Thursday, 7 January 2016

Tes Bom Hidrogen Korut Ancam Keamanan Rusia

Uji coba bom hidrogen Korut dinilai dapat membahayakan keamanan nasional Rusia

Anggota parlemen Rusia mengecam uji coba bom hidrogen yang dilakukan oleh Korea Utara (Korut). Pasalnya, uji coba itu dapat menimbulkan ancaman keamanan nasional bagi Rusia.

"Jarak dari Pyongyang ke Vladivostok kurang dari 700 kilometer. Dan setiap aktivitas yang dilakukan Korut secara langsung mempengaruhi keamanan nasional negara kita," kata anggota parlemen Rusia, Konstantin Kosachev, seperti dikutip dari laman TASS, Rabu (6/1/2016).

Tidak hanya itu, Kosachev mengungkapkan, uji coba yang dilakukan oleh Korut melanggar hukum internasional. Korut bersama India, dan Pakistan secara de facto tidak menandatangani Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji-Coba Nuklir (CTBT). Jika benar Korut melakukan uji coba bom hidrogen, maka bisa dipastikan negara itu melanggar hukum internasional.

"Jika informasi mengenai uji coba bom hidrogen ini benar adanya, maka ini adalah bentuk pelanggaran lain dari semangat CTBT yang dilakukan oleh Pyongyang," kata Kosachev.

Sebelumnya, Korut telah tiga kali dijatuhi sanksi oleh Dewan Keamanan PBB akibat aktifitas nuklirnya. Alih-alih mematuhi Resolusi PBB yang menjatuhkan sanksi, Pyongyang malah melakukan uji coba bom hidrogen. (ian


Sindonews

Redam Ketegangan Saudi-Iran, Rusia Gandeng Indonesia

Indonesia siap bekerjasama dengan Rusia untuk meredam ketegangan antara Arab Saudi dengan Iran | (Sindonews/Ian)

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, melakukan pembicaraan untuk meredam ketegangan di Teluk Persian melalui saluran telepon. Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, kedua diplomat tingkat tinggi itu sepakat jika konflik yang timbul antara pemerintah Arab Saudi dan Iran harus diatasi dengan dialog.

"Kedua belah pihak bertukar pendapat tentang metode deeskalasi ketegangan yang timbul dalam beberapa hari terakhir di Teluk Persia. Keyakinan itu diungkapkan bahwa kontradiksi-kontradiksi ini harus diatasi melalui dialog," begitu pernyataan Kemlu Rusia seperti dikutip dari laman Sputniknews, Rabu (6/1/2016).

Dalam kesempatan itu, Menlu Retno Marsudi menekankan, Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, tertarik bekerjasama dengan Rusia dengan tujuan untuk menghindari perpecahan di dunia Islam.

Ketegangan di Teluk Persia terjadi setelah Arab Saudi memutuskan untuk mengeksekusi seorang ulama Syiah dan tokoh oposisi, Nimr al-Nimr. Keputusan Saudi ini berujung pada penyerangan kedutaan dan konsulat Saudi di Teheran, Iran, oleh massa demonstran yang mengecam eksekusi itu.

Penyerangan tersebut berujung pada pemutusan hubungan diplomatik oleh Arab Saudi. Langkah ini pun diikuti oleh sejumlah negara, seperti Sudan dan Bahrain. Sedangkan Kuwait menarik pulang dubesnya dari Iran. (ian)

Sindonews