat (23/10/2015).

Kelompok Zakir ini sementara diketahui beranggotakan empat orang. Dua di antaranya yakni Zakir sendiri dan Marwan sudah ditangkap.

“Sedangkan dua lagi disinyalir sudah berada di Pulau Jawa. Mereka sedang diburu oleh Detasemen Intel Armada Barat,” tandas Zainudin.

Seperti diberitakan Tribunnews, Kamis (22/10/2015) kemarin, tim khusus dari Komando Armada Barat TNI AL atau Western Fleet Quick Response (WFQR) kembali menangkap kawanan perompak yang biasa beraksi di laut.

Tim WFQR dari Lanal Tanjung Balai Karimun (TBK) kali ini menggulung para pelaku kejahatan di Pulau Parit, Karimun, Kepri, 22/10/2015.

[Dunia] Rusia Ingin Pertemuan Dengan Semua Oposisi Suriah

Rusia bertemu dengan Arab Saudi, Turki, dan Amerika Serikat untuk membahas perang di Suriah.

Sekutu Suriah, Rusia, mengatakan bahwa seharusnya ada pertemuan antara pemerintah Suriah dan "setiap spektrum" oposisi.
Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov juga mendesak ada upaya yang lebih intensif untuk mencari solusi politik buat perang. 

Pernyataan Lavrov disampaikan setelah pertemuan dengan Arab Saudi, Turki, dan Amerika Serikat.
Pada Kamis, Presiden Putin mengindikasikan bahwa rezim Suriah siap bekerja dengan beberapa kelompok pemberontak melawan kelompok ISIS. 

Menurut Putin, Presiden Assad menyetujui ide tersebut dalam kunjungannya ke Moskow.
Berbicara di awal pertemuan di Wina pada Jumat, Lavrov mengatakan, "Kita semua di posisi sama, mendorong upaya proses politik dalam kesepatan di Suriah. Ini harus menjadi awal dari pertemuan seluruh pihak antara perwakilan pemerintah Suriah dan setiap spektrum dari oposisi Suriah, baik domestik maupun luar negeri - dengan dukungan pemain luar."

Lavrov tidak menyebut secara jelas kelompok oposisi mana yang harus diikutkan dalam pertemuan.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry, yang juga hadir, mengatakan bahwa pertemuan tersebut "konstruktif" dan proses negosiasi yang lebih luas bisa terjadi pekan depan. 

Amerika Serikat, Turki, dan Arab Saudi mendukung semua kelompok pemberontak yang melawan pemerintah Suriah. Rusia mendukung Presiden Assad. Langkah Rusia menerima Assad pada Selasa (20/10) lalu mendapat kritik dari Amerika Serikat. 

Rusia sudah mengebom target-target di Suriah sejak bulan lalu. Menurut Rusia, mereka menyerang sasaran ISIS tapi kekuatan Barat mengatakan Rusia lebih banyak menyerang kelompok pemberontak, termasuk yang didukung oleh negara Barat dan negara-negara Teluk. 

Upgrade Panser VAB TNI AD


Upgrade kendaraan tempur TNI AD jenis VAB 4×4 (all photos : Alam Indomesin Utama)

Upgrade kendaraan tempur TNI terus dilakukan, kali ini panser VAB milik TNI Angkatan Darat dilakukan upgrade transmisinya yang semula menggunakan transmisi manual diganti dengan jenis automatik. Jenis transmisi yang baru ini menggunakan produk Jerman dari ZF transmission.


TNI AD memiliki 18 unit panser VAB 4×4 dari Prancis hasil pengadaan yang dilakukan pada tahun 1997, selanjutnya TNI AD membeli lagi panser VAB sejumlah 32 unit pada tahun 2006. Berbeda dari sebelumnya kali ini jenis yang dipilih beroda 6×6. Keseluruhan panser ini dioperasikan oleh Yonkav 7/Sersus di Jakarta Timur.


Alam Indomesin Utama adalah rekanan TNI yang banyak menangani upgrade kendaraan dan senjata TNI. Tercatat beberapa jenis kendaraan tempur TNI pernah dilakukan upgrade disini seperti AMX-13 dan BTR-50. Perusahaan ini juga terpilih sebagai mitra lokal untuk memasok meriam pertahanan udara Oerlikon Skyshield untuk TNI AU yang sekaligus membuat beberapa komponen secara lokal.

Defense-studies 

Pindad Kebanggaan Angkatan Darat dan Kebanggaan Indonesia


Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Dankodiklat TNI AD) , Letnan Jenderal TNI Agus Sutomo beserta rombongan, mengunjungi PT Pindad (Persero) pada 23 Oktober 2015. Didampingi oleh para Komandan Pusat Kesenjataan dan Komandan Pusat Pendidikan yang berada di bawah naungan Kodiklat TNI AD, rombongan diterima oleh Direktur Utama PT Pindad (Persero), Silmy Karim, di Auditorium Gedung Direktorat PT Pindad, Bandung. “Kehadiran kami kali ini secara emosional adalah untuk lebih merasa memiliki, karena Pindad adalah bagian penting bagi Angkatan Darat. Kami berharap Pindad ke depan semakin maju karena modalnya sudah ada, tinggal mendapatkan peluang, ada kemauan, dan akan menuai prestasi,” tutur Agus Sutomo pada kata sambutannya.

Dankodiklat menambahkan bahwa Pindad merupakan bagian dari aset Angkatan Darat yang patut diberi perhatian lebih karena industri pertahanan merupakan bagian dari bagaimana kita memahami postur pertahanan nasional dalam menghadapi ancaman di masa depan. “Pindad adalah industri pertahanan yang merupakan kebanggaan Angkatan Darat dan kebanggaan Bangsa Indonesia. Karena kalau kita bicara tentang ancaman ke depan, kita harus kenali diri sendiri dan kenali musuh. Kalau kenali diri sendiri, berarti kita bicara postur, bicara kemampuan, dan gelar kekuatan. Kemampuan itu artinya alutsista yang modern, canggih, dan juga sumber daya manusia yang mumpuni untuk menghadapi ancaman musuh,” tambah Agus. Ia juga menekankan kepada jajaran TNI AD untuk terus memberikan sumbangsih pemikirannya agar Pindad dapat maju, sehingga di masa depan tidak ada ketergantungan ke luar negeri untuk pengadaan alutsista. 


Direktur Utama PT Pindad (Persero), Silmy Karim mengatakan bahwa Pindad terus melakukan transformasi guna memberikan produk-produk pertahanan dan keamanan yang berkualitas, untuk bersinergi dengan pengguna untuk mengurangi ketergantungan pada impor. “Tugas kita sebenarnya sama, yaitu sama-sama membangun. Yang satu, membangun dalam konteks penggunaan dan operasi sementara yang lain membangun dengan menyiapkan senjatanya. Ketika masih bergantung kepada impor, bagaimana mensiasatinya? Pelaku-pelaku industri pertahanan dalam negeri harus menjaga kontinuitas dari penggunaan, pemeliharaan, dan layanan purna jual untuk terus terintegrasi,” tuturnya. Ia juga menambahkan jika membeli pada industri dalam negeri, maka akan banyak nilai tambah yang akan didapatkan, antara lain teknologi, lapangan pekerjaan tambahan, dan pajak. Paradigma ini yang terus ia tekankan.


Silmy juga menekankan bahwa kunjungan para pengguna ke PT Pindad (Persero) merupakan cara yang baik untuk terus menjalin komunikasi yang baik antara industri dan pengguna untuk kembali pada tujuan awal, yaitu sama-sama membangun. “Saya ingin pengguna dan industri menjadi dekat dalam hal membangun kekuatan pertahanan yang riil, yaitu membangun dengan memproduksi sendiri,” ujarnya. 

Rombongan Dankodiklat TNI AD melanjutkan agenda hari itu dengan mengunjungi fasilitas produksi untuk produk-produk persenjataan PT Pindad (Persero), yaitu Divisi Senjata. Rombongan juga mendapatkan kesempatan untuk mencoba performa produk secara langsung, antara lain Panser Anoa 6x6, Panser Komando Badak, serta beberapa produk senjata seperti senapan serbu SS2-V4, PM2 gas operated, dan pistol G2 seri Combat dan Elite. (Anggia)

Pindad 

Uji Roket Dinamis RHan-122 B dengan Desain Warhead Baru


Lima unit roket pertahanan RHan-122 B berhasil diluncurkan dalam uji dinamis yang dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2015 di Lapangan Balai Produksi dan Pengujian Roket LAPAN Pameungpeuk, Garut. Pengujian ini dihadiri oleh instansi pemerintahan dan perusahaan BUMN yang tergabung dalam Konsorsium Roket Nasional yaitu Kementerian Pertahanan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), PT Pindad (Persero), PT Dahana (Persero), dan PT Dirgantara Indonesia (Persero). Menggunakan peluncur roket PL 112 B dengan laras tunggal GRAD RM-70, lima unit RHan-122 B berhasil diluncurkan dengan baik.


Uji dinamis dilakukan dengan tujuan untuk memvalidasi desain roket RHan-122 B setelah dilakukan perbaikan dengan melakukan pengamatan dan perekaman data performansi roket pada saat diterbangkan, juga untuk menguji integrasi desain dan robustness design roket. Uji dinamis yang dilakukan sebelumnya, 20 Agustus 2015, berhasil dengan baik dan menghasilkan desain motor roket yang dinyatakan sudah freeze. Namun, pengujian beberapa unit saja dirasa belum cukup untuk produk yang akan diproduksi secara massal. Selain itu, desain warhead yang digunakan saat itu dinilai belum dapat digunakan sebagai sistem alutsista. Oleh karena, itu dilakukan perbaikan untuk mendapatkan peningkatan performansi dan efektivitas warhead yang lebih baik. Desain warhead yang saat ini digunakan sudah diuji performanya lewat uji statis yang dilaksanakan pada 16-17 September 2015 lalu.


Kepala Kegiatan uji dinamis ini, yang juga menjabat sebagai Kapuslitbang Alpalhan Balitbang Kemhan, Laksmana Pertama TNI Budihardja Raden mengatakan bahwa pengujian hari itu telah berhasil dengan baik, namun masih banyak tugas yang menanti Konsorsium Roket Nasional di masa depan, untuk mewujudkan 7 program nasional yang salah satunya adalah roket. “Ini merupakan perjalanan panjang yang belum selesai, namun demikian hari ini kita telah menorehkan satu milestone, satu tanda dalam sejarah roket nasional. Roket Pertahanan 122 B merupakan produk yang akan terus kita kembangkan untuk mencapai kemandirian dalam produksi roket nasional,” tuturnya.


Lima unit RHan-122 B melalui pengujian yang bersifat ground to ocean, dengan menggunakan empat warhead berbeda. Satu unit dengan warhead inert atau dummy, 1 unit dengan warhead asap, 1 unit dengan warhead telemetry, dan 2 unit dengan warhead high explosive. Uji dinamis ini diharapkan akan menghasilkan data-data untuk mengetahui prestasi terbang roket, perilaku terbang roket, serta konsistensi performansi dan jarak jangkau.


Hasil pengujian ini akan dijadikan bahan evaluasi untuk uji dinamis berikutnya untuk melihat konsistensi performansi roket, sebelum melangkah ke tahap pembuatan tabel tembak dan produksi. (Anggia) 

Evakuasi Warga Korban Asap, TNI AL Kerahkan Dua Kapal

KRI Banda Aceh milik TNI AL. (Reuters/Adek Berry/Pool)

Pemerintah pusat memastikan akan memulai proses evakuasi warga yang terdampak kabut asap di sembilan provinsi. Pemerintah, melalui TNI Angkatan Laut, akan mengerahkan dua kapal jenis landing dock platform.

Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Ade Supendi, mengatakan dua kapal tersebut adalah KRI Banda Aceh dan KRI Teluk Jakarta. Pada operasi selain perang, dua kapal tersebut biasa digunakan untuk misi kemanusiaan.

"Kami menyiapkan dua LPD, khusus untuk penanganan ISPA (penyakit infeksi pernfasan akut). Panglima TNI juga menyuruh kami mempersiapkan KRI Soeharso," ujarnya di kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Jakarta, Jumat (23/10).


Ade menuturkan, tak hanya mengerahkan kapal, TNI juga akan menerjunkan tim kesehatan yang lengkap.

Secara teknis, pasukan TNI AL akan menjemput warga dari dermaga-dermaga terdekat menggunakan kapal kecil yang mampu menampung 100 orang. Kapal itu akan membawa warga ke KRI yang berada di laut.

Warga yang sakit nantinya akan langsung mendapatkan penanganan medis setibanya di KRI. Ade mengatakan, ketika kondisi kesehatan warga tersebut mulai membaik, dia akan dikembalikan ke darat untuk bergantian dengan mereka yang terkena ISPA dan belum mendapatkan perawatan.

Ade memaparkan, satu KRI dapat menampung sekitar 600 hingga seribu orang. Sedangkan untuk tujuan pertama kapal kemanusiaan TNI AL tersebut adalah ibu kota Kalimantan Selatan, Banjarmasin.

"Kami akan menyesuaikan, tergantung BNPB dan BMKG. Yang jelas ke daerah membutuhkan evakuasi dan menuju daerah udaranya cukup segar," ujar Ade.


Ade mengatakan, institusinya tidak dapat menentukan target waktu pelaksanaan program evakuasi tersebut. Yang jelas, menurutnya, evakuasi akan terus berlangsung sebelum kabut asap benar-benar berkurang dan dapat dikendalikan.

Di tempat yang sama Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir, mengatakan kementeriannya telah berkoordinasi dengan para dekan fakultas kedokteran di sejumlah perguruan tinggi. Natsir mengambil langkah itu untuk mendukung proeses evakuasi.

"Hari ini mereka sudah action dan besok sudah harus langsung mengambil tindakan ke lapangan dengan menggunakan peralatan kesehatan yang ada di daerah," ucapnya.


Selain itu, Kemenristekdikti juga akan membagikan penjernih udara ke tujuh provinsi, yakni Riau, Jambi, Palembang, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kaltim.

"ITB dan Undip sudah ada air purifier. Kami sudah suruh mereka memproduksi sebanyak-banyaknya," kata Nasir. (meg)


CNN 

TNI AL: Selat Malaka Tak Lagi Berstatus Paling Berbahaya

Pilot pesawat NC-212 Mayor Laut (P) Hardensi (kanan) dan Co Pilot Lettu Laut (P) Dymas A dari Wing Udara 2 Skuadron 800 Puspenerbal TNI AL melakukan Patroli Maritim ke Selat Malaka, Selasa (10/2). (ANTARA FOTO/Joko Sulistyo) 

Panglima Komando Armada Kawasan Barat, Laksamana Pertama Achmad Taufiqoerrochman, menyatakan kinerja TNI Angkatan Laut telah menghapus status kawasan paling rawan tindak kejahatan dari kawasan perairan barat, termasuk Selat Malaka.

Ia berkata, Selat Malaka tidak lagi dapat disamakan dengan perairan Somalia di Afrika yang rawan perompakan. Ia juga mengklaim, tingkat kejahatan di kawasan tersebut menurun hingga 70 persen setelah triwulan pertama tahun 2015.


"Di Selat Malaka, tidak terjadi penyanderaan seperti yang menimpa kapal MV Sinar Kudus di perairan Somalia. Hanya ada pencurian, tidak ada pembajakan kapal," ujarnya di Jakarta, Jumat (23/10).

Menurut Taufiq, penurunan tingkat kejahatan di Selat Malaka tidak lepas dari kerja sama antara Angkatan Laut Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Keempat angkatan ini secara rutin menggelar operasi patroli di selat yang menjadi salah satu jembatan perdagangan global tersebut.

"Kami sadar, di laut kami mempunyai ancaman yang sama. Kami tidak akan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan itu sendiri," ucap Taufiq. 


Ke depan, Komando Armada Barat akan menggiatkan operasi bersama antarnegara itu. Taufiq yang memimpin pembebasan kapal MV Sinar Kudus dalam Operasi Satgas Merah Putih berkata, operasi itu mencakup program Eyes In The Sky dan Intelligence Working Group.

"Kami akan membuka investigasi bersama. Setelah kami menangkap orang dan menginterogasinya, kami akan memberitahu negara lain," kata Taufiq. Ia berkata, hal serupa juga akan dilakukan Singapura, Malaysia dan Thailand.

Status perairan paling berbahaya sejak lama disematkan ke Selat Malaka. Pada buku berjudul Mengawal Perbatasan Negara Maritim, mantan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan sebelum tahun 2005 tingkat kejahatan di kawasan tersebut sampai pada tahap yang mengkhawatirkan.

Kondisi tersebut menurut Tedjo sungguh miris, mengingat 80 persen lalu lintas ekonomi dan energi negara-negara Asia Timur melalui Selat Malaka. (obs)

CNN 

[Dunia] Hubungan AL China dan AS Masuk Fase Terbaik dalam Sejarah

Hubungan antara Angkatan Laut (AL) China dan AL Amerika Serikat (AS) memasuki fase terbaik dalam sejarah. Hal itu disampaikan Kepala AL China, Wu Shengli, Jumat (23/10/2015).

Indikasi membaiknya hubungan kekuatan maritim kedua negara itu ditandai dengan aksi saling berkunjung ke kapal perang masing-masing.
Komentar itu muncul setelah AS dan China bersitegang soal polemik klaim Laut China Selatan oleh Beijing.

Ketegangan sempat memanas ketika Washington ingin mengirim kapal perang ke dekat pulau-pulau buatan China di Laut China Selatan. AS menganggap rencana itu sebagai bagian dari kebebasan bernavigasi.

Langkah tersebut sempat membuat China tersinggung, karena kawasan Laut China Selatan dianggap sebagai wilayah kedaulatan mereka. Ketegangan diredam setelah China dan AS meningkatkan interaksi militer, termasuk melakukan latihan bersama di laut dan udara.

”Saat ini, hubungan antara Angkatan Laut China dan Angkatan Laut AS mengalami masa terbaik dalam sejarah,” kata Wu, seperti dikutip Reuters. ”Bursa dan komunikasi lebih percaya dan efektif. Ini tidak datang dengan mudah dan merupakan hasil dari kerja keras kedua belah pihak,” ujarnya.

”Di masa depan, pertukaran antara pasukan garis depan dari kedua negara akan secara bertahap menjadi lebih sistematis,” imbuh Wu. Pada awal pekan ini, puluhan perwira Angkatan Laut AS mengunjungi kapal induk China, Liaoning. Mereka juga mengunjungi sekolah kapal selam. (mas)



Ada Apa di Balik Perompakan di Selat Malaka?

Penangkapan perompak (Sindophoto/ilustrasi)

Maraknya aksi perompakan di Selat Malaka dinilai sebagai sesuatu yang sengaja diciptakan. Salah satunya untuk mendapatkan keuntungan terkait klaim asuransi.

"Ada grand design (disain besar) perairan ini tidak aman. 90% kejahatan di sana (Selat Malaka) karena by design. Bisa karena persaingan bisnis dan untuk mendapatkan asuransi," ujar Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI AL, Taufiq R di Mako Armabar, Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Jumat (23/10/2015).

Taufik menjelaskan, biasanya kapal-kapal yang melintas di Selat Malaka membuat laporan palsu dengan menyatakan bahwa kapalnya telah mengalami perompakan.

Namun, setelah dilakukan investigasi, ternyata perompakan dilakukan oleh pihak-pihak yang masih erat kaitannya dengan kapal tersebut untuk mendapatkan klaim asuransi.

"Ini berdasarkan orang-orang yang kita tangkap, ada mastermind yang sudah kita tangkap. Ada yang di Batam yang sudah kita proses, keterlibatan yang lain tentu kita koordinasikan dengan negara lain, karena ini bukan di wilayah kita," tuturnya.

Sejak digelar operasi pengamanan di Selat Malaka sebagai tindaklanjut dari Western Fleet Quick Response (WFQR), Taufik menandaskan jumlah kasus perompakan di Selat Malaka menurun drastis.

"Kalau itu (penurunan) saya pikir di atas 70%. Sekarang Selat Malaka sudah tidak disebut lagi sebagai wilayah perairan yang berbahaya," ucapnya.

sindonews

Rusia Bidik Kerja Sama Empat Industri Dengan Indonesia

Ilustrasi Helikopter Rusia di Indonesia

Rusia membidik kerja sama di empat bidang industri dengan Indonesia, yakni di sektor kemaritiman, kedirgantaraan, logam dan otomotif. "Untuk pengolahan logam, Rusia menawarkan kerja sama tambang bauksit di Kalimantan. Saya tidak ingat persis detail kerja samanya," kataDirektur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian Soerjono di Jakarta, Jumat.

Soerjono menyampaikan hal tersebut usai mendampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin bertemu dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, bersama Delegasi Federasi Rusia, di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta.

Soerjono menambahkan, soal kerja sama maritim, pihak Rusia berencana untuk masuk ke industri pembangunan kapal baru dan reparasi kapal. Menurut dia, "nelayan Indonesia membutuhkan teknologi yang bisa memastikan ikan itu ditangkap.

Mereka yang sangat tertarik," ujar Soerjono. Diketahui, perusahaan yang hadir dalam pertemuan tersebut yaitu United Shipbuilding Corporation. Menurut Soerjono, pihak Rusia juga meminati dunia otomotif Indonesia, di mana mereka punya pabrikan bagus dan menguasai pasar dalam negeri Rusia. 

Kerja sama dengan Rusia perkuat Indonesia di jaringan global

Kerja sama perusahaan Indonesia dan Rusia di industri manufaktur akan memperkuat peran nasional di jaringan suplai global, kata Menteri Perindustrian, Saleh Husin. "Kemitraan ini membuka akses lebih luas di pasar komoditas dan investasi dunia," kata Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Achmad Dwiwahjono, melalui siaran pers di Jakarta, Jumat.

Dijetahui, Direktur Industri Alat Transportasi Darat di Direktorat Jenderal ILMATE Kemenperin, Soerjono, menambahkan, delegasi Rusia juga ingin meramaikan bisnis otomotif khususnya kendaraan roda empat dan alat berat.

“Ini menarik karena akan memeriahkan bisnis otomotif karena selama ini konsumen kita akrab dengan merek Jepang, Eropa, dan belakangan China,” paparnya. Di sektor alat berat, produk Rusia telah dikenal kekuatan dan ketahanannya. Delegasi Rusia juga mengungkapkan rencana mereka menanamkan modal di proyek kereta api di Kalimantan. Mereka mengincar pula investasi di bidang kedirgantaraan dan perkapalan (shipbuilding).

Diperkirakan saat ini terdapat sekitar 15.000 kapal termasuk penangkap ikan, yang telah berusia 30 tahun ke atas. Separo dari populasi kapal tersebut atau lebih kurang 7.000 unit perlu diperbarui. “Rusia tertarik ke bisnis galangan untuk pergantian kapal tua, mereka juga menawarkan teknologi pemetaan posisi ikan berbasis satelit. Ini dapat menjawab keluhan rekan-rekan nelayan yang kesulitan melacak ikan dengan presisi,” kata Soerjono.

Pada pertemuan dengan Menperin, turut pula Dr Alexander Glubokov, pakar biologi dari All-Russia Research Institute of Fisheries and Oceanography serta perwakilan Irkut Corporation (industri pesawat terbang) dan United Shipbuilding Corporation (pembuatan, perbaikan dan pemeliharaan kapal). 

Pihak Irkut mengaku berminat ikut mengembangkan pesawat penumpang N219 produksi PT Dirgantara Indonesia. “Mereka memiliki konsep untuk kerjasama, joint-operation produksi pesawat PT DI. Ini peluang kita untuk mendapat teknologi baru, menambah nilai produk dan meningkatkan hubungan dengan perusahaan multinasional," kata dia.

 

Yang Mengusulkan Merah Putih Menjadi Simbol Indonesia Seorang Jurnalis

Ahmad Subardjo (kanan) bersama Bung Karno dan Bung Hatta. Foto: Arsip Nasional Belanda

YANG tak boleh dilupakan sejarah! Orang yang mengusulkan merah putih menjadi simbol bangsa Indonesia itu seorang jurnalis. Namanya Ahmad Subardjo. Dia pula yang mengatur pertemuan di rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Perhimpunan Indonesia--organisasi mahasiswa rantau di negeri Belanda yang ketika itu dipimpin Herman Karwisastro (1921-1922) menggelar rapat umum. 

Dalam rapat tersebut, Ahmad Subardjo, mengusulkan merah putih dijadikan lambang Perhimpunan Indonesia. Usul itu disambut gembira. Tanpa banyak berdebat, seluruh hadirin sepakat.
Dalam buku Kesadaran Nasional yang ditulisnya, Subardjo menceritakan, beberapa bulan sebelum rapat umum itu berlangsung, Pangeran Yogyakarta, Hamengkubuwono VIII diundang ke Belanda. 
Subardjo diminta mendampingi sang pangeran. Di dalam mobil, melihat panji kecil warna merah putih yang dibawa serta pangeran, Subardjo bertanya, "itu perlambang apa?" 
"Di Yogyakarta dikenal gula kelapa, bendera warisan Majapahit," jawab pangeran.

Bagi Subardjo, diskusi ringan dengan sang pangeran, merupakan “sesuatu yang memberi ilham,” tulisnya dalam buku Kesadaran Nasional.

“Sesungguhnya warna merah dan putih sudah dikenal lama oleh orang-orang di Nusantara dari jaman dahulu kala. Menurut penelitian beberapa ahli, penduduk daerah ini menghormati warna ini sebagai lambang keberanian (merah) dan kesucian (putih),” sambungnya. 

Semenjak itu, jadilah merah putih simbol bangsa Indonesia. Sekadar catatan, di muka bumi ini, PI adalah organ pertama yang menggunakan nama Indonesia, kemudian diikuti Partai Komunis Indonesia (PKI) dan lalu Partai Nasional Indonesia (PNI).

Jurnalis
Sewaktu mengusulkan merah putih menjadi lambang PI--kemudian simbol Indonesia--Subardjo merupakan jurnalis Indonesia Merdeka, koran yang diterbitkan oleh PI di Belanda. 

Dunia jurnalistik sudah digelutinya sebelum berangkat sekolah ke Belanda. Tahun 1917, ketika berusia 21, Subardjo sudah menjadi jurnalis koran Wederopbouw yang terbit di Jakarta. 

Semasa menimba ilmu di Belanda, di samping aktif di koran Indonesia Merdeka 1922-1926, dia juga bekerja di Recht en Vrijheid, majalah Liga Anti Imprealis cabang Belanda, 1927-1928. 

Sekembali ke tanah air, dia menjadi jurnalis majalah Timbul, yang terbit di Solo, 1930-1933. 
Pada 1935-1936 Subardjo tinggal di Tokyo, Jepang. Selama itu pula dia menjadi koresponden untuk harian Matahari, yang terbit di Semarang. 

Tahun 1937-1939, dia menetap di Bandung. Di kota kembang ini dia aktif menjadi jurnalis Kritiek & Opbouw, majalah Belanda yang terbit di Bandung. 
 
Tahun 1939 Subardjo pindah ke Jakarta dan menjadi wartawan majalah mingguan Nationale Commentaren, pimpinan Dr. GJS Ratulangie hingga 1942. 

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), Subardjo bekerja di Kaigun Bukanfu, kantor penghubung Angkatan Laut Jepang, pimpinan Laksamana Muda Tadashi Maeda sebagai Kepala Biro Riset. 

Sebagaimana diketahui, naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dirumuskan di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda. Dan ini semua Subardjo yang baku atur.

Asrama Indonesia Merdeka 
Di kantor Laksamana Maeda, Subardjo turut serta mendirikan sekolah Asrama Indonesia Merdeka.
"Nama Indonesia Merdeka untuk sekolah asrama ini, diambil Subardjo dari nama koran yang pernah diterbitkan Perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda," tulis buku Jejak Intel Jepang.   

Kegiatan belajar mengajar di sekolah yang beralamat di Jalan Defencielinie van den Bosch (kini Jalan Bungur Besar No. 56, Senen, Jakarta Pusat) mulai dihelat bulan Oktober 1944. 

Guru-guru yang mengajar di Asrama Indonesia Merdeka; Sukarno (politik), Hatta (ekonomi), Sutan Sjahrir (sosialisme di Asia), RP Singgih (nasionalisme dari segi kebudayaan), Sanusi Pane (sejarah Indonesia), Suwondo (sejarah pergerakan nasional Indonesia), Iwa Kusuma Sumantri (hukum kriminil), Muhammad Said (pendidikan dan kebudayaan). 

Subardjo sendiri mengajar hukum internasional. Subardjo menunjuk Sunata sebagai kepala sekolah. Sunata merupakan nama samaran Wikana, tokoh muda yang kemudian hari memimpin aksi penculikan dan memaksa Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 
Hampir seluruh siswa Asrama Indonesia Merdeka aktif juga di asrama pemuda Menteng 31.
Pada April 1945, sebanyak 30 orang angkatan pertama lulus. Angkatan kedua sebanyak kurang lebih 80 orang mulai menguikuti kursus pada bulan Mei 1945. 

Aktivitas di Asrama Indonesia Merdeka berhenti ketika kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. Sebagian besar orang-orang yang terlibat di sekolah itu turut serta dalam kancah perjuangan kemerdekaan. Mereka memainkan peran mendirikan Republik Indonesia. 

Menjamin Proklamasi 
16 Agustus 1945, Soekarno-Hatta hilang dari Jakarta. Semua literatur sejarah menulis mereka diculik kelompok pemuda dan dipaksa segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Subardjo-lah yang “membebaskan” keduanya dari tangan pemuda. 

Setelah merayu Wikana buka mulut, Subardjo berangkat ke Rengasdengklok diantar Yusuf Kunto. Tidak semudah itu melepaskan Soekarno Hatta. Kepada para pemuda yang menculik kedua tokoh itu, Subardjo menjamin kemerdekaan Indonesia paling lambat diproklamasikan pukul 12 siang, Jumat, 17 Agustus 1945. 

Dia rela ditembak mati, bila sampai batas waktu yang ditentukan, Indonesia belum diproklamasikan. Alhasil, Subardjo sukses mengatur pertemuan di rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan proklamasi kemerdekaan Indonesia. 

Subardjo lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 dengan nama Teuku Abdul Manaf. Dari namanya bisa ditebak dia orang Aceh. 

Namanya diganti menjadi Ahmad Subardjo Djojoadisuryo demi keamanan karena saat itu Aceh sedang berlawan. (wow/jpnn)
Jpnn