Tempat ini sebelumnya merupakan bengkel perbaikan tank di kota Kharkov,
Ukraina, kini terbengkalai dengan sekitar 400 tank rusak. Berikut
foto-fotonya.
Tank-tank yang berserakan ini berada di kuburan massal tank kota Kharkov, kota terbesar kedua di Ukraina.
Awalnya merupakan bengkel tank, namun akhirnya terabaikan bersama tank-tank yang rusak.
Juru foto Pavel Itkan mendengar kisah ini dari temannya dan akhirya berhasil menemukannya setelah pencaran berbulan-bulan.
Kuburan tank ini memiliki luas yang cukup. Beginilah kondisi sebuah bengkel tank di Ukraina. Belum jelas alasan
mengapa tidak diaktifkan lagi. Kemungkinan besar karena persoalan biaya.
Diperkirakan terdapat 400 tank di kuburan Kharkov ini.
Gudang onderdil raksasa.
Saat masih berjaya, bengkel ini setiap harinya mampu memperbaiki 60 tank dan 55 mesin.
Monday, 16 November 2015
TNI AL Godok Pasukannya Miliki Kemampuan Hadapi Ancaman Teror
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAL) Laksamana Ade Supandi
TNI Angkatan Laut terus melakukan pembinaan pasukan untuk meningkatkan kemampuan prajurit menjawab tantangan masa depan yang lebih berat.
Kepada wartawan saat ditanya kesiapan TNI AL soal aksi terorisme yang kembali marak Kepala Staf Angkatan Udara (KSAL) Laksamana Ade Supandi mengatakan, pihaknya siap mengantisipasi tindakan terorisme.
"Sudah dilakukan, itu komando Gabungan Khusus TNI untuk penanggulangan teror ini. Kami harus solid dengan Polri mengantisipasi aksi terorisme," kata Ade saat ditemui usai upacara HUT ke-70 Marinir di Markas Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (15/11/2015).
Dikatakan Ade, bukan hanya pasukan gabungan antar kesatuan di tubuh TNI saja yang mempersiapkan menghadapi aksi teror. Angkatan Laut sendiri melalui pasukan elitnya sudah dibekali kemampuan untuk menghadapi ancaman teror.
"Untuk kegiatan pembinaan kompetensi satuan, kami tetap
melaksanakan, dalam hal ini TNI AL lakukan persiapan Denjaka untuk mampu
melakukan peperangan khusus, juga penanggulangan terorisme.
Selain itu juga pasukan Taipip, intai amphibi ini kan pasukan khusus,
dua satuan ini juga disiapkan, selain pasukan katak," kata Ade.
Diketahui, sebuah bom meledak di luar Stade de France, Paris tempat laga persahabatan antara Perancis dan Jerman, Jumat (13/11/2015) malam.
Selain bom, Paris juga diteror aksi penembakan di enam titik, akibatnya beberapa objek wisata di Paris pun ditutup sementara. Pengelola Menara Eiffel mengumumkan bahwa obyek wisata ternama itu akan ditutup hingga waktu yang tidak terbatas mulai Sabtu (14/11/2015) siang ini.
Sebelumnya, pemerintah kota Paris telah memutuskan bahwa fasilitas umum, seperti perpustakaan, museum, gelanggang olahraga, universitas, dan sekolah, akan ditutup pada Sabtu akhir pekan ini.
Diketahui, sebuah bom meledak di luar Stade de France, Paris tempat laga persahabatan antara Perancis dan Jerman, Jumat (13/11/2015) malam.
Selain bom, Paris juga diteror aksi penembakan di enam titik, akibatnya beberapa objek wisata di Paris pun ditutup sementara. Pengelola Menara Eiffel mengumumkan bahwa obyek wisata ternama itu akan ditutup hingga waktu yang tidak terbatas mulai Sabtu (14/11/2015) siang ini.
Sebelumnya, pemerintah kota Paris telah memutuskan bahwa fasilitas umum, seperti perpustakaan, museum, gelanggang olahraga, universitas, dan sekolah, akan ditutup pada Sabtu akhir pekan ini.
Senjata Revolusioner Soviet Yang Gagal Diproduksi
Uni Soviet dikenal sebagai negara dengan ambisi membangun teknologi
perang sangat tinggi. Namun dari berbagai proyek senjata ada lima yang
sebenarnya sangat revolusioner tetapi kemudian tidak menghasilkan
sesuatu sesuai harapan.
1. Kapal Perang Sovetsky Soyuz
Selama periode perang Uni Soviet mengeksplorasi berbagai pilihan untuk merevitalisasi armada tuanya. Sampai dekade pertama abad ke-20, kekaisaran Soviet sebenarnya telah memiliki angkatan laut yang kuat dan relatif modern. Namun setelah perang Soviet-Jepang galangan kapal negara tersebut mulai tertinggal dengan barat.
Hingga kemudian mulai bangkit sekitar akhir 1930-an, selain karena perekonomian yang membaik, pemimpin Soviet waktu itu Stalin sangat serius dalam program pembangunan angkatan laut. Sovetsky Soyuz, menjadi salah satu kapal perang yang dibangun secara ambisius selain Battlecruisers dan kapal induk. Sovetsky Soyuzs direncanakan akan berbobot 60.000 ton, membawa 916 ton senjata, dan kecepatan 28 knot.
Ukuran itu m enjadikan dia sebagai kapal paling kuat di dunia. Rencananya Soviet akan membangun empat kapal sekelas itu antara 1938 dan 1940. Pembangunan dilakukan di Leningrad, Nikolayev (di Laut Hitam), dan Molotovsk (di Laut Putih). Namun satu dibatalkan pada tahun 1940 karena pengerjaan yang buruk. Tiga lainnya dihentikan karena keburu perang.
2. Kapal Induk Ulyanovsk
Uni Soviet mulai mempelajari konstruksi kapal induk tak lama setelah Revolusi di negara tersebut. Namun masalah anggaran dan Perang Dunia II mengganggu program tersebut. Setelah perang, dan setelah upaya ambisius di bawah Stalin, pemerintah Soviet melakukan lebih sederhana dengan memulai dari hal-hal yang kecil.
Salah satunya dengan membangun The Moskva, kapal kelas operator helikopter dan mulai beroperasi pada pertengahan 1960-an, diikuti oleh Kiev operator kelas VSTOL pada 1970-an dan 1980-an.
Langkah berikutnya adalah rumit yakni membangun kapal induk dengan proyek bernama Orel, Angkatan Laut mengambil jalan bertahap dengan mengerjakan perbaikan kelas Kiev dan memulai apa yang akan menjadi Kuznetsovs dan selanjutnya membangun Ulyanovsk, kapal induk dari proyek Orel dengan bobot lebih dari 80.000 ton dan bertenaga nuklir. Ulyanovsk diharapkan akan menjadi pesaing kapal induk Amerika. Namun runtuhnya Soviet menjadikan proyek itu pun gugur di tengah jalan.
3. Pesawat Pembom Berat
Meskipun Angkatan Udara Soviet tidak pernah mengembangkan reputasi untuk pengeboman strategis selama Perang Dunia II, pada periode jeda perang Soviet bereksperimen dengan membangun pembom berat dengan empat mesin.
Memang pada saat perang dimulai, Soviet telah memiliki Pe-8, pembom sebanding dengan Avro Lancaster dan Boeing B-17. Tetapi Pe-8 tidak pernah mencapai tingkat keberhasilan yang sama dengan dua pesawat tersebut, terutama karena masalah konstruksi dan pasokan. Kemudian Angkatan Udara Soviet bereksperimen dengan beberapa proyek yang benar-benar megah, termasuk K-7 pembom berat.
Namun pesawawt itu jatuh pada uji penerbangannya.Proyek yang sempat menjanjikan adalah pembangunan dari keluarga TB-3/ANT-20/TB-6, yang semuanya adalah pesawat mengerikan dengan enam mesin atau lebih. Konsep mengorbankan kecepatan dan kemampuan manuver untuk persenjataan berat. ANT-20 memiliki delapan mesin dan bisa membawa 72 penumpang, setidaknya sebelum prototipe menabrak lingkungan Moskow, menewaskan 45 orang.
ANT-26 itu, varian bomber potensi ANT-20, akan memiliki dua belas mesin dan beban bom melebihi 33.000 ton, jauh lebih besar dari B-29. Namun Soviet akhirnya memilih menghentikan program ini karena setelah dipertimbangkan pesawat ini akan sangat mudah menjadi sasaran pesawat pencegat musuh.
4. Tank Super Berat Tu-42
Jerman dan Soviet pernah bekerjasama dalam upaya membangun senjata berat khususnya tank pada sekitar akhir 1920. Tetapi kemudian kerjasama itu berarkhir setelah munculnya Nazi. Salah satu kerjasama itu adalah merencanakan menggabungkan teknologi tank Jerman dan Soviet pada sekitar 1930an.
Mereka ingin membangun tank super berat yang mungkin tiga kali bahkan empat kali lebih berat dibanding tank tempur standar. Salah satu desainer Jerman, Edward Grotte, bekerja pada desain super-berat untuk program itu. Salah satu desain yang disampaikan adalah T-42, tank dengan bobot 100 ton dengan tiga menara meriam, kecepatan 17 MPH, dan kru d 14-15 orang.
T-42 tidak pernah dibuat prototipenya karena militer Soviet sepertinya tidak tertarik dan lebih memilih proyek lebih realistis termasuk T-35, T-100, SMK, KV-4, dan KV-5. T-35, tangki 45-ton dengan 5 menara, berhasil mencapai produksi. Tetapi hampir semua dari 61 kendaraan hilang dalam tahap pembukaan Operasi Barbarossa. Seperti kebanyakan kerabat super-berat, Tu-42 terlalu berat, terlalu mahal, dan terlalu lambat untuk dimasukkan ke dalam produksi yang serius.
5. Sukhoi T-4
Tu-4 pada kenyataannya adalah salinan langsung dari B-29 Amerika yang berhasil mereka tangkap. Sukhoi T-4 adalah jawabannya Uni Soviet ke B-70 Valkyrie. Sebuah bomber besar, sangat cepat mampu terbang tinggi. T-4 diuji dan dalam banyak hal melebihi, batas-batas industri pertahanan Uni Soviet.
Dirancang untuk memiliki kecepatan Mach 3 dengan ketinggian hingga 70.000 meter, T-4 mirip B-70 secara visual dan kemampuan. Namun, karena organisasi kekuatan udara di Uni Soviet berbeda dari yang dari Amerika Serikat, T-4 juga dipertimbangkan untuk misi taktis, seperti pengintaian dan pengiriman rudal anti-kapal. Gagasan tentang T-4 membawa Kh-22 rudal anti-kapal yang sangat menakutkan. Tetapi proyek ini juga tidak dilanjutkan.
1. Kapal Perang Sovetsky Soyuz
Selama periode perang Uni Soviet mengeksplorasi berbagai pilihan untuk merevitalisasi armada tuanya. Sampai dekade pertama abad ke-20, kekaisaran Soviet sebenarnya telah memiliki angkatan laut yang kuat dan relatif modern. Namun setelah perang Soviet-Jepang galangan kapal negara tersebut mulai tertinggal dengan barat.
Hingga kemudian mulai bangkit sekitar akhir 1930-an, selain karena perekonomian yang membaik, pemimpin Soviet waktu itu Stalin sangat serius dalam program pembangunan angkatan laut. Sovetsky Soyuz, menjadi salah satu kapal perang yang dibangun secara ambisius selain Battlecruisers dan kapal induk. Sovetsky Soyuzs direncanakan akan berbobot 60.000 ton, membawa 916 ton senjata, dan kecepatan 28 knot.
Ukuran itu m enjadikan dia sebagai kapal paling kuat di dunia. Rencananya Soviet akan membangun empat kapal sekelas itu antara 1938 dan 1940. Pembangunan dilakukan di Leningrad, Nikolayev (di Laut Hitam), dan Molotovsk (di Laut Putih). Namun satu dibatalkan pada tahun 1940 karena pengerjaan yang buruk. Tiga lainnya dihentikan karena keburu perang.
2. Kapal Induk Ulyanovsk
Uni Soviet mulai mempelajari konstruksi kapal induk tak lama setelah Revolusi di negara tersebut. Namun masalah anggaran dan Perang Dunia II mengganggu program tersebut. Setelah perang, dan setelah upaya ambisius di bawah Stalin, pemerintah Soviet melakukan lebih sederhana dengan memulai dari hal-hal yang kecil.
Salah satunya dengan membangun The Moskva, kapal kelas operator helikopter dan mulai beroperasi pada pertengahan 1960-an, diikuti oleh Kiev operator kelas VSTOL pada 1970-an dan 1980-an.
Langkah berikutnya adalah rumit yakni membangun kapal induk dengan proyek bernama Orel, Angkatan Laut mengambil jalan bertahap dengan mengerjakan perbaikan kelas Kiev dan memulai apa yang akan menjadi Kuznetsovs dan selanjutnya membangun Ulyanovsk, kapal induk dari proyek Orel dengan bobot lebih dari 80.000 ton dan bertenaga nuklir. Ulyanovsk diharapkan akan menjadi pesaing kapal induk Amerika. Namun runtuhnya Soviet menjadikan proyek itu pun gugur di tengah jalan.
3. Pesawat Pembom Berat
K-7 pembom berat
Meskipun Angkatan Udara Soviet tidak pernah mengembangkan reputasi untuk pengeboman strategis selama Perang Dunia II, pada periode jeda perang Soviet bereksperimen dengan membangun pembom berat dengan empat mesin.
Memang pada saat perang dimulai, Soviet telah memiliki Pe-8, pembom sebanding dengan Avro Lancaster dan Boeing B-17. Tetapi Pe-8 tidak pernah mencapai tingkat keberhasilan yang sama dengan dua pesawat tersebut, terutama karena masalah konstruksi dan pasokan. Kemudian Angkatan Udara Soviet bereksperimen dengan beberapa proyek yang benar-benar megah, termasuk K-7 pembom berat.
Namun pesawawt itu jatuh pada uji penerbangannya.Proyek yang sempat menjanjikan adalah pembangunan dari keluarga TB-3/ANT-20/TB-6, yang semuanya adalah pesawat mengerikan dengan enam mesin atau lebih. Konsep mengorbankan kecepatan dan kemampuan manuver untuk persenjataan berat. ANT-20 memiliki delapan mesin dan bisa membawa 72 penumpang, setidaknya sebelum prototipe menabrak lingkungan Moskow, menewaskan 45 orang.
ANT-26 itu, varian bomber potensi ANT-20, akan memiliki dua belas mesin dan beban bom melebihi 33.000 ton, jauh lebih besar dari B-29. Namun Soviet akhirnya memilih menghentikan program ini karena setelah dipertimbangkan pesawat ini akan sangat mudah menjadi sasaran pesawat pencegat musuh.
4. Tank Super Berat Tu-42
Jerman dan Soviet pernah bekerjasama dalam upaya membangun senjata berat khususnya tank pada sekitar akhir 1920. Tetapi kemudian kerjasama itu berarkhir setelah munculnya Nazi. Salah satu kerjasama itu adalah merencanakan menggabungkan teknologi tank Jerman dan Soviet pada sekitar 1930an.
Mereka ingin membangun tank super berat yang mungkin tiga kali bahkan empat kali lebih berat dibanding tank tempur standar. Salah satu desainer Jerman, Edward Grotte, bekerja pada desain super-berat untuk program itu. Salah satu desain yang disampaikan adalah T-42, tank dengan bobot 100 ton dengan tiga menara meriam, kecepatan 17 MPH, dan kru d 14-15 orang.
T-42 tidak pernah dibuat prototipenya karena militer Soviet sepertinya tidak tertarik dan lebih memilih proyek lebih realistis termasuk T-35, T-100, SMK, KV-4, dan KV-5. T-35, tangki 45-ton dengan 5 menara, berhasil mencapai produksi. Tetapi hampir semua dari 61 kendaraan hilang dalam tahap pembukaan Operasi Barbarossa. Seperti kebanyakan kerabat super-berat, Tu-42 terlalu berat, terlalu mahal, dan terlalu lambat untuk dimasukkan ke dalam produksi yang serius.
5. Sukhoi T-4
Tu-4 pada kenyataannya adalah salinan langsung dari B-29 Amerika yang berhasil mereka tangkap. Sukhoi T-4 adalah jawabannya Uni Soviet ke B-70 Valkyrie. Sebuah bomber besar, sangat cepat mampu terbang tinggi. T-4 diuji dan dalam banyak hal melebihi, batas-batas industri pertahanan Uni Soviet.
Dirancang untuk memiliki kecepatan Mach 3 dengan ketinggian hingga 70.000 meter, T-4 mirip B-70 secara visual dan kemampuan. Namun, karena organisasi kekuatan udara di Uni Soviet berbeda dari yang dari Amerika Serikat, T-4 juga dipertimbangkan untuk misi taktis, seperti pengintaian dan pengiriman rudal anti-kapal. Gagasan tentang T-4 membawa Kh-22 rudal anti-kapal yang sangat menakutkan. Tetapi proyek ini juga tidak dilanjutkan.
Kendaraan TNI Kecelakaan di Poso, Lima Orang Meninggal
Rombongan Batalyon Infanteri Lintas Udara (Linud) 433/JS Komando Strategis Angkatan Darat mengalami kecelakaan di Padeha, Desa Sedoa, Lore Utara, Poso, Minggu (15/11) pagi. Rencananya rombongan tersebut akan menggelar latihan rutin.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Tatang Sulaiman menuturkan kecelakaan terjadi karena salah satu kendaraan pengangkut berisikan pasukan dari Lanud 433/JS Kostrad berusaha menyalip kendaraan di depannya.
"Sementara informasi yang diterima, kecelakaan terjadi ketika akan melakukan latihan. Rencananya besok Panglima TNI akan meninjau langsung ke lokasi," ujar tanag kepada CNN Indonesia, Minggu (15/11).
Tatang mengatakan evakuasi sudah selesai dilakukan dan korban luka telah dilarikan ke rumah sakit. Sementara, korban meninggal disemayamkan di markas komando Linud 433/JS Kostrad.
"Bila sudah selesai semuanya, korban akan diserahkan kerumah duka masing-masing untuk disemayamkan. Prosesi pemakaman akan dilakukan oleh satuan teritorial atau komando daerah militer yang berada di tempat tinggal anggota yang meninggal," ujar Tatang.
Tatang menceritakan kornologi kecelakaan bermula ketika Satuan Tugas Operasi Camar Maleo 4 dari Batalyon Linud 433/JS Kostrad dengan menggunakan lima unit truk yang salah satunya dikemudikan oleh Kapten Yustianto berangkat dari Markas Yonif 711/RKS menuju sektor 4 yang berada di kawasan Napu, Poso. Sekitar pukul 04.30 WITA, Minggu (15/11), konvoi pasukan tersebut mampir ke Markas Kepolisian Sekitar (Polsek) Palolo, Kabupaten Sigi untuk beristirahat dan kemudian melanjutkan kembali perjalanan menuju Napu sekitar pukul 08.00 WITA.
"Pada pukul 10.00 WITA di daerah Padeha, kendaraan yang dikemudikan oleh Kapten Yustianto brusaha menyalip kendaraan yang barada di depannya yang dikemudikan oleh Letnan Satu Syarif. Saat menyalip kendaraan tersebut, terjadi kecelakaan yang menyebabkan mobil terbalik dan para penumpang masuk ke jurang," ujar Tatang.Tatang menyampaikan kecelakaan tersebut menyebabkan lima orang meninggal dunia, di antaranya Prajurit Kepala (Praka) Ahmad Darman, Praka Sulaiman, Praka Mukhtar, Praka Makmur dan Sersan Dua (Serda) Junaedi.
Sementara itu, 16 korban yang mengalami kondisi luka-luka, di antaranya Kapten Yuskaryanto, Prajurit Satu (Pratu) Arnol, Kopral Dua (Kopda) Ridwan, Sersan Mayor (Serma) Rohani, Praka Efendi, Pratu Sainal, Praka Dedi, Praka Salam, Prajurit Dua (Prada) Abdul Aziz, Sersan Satu (Sertu) Asalaudi, Kopda Sulaiman, Kopral Kepala (Kopka) Risman, Praka Rismani, Sertu Hagani, Kopda Ruslin dan seorang supir dari kalangan sipil bernama Syaiful. (gir/gir)
Subscribe to:
Posts (Atom)