Monday, 23 November 2015

TNI AL Usir Kapal Tiongkok dari Laut Natuna

Panglima Kawasan Armada Barat RI Laksamana Muda (Laksda) TNI. A. Taufiq menegaskan, armada laut RI tidak akan gentar mengusir siapa saja yang melanggar ZEE. 

Yang terbaru, sebuah kapal milik Tiongkok diketahui masuk wilayah ZEE. Kontan saja armada TNI AL langsung melakukan pengusiran.  Pemilik kapal itupun dipaksa menyampaikan permintaan maaf.

”Kami sedang fokus di wilayah Natuna, di sana ada kapal Tiongkok yang masuk di wilayah ZEE kita. Karena melanggar, mereka akhirnya minta maaf kepada kita”,  kata Taufiq dalam kunjungan kerjanya ke Simeulue, kemarin (22/11).

Selain di wilayah kawasan laut Natuna, Taufiq mengatakan armada TNI AU juga tengah serius memberantas aksi kejahatan dan kriminal di Selat Malaka, yang dinilai sebagai wilayah laut paling rawan di dunia.

Kawasan ZEE kini memang tengah mendapat perhatian. Terlebih setelah muncul pemberitaan klaim Tiongkok yang memasukkan sebagian wilayah perairan laut Kabupaten Natuna, ke dalam peta wilayah mereka. (ahi/afz/JPG)
BatamPos

Kembangkan Teknologi Alutsista, Indonesia Gandeng Swedia

Indonesia dengan bendera PT IESP milik YKPP di bawah Kementerian Pertahanan Republik Indonesia menjalin kerja sama dengan perusahaan Swedia SAAB. Itu guna mengembangkan alat utama sistem pertahanan (alutsista).

Berdasarkan keterangan tertulis, Senin (23/11/2015), kedua perusahaan tersebut siap mengembangkan industri pertahanan swasta nasional berbasis teknologi, tujuannya memenuhi kebutuhan alutsista Indonesia agar menguatkan basis pertahanan.

Direktur Pengembangan Usaha PT IESP Raden Ari Wicaksana menegaskan pihaknya mengumumkan telah terjalin kerja sama Teaming Agreement antara PT IESP dengan SAAB Swedia untuk alih tekhnologi atau transfer of technology.

“Kerja sama ini juga akan langsung dilakukan dibidang pembuatan kapal perang segala jenis yang rencanaya akan di produksi di galangan kapal lokal (dikelola oleh PT IESP bersama SAAB), termasuk program 100% Transfer Of Tehnologi sesuai komitmen SAAB yang tercantum dalam perjanjian kerjasama & pemasaran pesawat tempur produksi SAAB jenis Gripen JAS 39 beserta sistem tempur yg terintegrasi untuk memenuhi bukan hanya peralatan tetapi teknologi yang terdepan,” ujar Raden Ari Wicaksana.

Menurut dia, kerja sama tersebut berawal ketika SAAB Swedia dengan wakil Vice President Head of SAAB Indonesia Peter Carlqvist bertemu dengan Raden Ari Wicaksana, yang membahas kerja sama dengan menggandeng SAAB Singapura dengan engineer dan desain engineer SAAB.

“PT IESP juga sudah mengadakan beberapa program dengan TNI AL di bidang pendidikan bagi perwira TNI AL yang dikirim ke Swedia dalam rangka belajar, kursus singkat dan kerja sama dengan Unhan (universitas pertahanan), PT Dirgantara Indonesia dan Kemhan,” jelas dia.

Tercatat, atas pengembangan kerja sama, Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP) Kemhan akan memberikan terobosan bidang usaha industri militer swasta nasional yang menumbuhkembangkan peralihan tehnologi alutsista dan penyerepan tenaga kerja, yaitu menyiapkan putra-putri bangsa Indonesia terlatih secara profesional yang kelak menjadi aset bangsa dan negara Republik Indonesia.

“Harapan kerja sama ini kedepanya akan dapat memproduksi penjualan alutsista bukan hanya di dalam negeri tetapi juga akan merambah pasar international, sebagai contoh, PT IESP juga telah bekerja sama dengan PT Baraca di Dubai Timur tengah untuk pemasaran produk SAAB di Dubai dan negara-negara Uni Emirate Arab,” tandas dia.

“Kerja sama ini juga terletak pada keutamaan tehnologi dan efisien dalam penggunaan peralatan alat perang dengan biaya operasional dan pemeliharaan yang sangat ekonomis dibanding kompetitor,” imbuh dia.

jakartagreater

Force Commander UNIFIL Apresiasi KRI Bung Tomo-357

Jabat Tangan - Force Commander UNIFIL, Major General Luciano Portolano dengan Komandan KRI Bung Tomo-357 Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan 

Kehadiran KRI Bung Tomo-357 yang tergabung dalam Satgas Maritim TNI Kontingen Garuda/UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) sebagai Peacekeeper dalam Pasukan Penjaga Perdamaian PBB memberi makna yang positif bagi warga Lebanon.
Demikian apresiasi yang disampaikan Force Commander UNIFIL, Major General Luciano Portolano beberapa waktu lalu, saat pertemuan dengan Komandan KRI Bung Tomo-357 Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan selaku Dansatgas Maritim TNI Konga XXVIII-H/UNIFIL TA. 2015 di UNIFIL House Beirut, Lebanon.

Melalui pesan singkatnya kepada Jurnal Maritim, Komandan KRI Bung Tomo-357 menyampaikan pemberian apresiasi itu dilatar belakangi karena para prajuritnya tidak hanya melakukan pekerjaan menyangkut kelancaran operasi saja, namun juga memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat sosial di sekitar lingkungan penugasan.

“Kami bangga atas performa yang telah dicapai, baik kesiapan kapal  dalam bidang teknis platform maupun sewaco serta profesionalitas prajurit dalam melaksanakan tugas sehingga pencapaian operasi dan latihan dapat terlaksana dengan baik,” kata Force Commander UNIFIL sesuai yang disampaikan oleh Dansatgas Maritim TNI Konga.

Dalam pertemuan tersebut, lulusan AAL tahun 1993 itu pun menyampaikan upaya-upaya yang dilakukan untuk mempertahankan performa kapal antara lain; melaksanakan penyiapan teknis sistem pendorongan kapal, perawatan sistem kesenjataan serta penyiapan Helly BO. NV-414 yang onboard. Termasuk kegiatan-kegiatan yang menjadi perhatian Komandan Satgas untuk dilaksanakan oleh para prajuritnya yang ada di kapal sesuai jadwal yang dibuat.

Sementara untuk para perwira dilaksanakan pendalaman pemahaman berbagai dokumen pendukung seperti; Standart Operating Procedure (SOP), Operation Order (Oporder), Letter of Assist (LOA)  yang dijadikan referensi selama Ontask sebagai Peacekeeper di Area of Maritime Operations (AMO) Lebanon.

“Guna menambah pengetahuan dan keterampilan serta membekali pengetahuan dasar tentang peraturan serta norma-norma di dalam melaksanakan tugas pokok misi sebagai bagian dari pasukan perdamaian dunia di bawah PBB, para Perwira KRI Bung Tomo-357 telah melaksanakan kegiatan Induction Training,” terang Yayan.

Lebih lanjut, dikatakan olehnya bahwa kegiatan ini memiliki arti yang cukup penting karena berkaitan dengan sosialisasi segala aturan-aturan yang berlaku bagi Satgas dibawah UNIFIL yang harus diketahui dan dipedomani oleh seluruh personil Satgas Maritim TNI Konga XXVIII-H/UNIFIL. Selain itu dilaksanakan Conduct Dicipline Training (CDT) oleh LT COL Charles Gbekle (Ghana Army) dari Regional Conduct and Discipline Team dari UNIFIL Headquarter, sosialisasi HIV / AIDS oleh Mrs. Kinhara Konsultan HIV / AIDS yang bertugas di Staff HIV/AIDS Training Officer UNIFIL, serta pengetahuan Civil and Military Coordination (CIMIC) yang disampaikan oleh Major Federico Frizzi dari UNIFIL CIMIC Unit.

Penyelenggaraan latihan antar unsur MTF dan pemberian pelatihan terhadap personel LAF Navy (Stage At Sea) itu dapat terselenggara dengan baik lantaran komitmen dan dukungan yang tinggi dari semua pihak. Selama Ontask di daerah AMO, prajurit KRI Bung Tomo-357 melatih personel LAF Navy dalam bidang Bridge Management, Surface Compilation (Navigation Radar), Damage Control Management, Boarding Party (VBSS Team), Weapons Introduction serta Hailing Procedure.

KRI TOM-357 dengan kapal FGS Hyaene asal Jerman saat melakukan latihan bersama di AMO

Selanjutnya, berbagai latihan dengan kapal unsur Maritime Task Force-448 UNIFIL Lebanon juga telah dilakukan oleh kapal perang BRS Barosso (Brasil), FGS Hyaene (Jerman), HS Daniolos dan HS Troupakis (Yunani), TCG Heybeliada dan TCG Bozcaada (Turkey) serta BNS Ali Haider dan BNS Nirmul (Bangladesh). Jenis latihan yang dilakukan antara lain; Anti Asymetric Warfare Exercise (AASYWEX), Mailbag Transfer, Boarding Exercise (BOARDEX), Simple Manoeuvring, Air Picture Compilation dan Geographical Local Operational Plotting.
 
Lebih jauh, Yayan menceritakan operasional Heli NV-414 pun tidak kalah aktifnya dengan aktivitas kapal. Pilot dan crew Heli NV-414 secara aktif terus mengikuti perkembangan aktivitas penerbangan yang berlangsung di Naqoura Headquarter, Markas Besar UNIFIL di Lebanon. Mereka terlibat dalam kegiatan amandemen Standar Operating Procedure for UN Helicopters, kegiatan pembuatan rute penerbangan baru VFR (Visual Flight Rule)  dari Beirut ke Naqoura. Joy Flight dengan menggunakan Helikopter Bell-212 Italy Air dilakukan untuk pengenalan Helipad Rumah Sakit Saint George dan Rumah Sakit Yarze dalam pelaksanaan Medevac/Casevac.

Joy Flight itu juga mengenalkan fasilitas dan lapangan terbang yang dimiliki oleh UN di Lebanon. Secara rutin Heli NV-414 terlibat dalam kegiatan latihan bersama dengan unsur MTF lainnya di laut dan juga melaksanakan Identification Surveillance Recognition terhadap kapal-kapal yang mencurigakan.

Pilot Heli NV-414 akan melakukan upaya pendaratan di geladak KRI TOM-357

“Kegiatan operasi di bidang Air Surveilance, sejauh ini KRI TOM telah berhasil mendeteksi Air Military Activity maupun Air Liner sebanyak 72 pesawat. Sedangkan di bidang Surface Surveillance berhasil mendeteksi Warship Activity dan Hailing sebanyak 234 kapal selama kurang lebih hampir 2 bulan masa on task ini,” bebernya.

Kebugaran Personel KRI TOM-357

Untuk mempertahankan stamina dan kondisi psikis prajurit, setiap hari dilaksanakan olahraga bersama baik selama kapal berlayar maupun sandar. Interaksi sosial dalam kapal pun terjalin sangat baik dan kompak. Guna menghilangkan kejenuhan, siaran radio kapal selalu menyiarkan motivasi yang diselingi hiburan dan quiz yang dibawakan Perwira Psikologi dan Perwira Kesehatan.

“Kapal bagi para prajurit pelaut ibarat rumah sendiri sehingga kerapihan, kebersihan dan kenyamanan didalamnya selalu terjamin dan tertata dengan baik,” ungkap Yayan.

Aspek religius juga tidak ketinggalan menjadi fokus Komandan kapal untuk selalu terpelihara dengan baik. “Secara estafet prajurit yang beragama Islam melaksanakan khataman Al-Quran dan memahami kandungannya. Dan personel yang beragama lain turut melaksanakan prosesi keagamaan sesuai dengan kepercayaan yang dianut masing masing,” tutupnya. [AN]

Jurnalmaritim

TNI Tarik Pasukan Kebakaran Hutan

Sebanyak 1.050 anggota Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan asal Yon Kav 1 Cijantung, Armed 9 (Purwakarta, Jawa Barat), dan Marinir (Cilandak, Jakarta) yang ditugaskan memadamkan api di Sumsel dipulangkan ke satuan masing-masing melalui jalur laut di Pelabuhan Boom Baru Palembang Senin, (23/11/2015).

Tim kedua ini dipulangkan setelah bertugas memadamkan lahan sejak 22 Oktober lalu. Mereka dikembalikan ke satuan masing-masing usai berhasil menunaikan tugas.

Pelepasan anggota TNI tim kedua tersebut dipimpin langsung oleh Panglima Kodam (Pangdam) II/Sriwijaya Mayjend TNI Purwandi Mukson yang juga didampingi Kapolda Sumsel, Irjen Pol Iza Fadri.

Purwadi usai pelepasan TNI mengatakan, apa yang dilakukan tim kedua ini terbilang luar biasa, mereka melanjutkan tugas yang dilakukan tim pertama, di antaranya normalisasi sekat kanal di delapan titik hingga mencapai jarak 200 km.

Selain itu, yang patut diapresiasi yakni penemuan lokasi pembalakan liar di Musi Banyuasin. Kasus pidana ini sudah diserahkan ke pihak kepolisian untuk ditidaklanjuti dalam pencarian tersangkanya.
Dalam kasus pembalakan liar ini, personel TNI menemukan beberapa unit sepeda motor yang sudah dimodifikasi untuk mengangkut kayu yang sudah ditinggalkan pemiliknya.

Ke depan Purwadi mengatakan perlu dilakukan evaluasi mengenai kesiapan dalam menanaggulangi bencana kabut asap.

jakartagreater

Pembangunan Kapal Layar Latih TNI AL Dimulai

Kapal layar kelas Bark akan selesai pada Mei 2017 dan akan tiba di Indonesia pada Juli 2017 (Freire)

Sejarah pembuatan kapal layar latih telah dimulai. Tepat jam 09.30 waktu Vigo atau 17.30 WIB hari Senin (16/11) lalu, dilaksanakan pemotongan perdana baja (steel cutting) sebagai tanda dimulainya pembangunan kapal layar latih TNI AL.

Pemotongan plat baja pertama disaksikan langsung Dansatgas Laksma TNI Didin Zainal Abidin beserta seluruh Staf Satgas serta General Manajer Galangan Contruccion Navales Freire Shipyard Bapak Guillermo Freire Garcia. Kapal layar latih yang akan dibuat adalah kelas Bark, yaitu kapal layar yang memiliki dua tiang dengan layar persegi.

Memiliki panjang 111,20 meter dan lebar 78,37 meter, kapal layar yang menjadi penerus generasi KRI Dewaruci tersebut, dibangun oleh Galangan Kapal Freire di Kota Vigo Spanyol berjarak 550 km dari ibukota Madrid. Vigo merupakan kota kecil yang indah di pantai barat Spanyol menghadap ke Samudera Atlantik.


“Sejarah baru untuk TNI AL dan dunia maritim Indonesia dimulai. Setelah KRI Dewaruci memasuki usia 63 tahun, Indonesia akan memiliki kapal layar latih baru untuk taruna TNI AL dan pemuda Indonesia. Pemotongan plat baja pertama ini menjadi catatan tersendiri dan merupakan bagian dari penulisan sejarah pembuatan kapal layar baru ini”, ujar perwira tinggi lulusan AAL tahun 1986 tersebut.

Guillermo mengungkapkan rasa bangga dan terima kasih atas kepercayaan Pemerintah Indonesia atas pembangunan kapal di galangannya, karena kapal ini akan menjadi duta bangsa yang mencetak calon pemimpin Indonesia di masa mendatang, sebagaimana yang telah dipersembahkan oleh pendahulunya, KRI Dewaruci.

“Saya yang akan mengawasi langsung pembangunan kapal layar latih ini hingga selesai dan siap dilayarkan pada bulan Mei 2017, serta diharapkan tiba di Indonesia pada Juli 2017”, ujar Guillermo sambil menyalami Laksma Didin, disaksikan anggota Satgas yang tersenyum gembira atas pelaksanaan steel cutting ini.
TNI AL

DPR Sarankan Beli Helikopter Kepresiden Dari PT DI

AgustaWestland AW-101

Anggota Komisi I DPR, TB Hasanuddin, menyarankan Sekretariat Negara membeli helikopter kepresidenan milik PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung, Jawa Barat.

BUMN kedirgantaraan ini memiliki lisensi perakitan dan modifikasi helikopter angkut sedang Aerospatiale NAS-330 Puma dan NAS-332 Super Puma. Huruf N dalam nama NAS itu berarti Nurtanio (saat kesepakatan kerja sama ini ditandatangani dengan Aerospatiale Prancis). 

Ia menyebutkan, membeli helikopter jenis Agusta-Westland AW-101 Merlin, yang harganya sekitar 55 juta dolar Amerika Serikat. Sementara helikopter jenis NAS-332 Super Puma buatan PT Dirgantara Indonesia jauh lebih murah, yakni sekitar 35 juta dolar Amerika Serikat.

Katanya lagi, bila helikopter NAS-332 Super Puma diberi perlengkapan tambahan sebagaimana AW-101 Merlin, Sekretariat Negara hanya menambah 5 juta dolar. Uang segitu bisa untuk memasang FLIR (forward looking infra red), chaff and flare dispenser untuk mengecoh peluru kendali, pengacak infra merah, dan sistem peringatan laser. 

"Dengan membeli produk dalam negeri, maka negara untung sebesar 30 persen dari harga dasar setidaknya dalam bentuk material dari dalam negeri. Dan mampu mempekerjakan minimal 700 orang selama setahun , dengan investasi skill untuk anak bangsa yang terus berkembang," kata Hasanuddin.

Sebelumnya, dikatakan Sekretaris Militer Presiden, Marsekal Madya TNI Hadi Tjahjanto, helikopter baru kepresidenan itu akan dioperasikan dan dirawat di Skuadron Udara 45 VIP TNI AU. Ini berarti helikopter itu adalah perlengkapan militer, yang proses pengadaannya juga tunduk pada UU Nomor 16/2012. 

Pada pasal 43 UU Nomor 16/2012 itu, disebutkan bahwa pengadaan barang dan jasa pertahanan negara boleh melalui penunjukan langsung dengan sejumlah prasyarat dan ketentuan yang harus dipenuhi pejabat pembuat kesepakatan dan pabrikan pembuat. 

Yang pokok juga adalah produk barang dan jasa itu belum bisa dibuat di Tanah Air. Juga di antaranya adalah transfer teknologi, imbal beli, imbal dagang, kandungan dalam negeri, dan lain-lain. 

Pada kasus AW-101 Merlin ini, Indonesia sudah menguasai teknologi perakitan dan pembuatan helikopter angkut sedang dan sudah ada industri nasional tentang itu. Pun, proses tender pengadaan juga tidak pernah diungkap kepada publik. 

"Sesuai dengan amanah UU Nomor 16/2012 tentang Industri Pertahanan, pasal 43, tidak dibenarkan membeli alat pertahanan dan keamanan dari luar negeri selama negara sudah mampu memproduksinya," kata Hasanuddin.

Wacana pembelian helikopter baru kepresidenan ini sempat menjadi topik mengemuka bagi netizen, bahkan ada tanda pagar #PapaMintaHelikopter dan memenya, setelah sebelumnya #PapaMintaSaham.
Antara

Helikopter Kepresidenan Sudah Layak Diganti

Helikopter NAS-332 Super Puma (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

Anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin menilai, helikopter kepresidenan sudah layak untuk diganti.

"Helikopter jenis Super Puma yang digunakan oleh presiden selama ini dibuat tahun 2000 dan dipakai sejak tahun 2002, jadi sudah dipakai selama13 tahun. Menurut saya demi keamanan sudah selayaknya diganti," kata TB Hasanuddin dalam rilis yang diterima ANTARA News, Jakarta, Senin.

Ia mengatakan proses pembelian helikopter kepresidenan pada prinsipnya diajukan dan diproses oleh Sekretariat Negara setelah meminta saran dan pendapat dari TNI AU. "Untuk anggaran tahun 2016, Setneg setelah mendapat saran dari TNI AU dan merencanakan membeli helikopter pengganti yang ada dengan jenis AW 101 Agusta buatan Italia," kata purnawirawan TNI AD itu.

Ia menyebutkan, helikopter ini memang cukup canggih dengan interior yang mewah dan ruang yang lebar sehingga cukup nyaman untuk dipakai oleh VVIP.

"Tapi harganya menurut informasi sekitar 55 juta dolar AS. Cukup mahal bila dibandingkan dengan jenis Super Puma produk PT Dirgantara Indonesia, yang harganya 'hanya' 35 juta dolar AS. Bila Super Puma mau dilengkapi seperti AW 101 Agusta sesungguhnya tinggal menambah saja seperti FLIR (forward looking infra), chaff and flare dispencer ( proteksi /anti peluru kendali), infra red jammer dan laser warning, semua alat ini seluruhnya diperkirakan seharga 5 juta dolar. Sehingga harga satu unit Super Puma maksimal sekitar 40 juta dolar," kata TB Hasanuddin.


Antara