Ilustrasi Helikopter Rusia di Indonesia
Rusia membidik kerja sama di empat bidang industri dengan Indonesia, yakni di sektor kemaritiman, kedirgantaraan, logam dan otomotif. "Untuk pengolahan logam, Rusia menawarkan kerja sama tambang bauksit di Kalimantan. Saya tidak ingat persis detail kerja samanya," kataDirektur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian Soerjono di Jakarta, Jumat.
Soerjono menyampaikan hal tersebut usai mendampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin bertemu dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, bersama Delegasi Federasi Rusia, di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta.
Soerjono menambahkan, soal kerja sama maritim, pihak Rusia berencana untuk masuk ke industri pembangunan kapal baru dan reparasi kapal. Menurut dia, "nelayan Indonesia membutuhkan teknologi yang bisa memastikan ikan itu ditangkap.
Mereka yang sangat tertarik," ujar Soerjono. Diketahui, perusahaan yang hadir dalam pertemuan tersebut yaitu United Shipbuilding Corporation. Menurut Soerjono, pihak Rusia juga meminati dunia otomotif Indonesia, di mana mereka punya pabrikan bagus dan menguasai pasar dalam negeri Rusia.
Kerja sama dengan Rusia perkuat Indonesia di jaringan global
Kerja sama perusahaan Indonesia dan Rusia di industri manufaktur akan memperkuat peran nasional di jaringan suplai global, kata Menteri Perindustrian, Saleh Husin. "Kemitraan ini membuka akses lebih luas di pasar komoditas dan investasi dunia," kata Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Achmad Dwiwahjono, melalui siaran pers di Jakarta, Jumat.
Dijetahui, Direktur Industri Alat Transportasi Darat di Direktorat Jenderal ILMATE Kemenperin, Soerjono, menambahkan, delegasi Rusia juga ingin meramaikan bisnis otomotif khususnya kendaraan roda empat dan alat berat.
“Ini menarik karena akan memeriahkan bisnis otomotif karena selama ini konsumen kita akrab dengan merek Jepang, Eropa, dan belakangan China,” paparnya. Di sektor alat berat, produk Rusia telah dikenal kekuatan dan ketahanannya. Delegasi Rusia juga mengungkapkan rencana mereka menanamkan modal di proyek kereta api di Kalimantan. Mereka mengincar pula investasi di bidang kedirgantaraan dan perkapalan (shipbuilding).
Diperkirakan saat ini terdapat sekitar 15.000 kapal termasuk penangkap ikan, yang telah berusia 30 tahun ke atas. Separo dari populasi kapal tersebut atau lebih kurang 7.000 unit perlu diperbarui. “Rusia tertarik ke bisnis galangan untuk pergantian kapal tua, mereka juga menawarkan teknologi pemetaan posisi ikan berbasis satelit. Ini dapat menjawab keluhan rekan-rekan nelayan yang kesulitan melacak ikan dengan presisi,” kata Soerjono.
Pada pertemuan dengan Menperin, turut pula Dr Alexander Glubokov, pakar biologi dari All-Russia Research Institute of Fisheries and Oceanography serta perwakilan Irkut Corporation (industri pesawat terbang) dan United Shipbuilding Corporation (pembuatan, perbaikan dan pemeliharaan kapal).
Pihak Irkut mengaku berminat ikut mengembangkan pesawat penumpang N219 produksi PT Dirgantara Indonesia. “Mereka memiliki konsep untuk kerjasama, joint-operation produksi pesawat PT DI. Ini peluang kita untuk mendapat teknologi baru, menambah nilai produk dan meningkatkan hubungan dengan perusahaan multinasional," kata dia.
No comments:
Post a Comment