Tuesday, 27 October 2015

[Foto] Ide Gila Rusia, Membangun Kapal Induk Terbang


Rusia dikenal dengan sejumlah ide aneh dalam membuat senjata terutama pesawat. Salah satunya adlah ekranoplans, pesawat setengah kapal yang bisa terbang dengan ketinggian rendah di atas permukaan air. Sudah ada pesawat jenis ini yang diproduksi sayangnya tidak ada satupun yang tersisa.

Ada satu lagi proyek yang menarik yang dilakukan yakni rencana Soviet membangun sebuah ekranoplan raksasa yang bisa membawa  pesawat lain. Bisa dikatakan sebagai kapal induk yang bisa terbang.


Kapal ini bisa terbang dengan ketinggian rendah dan dilengkapi dengan dek untuk pendaratan pesawat.


Tidak seperti kapal induk modern yang lambat dan sangat besar ekranoplan Aircraft Carrier Soviet bisa sangat cepat dan mobile. Dia bisa membawa selusin atau lebih jet ke tempat manapun di dunia dengan sangat cepat.


Tidak diketahui kenapa ide ini kemudian tidak dilanjutkan. Mungkin dianggap terlalu berbahaya seperti pesawat jet penumpang TU-144 atau mungkin terlalu mahal untuk melanjutkan penelitian.



Tetapi bagaimanapun ide ini cukup mengagumkan dan unik.




Jejak Tapak

VAB HOT Mephisto, Varian “Anoa” Dengan Rudal Anti Tank

VAB HOT Mephisto

Anoa Pindad terus berinovasi dan terus meningkatkan kemampuan tempurnya. Pertama kali muncul hanya sebagai kendaraan lapis baja biasa kini mulai berkembang hingga muncul berbagai varian, dari mengusung senjata kanon 90 mm hingga mortir 81 mm. Bukan tidak mungkin ke depannya akan muncul berbagai varian lain yang lebih mematikan.

Anoa mengambil basic dari lapis baja VAB Perancis dan kini VAB sudah mengeluarkan puluhan variasi. Dari versi ambulans, komando, stasiun radar, canon ganda 30 mm, hingga menggotong rudal anti tank.

Salah satu VAB dengan rudal anti tank adalah VAB HOT Mephisto. Menggunakan sasis yang sama dengan panser lapis baja VAB 4×4. Sistem peluncur rudal HOT 3 dipasang di bagian atas kendaraan.

Turret rudal dapat berputar penuh 360º dengan elevasi dari -10 sampai + 10 º. Turret peluncur rudal juga dapat disimpan rata dengan atap kandaraan saat dalam posisi pengintaian.

VAB HOT menggotong empat rudal siap tembak dan delapan rudal HOT cadangan yang tersimpan dalam dua magasin. Rudal HOT ATGW (Anti Tank Guided Weapon) memiliki jangkauan hingga 4.000 m. Saat ini VAB HOT Perancis dipersenjatai dengan rudal HOT-3 dengan hulu ledak tandem HEAT (High Explosive Anti Tank) yang efektif menghancurkan kotak baja reaktif (ERA).

HOT 3 dilengkapi dengan sistem pembidik laser proximity fuse baru. Sistem ini mampu menembak hingga tiga sasaran dalam satu menit. Rudal HOT 3 menggunakan sistem bimbingan SACLOS (Semi Otomatis Command to Line Of Sight). VAB Hot juga dilengkapi dengan senapan mesin 7.62 mm dengan perisai di depan.

Penembak rudal dilengkapi dengan lensa bidik gyrostabilised Giat M590 dengan perbesaran dari 3X – 12X. VAB HOT Mephisto juga dilengkapi dengan kamera MEPHIRA night vision dengan jangkauan maksimum 2.500 m. VAB HOT Mephisto sepenuhnya amfibi dengan tenaga dorong jet udara di bagian belakang.

Walaupun masih lama apabila Anoa didesain dengan peluncur rudal anti tank, namun VAB HOT Memphisto bisa dijadikan acuan, baik dari segi desain maupun persenjataan rudal yang diusungnya.

[Dunia] AS Ingin Suriah Jadi Negara Gagal Seperti Libya

Tujuan utama Washington di Suriah adalah untuk mengubah negara itu menjadi negara gagal yang lain. Demikian ditulis penulis AS Eric Zuesse yang percaya bahwa itu semua tentang rute minyak dan gas di Timur Tengah.

Pada pertengahan Oktober wartawan Amerika Brandon Turbeville menunjukkan fakta aneh: sementara Rusia menyerang target ISIS dan al-Qaeda di Suriah, pasukan militer AS “meluncurkan misi pengeboman sendiri terhadap dua pembangkit listrik Aleppo.”

“Pembangkit listrik yang terletak di al-Rudwaniya timur dari Aleppo mengakibatkan listrik padam dan mempengaruhi rakyat Suriah, menambah tradisi Amerika melakukan pemboman infrastruktur sipil bukan target ISIS dan teroris lainnya di Suriah,” tulis Turbeville sembari mengingatkan bahwa pemboman Washington di Suriah merupakan pelanggaran hukum internasional karena tidak atas persetujuan PBB dan Suriah.

Hanya ada satu penjelasan atas tindakan dijelaskan militer Pentagon tersebut yakni Washington dan sekutu Timur Tengah berencana untuk mengubah Suriah menjadi negara gagal  seperti Libya  “Tujuan AS adalah negara Suriah gagal, sehingga Rusia akan kehilangan sekutu dan AS bertujuan untuk menghancurkan Suriah, Rusia ingin menyelamatkan Suriah Jadi: sementara infrastruktur Rusia membom ISIS dan teorois lainnya, bom Amerika untuk menjadikan Suriah sebagai negara tanpa infrastruktur hingga kemudian menjadi negara yang gagal. Itu   tujuan Amerika, ” tulis Eric Zuesse dalam artikelnya untuk Strategic Culture Foundation dan dikutip Sputnik Minggu 25 Oktober 2015.

Apa Keungtungan AS Jika Suriah Jadi Negara Gagal?

Tapi mengapa mereka ingin merusak ekonomi dan negara? Ada penjelasan yang sangat sederhana,  yang diuraikan Zuesse  yakni Washington, Arab Saudi, Qatar dan Turki ingin mengambil alih Suriah untuk membangun saluran pipa untuk mengambil minyak dan gas melalui wilayah negara ke Turki dan dengan demikian ke Uni Eropa. Mereka melihat Bashar al-Assad sebagai batu sandungan dari rencana itu.
 
“Tujuan AS di Suriah adalah negara yang gagal di mana para panglima perang lokal  yakni ISIS dan al-Nusra, dan keompok lainnya  akan berbagi keuntungan minyak dan gas dengan Arab Saudi dan Qatar, yang akan membangun pipa melalui Suriah ke Eropa, sehingga menggantikan pasokan minyak dan gas Rusia. Ini adalah tujuan Obama, dan tidak hanya itu Raja Saud, Qatar Emir, dan penerima manfaat ekonomi langsung lain dari rencana, ” tegas Zuesse.

Beberapa wartawan baru-baru ini mengajukan pertanyaan, bagaimana ISIS mampu memproduksi minyak dalam kondisi perang yang parah dengan mempekerjakan ratusan pekerja untuk mengoperasikan berbagai sumur di wilayah yang diduduki oleh ISIS.

Pada Juni 2014 Thierry Meyssan mencatat dalam artikelnya untuk Voltairnet.org bahwa meskipun AS sedang memantau pasar minyak, entah kenapa, afiliasi al-Qaeda al-Nusra depan dan ISIS dapat menjual minyak global.

“Jika Front al-Nusra dan ISIS dapat menjual minyak di pasar internasional, mereka diizinkan oleh Washington dan terkait dengan etalase perusahaan minyak,” tulis Meyssan. Dia mencatat bahwa sebelumnya, pada bulan Maret 2014, “Separatis Benghazi Libya telah gagal untuk menjual minyak yang mereka sita. Angkatan Laut AS mencegat kapal tanker Morning Glory dan telah kembali ke Libya.” 

Ada lebih banyak contoh “kerjasama” Washington dengan kelompok di Suriah, catat Zuesse, mengacu pada laporan yang ditulis oleh wartawan investigasi Seymour Hersh pada bulan April 2014. Menurut Hersh, Obama telah mengirim senjata dari Libya untuk dikirim ke sejumlah kelompok (termasuk al -Nusra) di Suriah.

“Dengan ketentuan perjanjian, dana berasal dari Turki, serta Arab Saudi dan Qatar, CIA, dengan dukungan dari MI6, bertanggung jawab untuk mendapatkan senjata dari gudang senjata Gaddafi ke Suriah. Sejumlah perusahaan didirikan di. Libya di bawah penutup dari entitas Australia, ” tulis Hersh seperti dikutip oleh penulis Amerika tersebut.
Strategi Controlled Chaos
Tampaknya apa yang terjadi di Timur Tengah adalah bagian apa yang dikenal sebagai strategi “controlled chaos” Washington. Keterlibatan militer Rusia di Suriah tentu saja telah bertentangan dengan rencana Amerika. 
Itulah mengapa Obama tidak ingin bergabung dengan koalisi Suriah-Rusia-Irak-Iran, dia malah berusaha untuk mengalahkannya, menurut Zuesse. 
Apapun yang dikatakan Washington, tujuannya adalah jelas: ingin mempertahankan kontrol penuh atas sumber daya alam di kawasan ini bersama-sama dengan sekutu Timur Tengah. ” Hillary Clinton mengatakan pada 18 Agustus 2011, ketika Amerika Serikat mulai operasi menghapus Assad: “Kami memahami keinginan yang kuat dari rakyat Suriah bahwa tidak ada negara asing campur tangan dalam perjuangan mereka, dan kami menghormati keinginan mereka, “Zuesse menambahkan bahwa realitas politik AS sama sekali mengabaikan keinginan tersebut.
jejaktapak 

[Dunia] Rusia-NATO Menuju Perang Dingin Mediterania?

Apakah kita menuju Perang Dingin baru di laut Mediterania dan Hitam? Intervensi militer Rusia di Suriah telah memunculkan skenario ini, bersama dengan tumbuhnya aktivitas kapal perang dan kapal selam sekitar Mediterania, Laut Hitam dan di pelabuhan Suriah Latakia (28 mil dari perbatasan Turki)  yang menjadi pangkalan utama Angkatan Laut Rusia.

Situasi geostrategis semakin berkembang ketika NATO menggelar latihan terbesar dan  paling ambisius dalam lebih dari satu dekade terakhir dengan melibatkan sekitar 36.000 tentara, lebih dari 140 pesawat dan 60 kapal dari lebih 30 negara.

Selain sekutu NATO, peserta latihan termasuk Australia, Austria, Bosnia dan Herzegovina, Finlandia, Makedonia, Swedia dan Ukraina. Latihan Trident Juncture 2015  dibuka 19 Oktober di Pangkalan Udara Trapani, Sisilia, dan akan diselenggarakan oleh Italia, Spanyol dan Portugal sampai 6 November “Kami sangat prihatin tentang peningkatan militer Rusia,” kata Wakil Sekretaris NATO Jenderal Alexander Vershbow kepada wartawan. “Mereka meningkatkan konsentrasi pasukan di Kaliningrad, Laut Hitam dan, sekarang, di Mediterania timur yang menimbulkan beberapa tantangan tambahan.”
Pada upacara pembukaan, NATO memamerkan kekuatan serangan udara dengan Typhoon, F/A-18, F-16, Tornado dan AMX, serta drone MQ-9 Reaper.

Tapi pekan lalu juga terjadi dua peristiwa luar biasa lainnya terkait dengan skenario Mediterania. Pada tanggal 20 Oktober, Angkatan Laut AS mengumumkan perusak USS Ross berhasil mencegat rudal balistik di Samudra Atlantik Utara dalam sebuah latihan penembakan dengan delapan negara lainnya. Kapal tersebut saat ini ada di pangkalan Navy Base Rota Spanyol, dekat Mediterania.

“Ini adalah pertama kalinya interceptor Standard Missile-3 Block IA dipecat di luar negara Amerika dan pertama kalinya mencegat rudal balistik di teater Eropa,” kata Angkatan Laut AS. Latihan ini hanya dua minggu setelah empat kapal perang Angkatan Laut Rusia meluncurkan 26 rudal jelajah dari Laut Kaspia ke target di Suriah. Peluncuran rudal Rusia telah mengejutkan banyak pihak karena hanya menggunakan kapal yang relatif kecil yang selama ini dianggap tidak mampu.

Selain itu pada 20 Oktober, perusak Porter di Batumi, Georgia, sebuah negara yang terlibat perang melawan pasukan Rusia pada tahun 2008 dan mencoba untuk bergabung dengan NATO. Porter merupakan salah satu dari empat kapal perusak yang berbasis di Rota bersama Ross, Donald Cook dan Carney.

“Operasi Porter di Laut Hitam dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan maritim dan stabilitas, kesiapan, dan kemampuan angkatan laut dengan sekutu dan mitra kami,” kata siaran Angkatan Laut AS.
Apakah NATO benar-benar melakukan skenario Perang Dingin baru?

“Kami tidak percaya Rusia ingin konflik militer dengan NATO, tapi ya, kami memiliki kegiatan yang sedang berlangsung pada tingkat rendah lainnya seperti di Perang Dingin seperti manajemen informasi, serangan cyber, mata-mata militer,” kata seorang pejabat NATO kepad Defense News Senin 26 Oktober 2015.

“Namun, ada dua perbedaan penting sekarang,” kata pejabat itu. “Tidak ada ancaman eksistensial di Eropa, dan sekarang isu regional dari pertarungan antara dua negara adidaya. Kekhawatiran ini telah meningkat dengan intervensi militer Rusia di Suriah dan ancaman di Turki.”
 
Laut Hitam, yang berbatasan dengan Turki, Rumania dan Bulgaria yang semuanya adalah negara NATO, dan juga Rusia, Ukraina dan Georgia, tampaknya menjadi faktor kunci dalam skenario NATO-Rusia baru ini.

Di Trapani, seorang pejabat senior yang menolak untuk disebutkan namanya kepada Reuters mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan perang Suriah sebagai dalih untuk meningkatkan kehadirannya di Laut Mediterania.

“Kita harus memperhitungkan bahwa Rusia akan memiliki kehadiran yang lebih besar dengan kemampuan untuk menghambat kebebasan manuver dan navigasi kami,” kata pejabat itu.
Semenanjung Krimea, yang dianeksasi Rusia dari Ukraina pada tahun 2014, menurut pejabat itu telah menjadi benteng bersenjata Rusia.

Kehadiran terus menerus sebuah kapal perusak Aegis di Laut Hitam adalah salah satu strategi AS untuk mempelajari upaya mengganti rudal Patriot yang digunakan untuk melindungi Turki, yang sedang ditarik.

Trident Junture 2015 telah dimulai, tapi tidak ada pejabat NATO secara terbuka menyatakan Rusia merupakan masalah di sisi selatan. Vershbow membantah latihan ini ditujukan untuk ancaman Rusia. “Memang [tidak untuk Rusia], terinspirasi oleh negara-negara Afrika,” katanya. Latihan ini mensimulasikan konflik di daerah Tanduk Afrika dan Sudan, dengan Kamon, Lakuta dan Tytan sebagai negara imajiner.

[Dunia] Rusia Harapan Timur Tengah

'Hujan' Bom Rusia di Suriah Jadi Pukulan Psikologis bagi AS

Rentetan "hujan" bom Rusia di Suriah dinilai jadi pukulan psikologis buat AS. (Sputnik)

Pesawat-pesawat jet tempur Rusia yang menghujani Suriah dengan bom-bom dahsyat dinilai menjadi pukulan semacam “bom” psikologis bagi Amerika Serikat (AS). Demikian analisis kolomnis terkemuka Rusia, Vladimir Soloviev. Menurutnya, dalam sebulan terakhir, opini publik dunia beralih dari menonton video propaganda kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ke agresi militer Kremlin di Suriah yang sudah membuat AS dan sekutunya kesal. Soloviev melanjutkan, waktu untuk diskusi tentang teroris berjenggot telah lewat.

Sekarang semua orang berbicara tentang aksi pilot-pilot Rusia. Menurutnya, Washington mau tidak mau harus menyaksikan “pahlawan” baru di Suriah dalam memerangi kelompok teror. Analisis Soloviev bukan sekadar argumen pribadi. Dia mengutip pengakuan Komandan Pasukan Angkatan Darat di Eropa, Jenderal Ben Hodges, yang terkejut dengan kemampuan Moskow menyebarkan tentaranya di kawasan Timur Tengah dalam waktu yang sangat singkat.

“Ia bingung dengan hal ini,” tulis Soloviev dalam sebuah kolom yang dikutip Sputnik, Senin (26/10/2015). Soloviev juga mengutip analisis pemberitaan wartawan Italia yang pernah membuat laporan kehebatan agresi Rusia di Suriah. ”Rusia terlalu kuat,” judul laporan itu.

”Ledakan bom Rusia di Suriah telah memukul Amerika dengan gelombang ledakan. Ini semacam ‘bom psikologis’,” kata Soloviev. Intervensi militer Rusia di Suriah, kata dia, telah mematahkan citra AS di panggung dunia.

Terlebih, Rusia telah mengusulkan Pemilu sebagai solusi untuk mengakhiri krisis Suriah. ”Amerika sedang menonton Kremlin. Apa yang lebih penting adalah bahwa AS telah diabaikan sebagai negara adidaya,” ujarnya.

AS Perusak

Kondisi wilayah Suriah yang dilanda perang. (Reuters)

Koran online Jerman, Die Welt Freie, melansir laporan analisis yang membandingkan peran Rusia dan Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah. Media itu menyebut Rusia menawarkan harapan perdamaian bagi Timur Tengah yang hancur akibat intervensi militer AS.

Dalam krisis Suriah, media Jerman tersebut memuji peran Rusia yang dianggap membawa perubahan positif yang besar. Salah satunya dalam membantu Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad, dalam melawan teroris. Operasi militer Kremlin sejak akhir September 2015, menurut Die Welt Freie, sah karena atas permintaan resmi dari rezim Damaskus.

”Dukungan (Presiden Vladimir) Putin pada Pemerintah Assad akan menentukan nasib kita semua. Bagaimanapun, Presiden Rusia ini telah berhasil,” bunyi laporan media Jerman itu, Senin (26/10/2015). Rusia juga dipuji media Jerman itu atas peran militernya yang tetap menganut hukum internasional.

”Putin (Presiden) Rusia berkomitmen untuk mematuhi hukum internasional, sementara Amerika Serikat secara de facto dan de jure bertindak seperti bola perusak,” imbuh laporan surat kabar Jerman itu. “Ini telah terjadi saat masa perang di daerah yang ada kepentingan AS, yang ternyata negara-negara tetangga terkena reruntuhan, memaksa jutaan orang melarikan diri dan merampok mereka dari sejarah dan mata pencaharian mereka,” kritik koran Jerman itu terhadap kebijakan perang AS. 

Sementara itu, Pemerintah AS dalam beberapa kesempatan justru menuding balik aksi militer Rusia yang dianggap memperparah konflik Suriah. AS juga menuding agresi Rusia di Suriah tidak menargetkan ISIS dan telah menyasar warga sipil. Namun, tuduhan itu dibantah Kremlin dengan melansir laporan usai serangan diluncurkan. (mas)

Jokowi Diajak Mampir ke Kediaman Obama di Gedung Putih

Dalam pertemuan bilateral kedua kepala negara juga membicarakan soal penanganan bencana asap. (Reuters/Jonathan Ernst)

Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi dalam jumpa pers di Blair House Washington DC, pada Senin (26/10) memaparkan bahwa Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama sempat mengajak Presiden Joko Widodo mampir ke kediamannya di Kompleks Gedung Putih.

Sesaat setelah pertemuan bilateral Presiden Jokowi dan Obama rampung, Retno memaparkan terdapat satu hal yang tidak biasa dilakukan oleh Obama kepada Jokowi.

"Presiden Jokowi diundang untuk berjalan sepanjang Rose Garden masuk ke residen tempat kediaman Presiden Obama," kata Retno.

Setelah itu, Retno menyebutkan bahwa Jokowi diajak oleh Obama berjalan dari lorong kediamannya menuju ke Oval Office atau ruang kerja Presiden.

Keakraban kedua pemimpin negara ini juga terlihat saat Obama mengantar Jokowi masuk ke salah satu mobil ketika akan meninggalkan Gedung Putih. 

"Ini menunjukkan kedekatan Obama terhadap Indonesia. Catatan kami termasuk untuk bagian yang diajak masuk ke residen beliau itu tidak pernah diberikan kepada kepala negara lain," kata Retno.

Ia memaparkan telah ada empat nota kesepahaman yang ditandatangani secara terpisah pada tingkat antar pemerintah, yakni soal maritim, energi, pertahanan, dan bahan bakar. Meski demikian, Retno tidak merinci masing-masing nota kesepahaman tersebut.

Retno menyatakan bahwa Obama mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya nenek Jokowi, Sani Wirorejo sebelum keberangkatan kunjungan kerja Jokowi ke AS.
Obama juga memaklumi keputusan Jokowi untuk membatalkan rencana kunjungannya ke San Fransisco setelah dari Washington DC, meski pembatalan ini tidak dibicarakan secara langsung ketika kedua pemimpin negara ini bertemu.

"Tidak dibicarakan secara resmi tapi disinggung sedikit dan Presiden Obama sangat memaklumi. Sangat mengerti," kata Retno.

Dalam pertemuan bilateral kedua kepala negara juga membicarakan soal penanganan bencana asap.

"Dalam nada yang sangat positif, Presiden Obama memahami betul mengenai masalah asap yang tidak bisa dipadamkan begitu saja," katanya.

AS juga menawarkan komitmen bantuan senilai 2,7 juta dolar AS kepada Indonesia, menurut Retno.

Pada Minggu (25/10), Retno memaparkan bahwa pembicaraan Jokowi dengan Obama akan meliputi empat hal, terkait demokrasi Indonesia dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, soal ekonomi, pasar digital di Indonesia, dan isu perubahan iklim.

"Goal-nya karena Indonesia adalah negara besar maka kita berharap bahwa pertemuan ini membawa manfaat bagi kedua belah pihak dan dunia," kata Retno. (ANTARA)

[Dunia] Senjata-Senjata yang Dipamerkan Rusia di Suriah


Pada operasi udara dan laut di Suriah, militer Rusia menggunakan sejumlah senjata untuk untuk menggempur sejumlah target termasuk dari rancangan terbaik desain Soviet hingga senjata terbaru Rusia yang canggih, yang kini diuji langsung di medan tempur. Dan berikut senjata-senjata yang dipamerkan oleh Rusia di medan perang Suriah.
1. Kapal

Dalam waktu singkat, pasukan bersenjata Rusia telah mengirim 28 pesawat menggunakan kapal induk ke pelabuhan Tartus dan markas udara Hmemeem di Latakia: Nikolai Filchenkov, Novocherkassk, Minsk, dan Peresvet. Mereka semua melanjutkan tugas tempur di Mediterania bersama kapal Admiral Nevelsky, Alexander Shabalin, serta kapal penghancur Admiral Panteleev, dan kapal patroli Smetlivy.

Tiga kapal serang kilat dari Armada Laut Kaspia Rusia: Uglich, Svijazhsk, dan Veliky Ustyug, sukses meluncurkan rudal jelajah ke lokasi teroris dari Laut  Kaspia. Kapal serang tersebut meluncurkan rudal jelajah Russian Tomahawk. Ini dapat disebut pembaptisan api untuk senjata berakurasi tinggi dan debut pertamanya dalam penggunaan jarak jauh, dengan jangkauan lebih dari 1.500 kilometer, yang membuat Rusia dapat melakukan operasi militer dari jarak jauh. Secara keseluruhan, terdapat lebih dari sepuluh kapal laut Rusia yang berpatroli di Laut Kaspia.
2. Aviasi dan Senjata Presisi Tinggi
Rusia telah menampilkan sejumlah pesawat berbeda, dari pesawat pengebom Su-24M dan pesawat serang Su-25, hingga pesawat canggih terbaru, yaitu Su-34 . Secara keseluruhan, terdapat 28 pesawat militer, belum termasuk dua pesawat transportasi An-124.
Su-24M merupakan salah satu pesawat tempur Rusia yang paling terkenal dan diadopsi di Uni Soviet pada 1975. Ia masih digunakan oleh tentara Rusia dan banyak negara lain. Terdapat 12 pesawat Su-24M yang beroperasi di Suriah. Jumlah pesawat tempur Su-25 yang sama juga dikirim ke Suriah. Empat pesawat tempur Su-30 yang lebih modern juga melancarkan misi di negara tersebut. Ia merupakan pesawat tempur generasi ke-4+ dan mampu menghancurkan perangkat berbasis darat di malam hari, saat cuaca buruk, serta melakukan pengintaian. 
 
Su-34

Pesawat tempur-pengebom taktis terbaru Rusia ialah Su-34, yang melakukan debutnya dalam konflik Suriah. Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, Su-34 di Suriah dilengkapi dengan sistem komunikasi terintegrasi TKS-2M untuk “operasi jaringan terpusat”. Sistem baru memungkinkan pertukaran koordinat target antara pesawat tanpa bantuan pos komando yang berbasis di darat. 

Dengan menggunakan perangkat tersebut, pesawat pengebom Su-34 dapat menyediakan informasi untuk kelompok penyerang koordinat target menggunakan peta elektronik yang dihasilkan bagi kru pesawat lain, tanpa melibatkan pos komando darat. Dengan demikian, semua pesawat dalam kelompok ‘mengetahui’ koordinat target, bahkan jika hanya satu pesawat yang menemukan lokasi tersebut. Sistem ini membuat operasi udara lebih tersembunyi, karena hanya satu pesawat dalam kelompok yang perlu menyalakan radar untuk melacak target.

Mi-17

Selain pesawat, Rusia juga mengerahkan helikopter, dari helikopter Mi-17 untuk transportasi dan senjata elektromagnetik, hingga helikopter serang Mi-24, yang pernah dipakai di Afganistan dengan hasil yang memuaskan. Secara keseluruhan, terdapat 15 helikopter Rusia di Suriah.

Rusia menggunakan senjata berakurasi tinggi dalam menyerang wilayah Suriah. Pesawat-pesawat tersebut dilengkapi bom KAB-250 dan KAB-500, yang setelah dijatuhkan dari pesawat kemudian dipandu oleh satelit militer. Radius deviasi dari target tak lebih dari lima meter. Selain itu, di Aleppo Rusia juga menggunakan misil jelajah antitank RBK-500-SPBE.
3. Senjata Elektromagnetik
Krasukha-4 Rusia

Rusia juga diketahui menempatkan sistem senjata elektronik Krasukha-4 di Suriah, untuk menekan radar pesawat dan drone tempur. Ia mampu melindungi objek dari deteksi radar dalam jarak 150-300 kilometer, serta menekan pesawat AWACS dan perangkat senjata elektronik musuh. Sistem Krasukha-4 diadopsi sejak 2012, dan mulai beroperasi sejak 2013. Di laut, Vasily Tatischev dari Armada Baltik melakukan tugas intelijen.

[Dunia] AS Akan Kirim Kapal Perusak ke Laut China Selatan

Kapal Perusak AS, USS Lassen (DDG 82) (Kanan) berada dalam formasi dengan ROKS Sokcho (PCC 778) pada latihan bersama Foal Eagle 2015, di perairan timur semenanjung Korea. (Reuters/U.S. Navy/Mass Communication Specialist 1st Class Martin Wright)
Angkatan Laut Amerika Serikat berencana mengirimkan kapal perusak dengan peluncur rudal ke wilayah 12 mil laut, atau sektar 22,2 km dari pulau buatan yang dibangun oleh China di Laut Cina Selatan. Langkah ini dinilai merupakan salah satu langkah AS untuk menantang klaim China di salah satu jalur laut tersibuk di dunia itu.

Dilaporkan Reuters, seorang pejabat pertahanan AS menyatakan kapal perusak USS Lassen akan mulai berpatroli pada Selasa (27/10) pagi waktu setempat di dekat terumbu karang Subi dan Mischief di kepulauan Spratly, pulau yang dibuat China dengan cara pengerukan sejak 2014.

Patroli kapal perusak itu akan menjadi salah satu tantangan AS yang paling serius di sekitar batas teritorial yang diklaim China. Langkah ini dinilai akan memantik kemarahan Beijing, yang pada bulan lalu mengatakan "tidak akan pernah mengizinkan negara manapun" melanggar teritorial perairan dan wilayah udara di Spratly.
Kapal tersebut kemungkinan akan disertai dengan pesawat pengintai P-8A dan pesawat pengintai P-3 milik Angkatan Laut AS, yang telah melakukan misi pengintaian rutin di kawasan itu, menurut pejabat pertahanan, yang tidak dipublikasikan namanya.

Patroli tambahan juga rencananya akan dilakukan dalam beberapa minggu mendatang dan kemungkinan berpatroli di sekitar wilayah Spratly yang juga diklaim oleh Vietnam dan Filipina.

"(Patroli) ini akan terus terjadi, tidak hanya satu kali," kata pejabat tersebut.
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest menolak berkomentar soal operasi khusus, dan menyerahkannya kepada Pentagon. Meski demikian, Earnest menyatakan AS menilai harus menekankan pentingnya arus perdagangan bebas di Laut Cina Selatan, kepada China.

"Terdapat aktivitas perdagangan senilai miliaran dolar dari seluruh daerah di dunia di perairan itu. AS memastikan harus ada aliran perdagangan bebas yang sangat penting untuk ekonomi global," katanya.

Patroli tersebut akan menjadi yang pertama dalam wilayah Spratly sejak China mulai membangun terumbu di 2014. Amerika Serikat terakhir kali melewati teritorial Spratly pada 2012.

Keputusan untuk mengirimkan kapal perusak berisiko memperburuk hubungan AS yang sudah tegang dengan China.

Anggota Kongres AS, Randy Forbes, ketua Angkatan Bersenjata Seapower dan Proyeksi Angkatan Sub-komite dan Ketua Kongres Kaukus China, memuji rencana tersebut.

"Keputusan AS mengirimkan kapalnya ke wilayah pulau yang dibuat China di Laut China Selatan merupakan respon yang diperlukan untuk mendestabilisasi pengaruh China di kawasan itu," bunyi laporan dari Forbes.

China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, yang menjadi jalur perdagangan dunia senilai lebih dari US$5 triliun setiap tahunnya. Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Taiwan saling memiliki klaim di perairan ini. (ama)
CNN 

TNI AD Rebut Juara Umum Terjun Payung di Malaysia

TNI AD juara terjun payung di Malaysia. ©2015 Handout/Penerangan Kopassus

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) meraih gelar juara umum dalam kejuaraan terjun payung di Malaysia. Lomba bertajuk The Terengganu Challege Parachuting Championship and Malaysian Armed Forces Parachuting Championship Closed 2015 ini, tim yang terdiri dari Kostrad dan Kopassus menjuarai empat dari lima nomor yang dipertandingkan.

Berdasarkan siaran pers dari Penerangan Kopassus, Minggu (25/10), TNI AD berhasil 4 emas, 1 perak dan 1 perunggu dan menyingkirkan 28 tim dari Malaysia maupun swasta. Dalam perlombaan tersebut, TNI AD menerjunkan 22 atlet terjun payung dalam lomba yang digelar sejak 19 September dan ditutup Senin (26/10) besok.

Torehan prestasi ini menambah deretan panjang TNI AD dalam setiap perlombaan yang digelar di luar negeri. Sebelumnya, Indonesia pernah menjadi juara umum dalam lomba menembak di Australia dan menyingkirkan peserta dari Amerika Serikat, Jepang dan lain-lain.

"Tujuan mengikuti kejuaraan di Malaysia untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan para atlet terjun bebas baik sport maupun military didunia Internasional khususnya dikawasan Asia tenggara," ujar Penerangan Kopassus Mayor Inf Achmad Munir.

Sebagai pemenang, hadiah diserahkan langsung oleh Panglima Tentara Darat Malaysia, Jenderal Tan Sri Raja Mohammed Affandi bin Raja Mohammed kepada Komandan Kontingen PTPAD Mayor Inf Frangki Susanto. Frangki sehari hari menjabat sebagai Pabanda Renlatum Sops Kopassus.

Berikut torehan emas yang dicatat TNI AD di Malaysia:

1. Tim akurasi sport:
a. Juara-1 Tim PTPD Indonesia
b. Juara-2 Tim TUDM (Tentara udara Diraja Malaysia)
c. Juara-3 Tim Jawa Barat

2. Perorangan akurasi sport:
a. Juara -1 Praka Ismail Doda (PTPAD) Indonesia
b. Juara-2 Sertu Erik Prahasta (PTPAD) Indonesia
c. Juara -3 Subhi TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia)

3. Kerja sama di udara:
a. Juara-1 tim PTPAD Indonesia
b. Juara-2 tim TLDM (Tentara Laut Diraja Malaysia)
c. Juara-3 tim TDM (Tentara Darat Malaysia)

4. Tim akurasi militer:
a. Juara-1 tim PTPAD Indonesia
b. Juara-2 tim TUDM A (Tentara Udara Diraja Malaysia)
c. Juara-3 tim TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia)

5. Kerjasama payung di udara :
a. Juara-1 tim TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia)
b. Juara-2 tim TLDM (Tentara Laut Diraja Malaysia)
c. Juara-3 tim PTPAD Indonesia


merdeka

[Dunia] Dunia Akan Lebih Baik Jika Saddam dan Khadafi Masih Berkuasa

Khadafi n Saddam

Bakal calon presiden dari Partai Republik Amerika Serikat Donald Trump mengomentari kondisi Timur Tengah saat ini yang memanas. Menurutnya, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika diktator seperti Saddam Hussein dan Muammar Khadafi masih berkuasa. 
Dicetuskan Trump, Timur Tengah "meledak" di sekitar Presiden AS Barack Obama dan mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, yang menjadi rival terbesar Trump dari Partai Demokrat untuk pertarungan menuju Gedung Putih.

"100 persen," jawab Trump ketika ditanya apakah dunia akan lebih baik jika Saddam dan Khadafi masih berkuasa di Irak dan Libya. Hal tersebut disampaikan miliarder tersebut dalam acara bincang-bincang "State of the Union" di stasiun televisi CNN, seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (26/10/2015). Kedua diktator yang telah meninggal tersebut dilaporkan telah melakukan kekejaman terhadap rakyat mereka sendiri.

Saddam, mantan Presiden Irak, digulingkan dalam invasi AS dan sekutu ke Irak tahun 2003 dan dieksekusi pada tahun 2006. Sedangkan Khadafi yang berkuasa di Libya selama 4 dekade, dilengserkan dan dibunuh pada Oktober 2011 usai perlawanan yang didukung NATO. "Orang-orang kepalanya dipotong. Mereka sedang tenggelam. Saat ini jauh lebih buruk dibandingkan semasa Saddam Hussein atau Khadafi," cetus Trump.

"Maksud saya, lihat apa yang terjadi. Libya adalah musibah. Libya adalah bencana. Irak bencana. Suriah bencana. Seluruh Timur Tengah. Semuanya meledak di sekitar Hillary Clinton dan sekitar Obama. Itu meledak," kata calon favorit Partai Republik tersebut. Trump bahkan menyebut Irak "Harvard terorisme" dan menyarakan negeri itu telah berubah menjadi "tempat pelatihan bagi para teroris."

"Jika Anda melihat Irak beberapa tahun lalu, saya tidak bilang dia (Saddam) orang yang baik. Dia orang yang mengerikan namun itu lebih baik dibandingkan sekarang," tutur Trump. (ita/ita)

Mantan PM Inggris Tony Blair Minta Maaf Atas Invasi Irak

Blair mengakui invasi Irak adalah kesalahan intelijen, membuat negara itu saat ini dirundung konflik, memunculkan kelompok militan seperti Al-Qaidah dan ISIS. (Getty Images)

Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair meminta maaf atas invasi Irak yang menurutnya adalah kesalahan besar intelijen. Invasi itu berhasil menggulingkan Saddam Hussein namun Irak hingga kini masih bergelimang dengan konflik, terutama dengan munculnya ISIS yang menguasai sebagian negara itu. Hal ini disampaikan Blair dalam wawancara dengan pembawa acara GPS di CNN, Fareed Zakaria, Minggu (25/10).

"Saya meminta maaf karena intelijen yang kami gunakan ternyata salah, walaupun dia (Saddam Hussein) sering menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri, tapi program (senjata pemusnah massal) itu tidak berada dalam bentuk yang kami kira," kata Blair.

Pernyataan Blair merujuk laporan intelijen yang muncul sebelum invasi pimpinan Amerika Serikat ke Irak tahun 2003. Dalam laporan itu disebutkan Saddam memiliki senjata pemusnah massal, yang menjadi dasar serangan AS dan Inggris ke negara itu. Namun belakangan diketahui, laporan intelijen itu salah. Tapi invasi terlanjur dilakukan, pemerintahan Saddam hancur, dan pemimpin Irak itu digulingkan. Saddam dieksekusi mati dengan cara digantung pada hari Idul Adha tahun 2006. 

Lengsernya Saddam tidak juga membuat Irak damai. Peperangan demi peperangan terjadi di negara itu, salah satunya adalah konflik sektarian yang memakan banyak korban jiwa. Berbagai kelompok militan muncul, salah satunya al-Qaeda dan belakangan adalah ISIS. Puluhan ribu warga sipil Irak, lebih dari 4.000 tentara AS dan 179 militer Inggris terbunuh dalam operasi di Irak. Blair mengaku tidak tahu dampak invasi itu akan sangat parah dan berkepanjangan.

"Saya meminta maaf untuk kesalahan dalam perencanaan dan, tentu saja, kesalahan kami dalam memahami apa yang akan terjadi setelah kami menggulingkan rezim." Namun Blair mengaku tidak menyesal dan menolak meminta maaf atas tergulingnya Saddam.

"Saya tidak mampu meminta maaf atas lengsernya Saddam. Saya kira, bahkan hari ini di tahun 2015, lebih baik dia tidak ada di sana dibanding masih ada," ujar Blair.

Bangkitnya ISIS

Blair kepada Zakaria menyadari bahwa kesalahan mereka dalam perang Irak telah membangkitkan ISIS yang kebanyakan petingginya adalah veteran perang Irak atau militan negara itu yang menentang invasi AS.

"Tentu saja, tidak bisa dikatakan kami yang menggulingkan Saddam pada 2003 tidak punya tanggung jawab atas situasi di tahun 2015. Tapi penting dicatat, Arab Spring tahun 2011 kemungkinan juga berpengaruh pada Irak hari ini, dan dua, ISIS punya pangkalan yang kuat di Suriah, bukan Irak," lanjut dia.

Keputusan Blair menyertakan Inggris dalam perang di Irak dikecam banyak pihak. Kesalahan intelijen tersebut dan invasi negara itu dianggap kejahatan perang. Pemimpin oposisi Inggris, Jeremy Corbyn, bahkan mengatakan Blair harus diadili atas kejahatan ini.

Ditanya soal tuduhan itu, Blair berdalih bahwa itu adalah keputusan yang tepat saat itu. "Tindakan itu benar atau salah, semua orang bisa punya penilaian sendiri," tegas Blair. (den)

CNN detik