Tuesday, 13 October 2015

Negara Butuh 100 Juta Rakyat Untuk Bela Negara, Mirip Wajib Militer

Kementerian Pertahanan membentuk 4.500 kader Pembina Bela Negara di 45 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Ditargetkan ada 100 juta rakyat yang mau ikut dalam program ini.

"Dalam pertahanan negara, faktor jumlah penduduk potensial untuk pembelaan negara masih menjadi salah satu perhitungan utama. Indonesia yang punya populasi 250 juta memiliki 100 juta penduduk yang potensial untuk melibatkan dalam pembelaan negara sebagai kader militan," kata Menteri Pertahanan Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu saat jumpa pers di Kantornya, Senin (12/10).

Penyelenggaraan pembentukan Kader Pembina Bela Negara akan dibuka secara serentak pada Senin (19/10) pekan depan. Menurut mantan Kepala Staf Angkatan Darat, program Bela Negara berkelanjutan hingga tahun 2025 mendatang untuk mempunyai kader Bela Negara.

Negara butuh 100 juta rakyat buat Bela Negara, mirip Wajib Militer
Dia mengharapkan pada tahun 2016 dapat diselenggarakan oleh Pemda yang bekerjasama dengan TNI dan Polri. Namun, pemerintah bungkam perihal dana yang dipakai untuk melaksanakan program ini.

Dalam program ini, lanjut dia, para masyarakat sipil yang ikut akan dilatih selama sebulan. Usai mendapat latihan, mereka akan mendapat sebuah kartu anggota Bela Negara. Sayangnya, kartu itu tidak mempunyai nilai khusus bagi warga yang pernah mengikuti pelatihan Bela Negara.

"Kami mengajak komponen bangsa untuk berperan aktif mengikuti pembentukan kader negara. Kader yang dibentuk untuk mewujudkan Indonesia yang kuat di tengah kompleksitas berbagai bentuk ancaman nyata. Bela Negara bukan wajib militer namun sebagai perwujudan hak dan kewajiban negara yang perlu disiapkan," ujar dia.

Dia menambahkan, maksimal umur yang boleh mengikuti yaitu di bawah 50 tahun. Tempat-tempat kader Bela Negara di Rindam, Kodam, Korem dan lain sebagainya.

Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pertahanan, Mayjen Hartind Asrin menambahkan, materi Bela Negara nantinya meliputi, pemahaman empat pilar negara, sistem pertahanan semesta dan pengenalan alutsista TNI. Juga ditambah lima nilai cinta tanah air, sadar bangsa, rela berkorban, dan pancasila sebagai dasar negara.

Untuk pelatihan fisik, kata Hartind, tidak terlalu dibebankan. "Fisik cuma baris berbaris saja. Rohaninya yang kita isi dengan jiwa nasionalisme," tukas dia. 
 

Penandatanganan Kontrak Sukhoi Su-35BM Masih Perlu Waktu

Pengadaan Sukhoi Su-35BM ada dalam MEF II. Pada Akhir MEF III, TNI AU akan berkekuatan 11 skuadron, berarti akan ada tambahan tiga skuadron pesawat tempur baru.

Super Flanker Su 35 [Marina]  

Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, menegaskan, kontrak pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35BM buatan Rusia, masih memerlukan waktu dan proses pembiayaan ada di tangan Kementerian Keuangan dan Bappenas.

“Lihat waktu yang baik, dan saya sudah ke sana juga. Kenapa kami pilih itu? Pasti ada… ada… ada… yang kita perlukan,” katanya, kepada pers, di Jakarta, Senin. Sebelumnya, penandatangan kontrak pembelian Sukhoi Su-35BM yang diproyeksikan menggantikan F-5E/F Tiger II di Skuadron Udara 14 TNI AU dikatakan terjadi pada September 2015 ini.

Dia juga katakan, proses pengadaan dan akuisisi Sukhoi Su-35BM itu memerlukan skema pembiayaan yang tidak sedikit dan mudah. “Ada di Kementerian Keuangan dan Bappenas,” katanya. Saban mengakuisisi sistem persenjataan, amanat pasal 43 UU Nomor 16/2012 tentang Industri Pertahanan mengharuskan pengguna memakai produksi dalam negeri. Akan halnya sistem persenjataan itu belum bisa dibuat di Indonesia maka pabrikan harus menyertakan proses produksi dengan industri persenjataan Indonesia dengan kewajiban transfer teknologi dan transfer pengetahuan.

Itu masih ditambah dengan imbal dagang, memberi kandungan domestik paling tidak 35 persen dari semua komponen dengan peningkatan 10 persen tiap lima tahun, dan offset paling tidak 85 persen. Tentang skema transfer teknologi ini, Ryacudu menyatakan, “Paling tidak kalau ada kerusakan bisa kita perbaiki sendiri.”

Tender Terbuka

Indonesia telah menetapkan garis besar pembangunan postur pertahanan nasionalnya yang dinyatakan dalam program Pembangunan Kekuatan Esensial Minimum (KEM/MEF), yang dibagi ke dalam tiga tahapan. Skema waktunya KEM/MEF itu adalah: MEF I (2009-2014), MEF II (2015-2019), dan MEF III (2019-2024). Pengadaan Sukhoi Su-35BM ini ada dalam MEF II. Pada akhir MEF III pada 2024 nanti, TNI AU akan berkekuatan 11 skuadron pesawat tempur dan delapan skuadron pesawat angkut serta tambahan beberapa skuadron helikopter.

Ini berarti akan ada tambahan tiga skuadron pesawat tempur baru. Tentang proses pengadaan sistem persenjatan di lingkungan TNI AU pada MEF II (2019-2024) nanti itu, Ryacudu berujar, “Semua proses tender ini terbuka khan." "Tapi saya ingatkan, yang lama-lama, yang sudah karatan agar diganti, jangan mencengkeram terus," kata dia, mengacu pada pihak-pihak yang selama ini sudah terlalu lama mencengkeram proses pengadaan sistem persenjataan di lingkungan TNI.

Dia tegaskan, “Saya tidak suka itu, kita bukan monopoli. Semuanya akan diundang, tender tidak lagi diikuti yang itu-itu saja pihak dan orangnya. Pasti dibuka lagi. Kalau orangnya itu-itu saja gak usah ditender saja.” Terkait biaya operasi Sukhoi Su-35BM yang diketahui tinggi, sementara performansi ekonomi nasional sangat terpengaruh fluktuasi ekonomi global dan masa pemakaian pesawat tempur yang diharapkan bisa 25 tahun, dia berujar, “Kita harap nanti bisa membaik.”

Antara

Helikopter NATO Jatuh di Afghanistan

Lima Orang Tewas

Ilustrasi helikopter puma milik RAF. (Chris Jackson/Getty Images)

Lima personel Resolute Support Mission, pimpinan NATO, tewas setelah satu helikopter koalisi tersebut jatuh di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, kata misi NATO itu pada Senin.

"Satu helikopter koalisi yang bertugas di Resolute Support Mission jatuh dalam kejadian yang tidak melibatkan permusuhan pada 11 Oktober, sekita pukul 16.15 waktu setempat di Camp Resolute Suppor, Kabul, Afghanistan," kata misi tersebut di dalam satu pernyataan.

Lima prajuris asing cedera dalam kejadian itu, kata pernyataan tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang. Pernyataan tersebut tidak menyebutkan kewarganegaraan korban maupun perincian mengenai kecelakaan itu. "Peristiwa tersebut saat ini sedang diselidiki. Kami akan menyiarkan informasi tambahan ...," katanya.

Itu adalah kecelakaan udara kedua di negeri tersebut tahun ini. Pada 2 Oktober, satu pesawat angkut bermesin-empat C-130 miliki koalisi itu jatuh di Kota Jalalabad di bagian timur Afghanistan, menewaskan enam prajurit AS dan lima penumpang sipil. Kecelakaan helikopter tersebut telah membuat jumlah prajurit asing yang tewas di Afghanistan jadi 22 sepanjang tahun ini. Hampir 13.000 prajurit asing kini ditempatkan di negeri itu dan terlibat dalam Resolute Support Mission.

 Antara

Pameran Senjata, Siswa SD Berebut Naik Ranpur

Beberapa siswa sekolah dasar berebut naik kendaraan tempur milik TNI AD yang dihadirkan dalam pameran alutsista yang digelar di kampus Universitas Sriwijaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Senin (12/10;/2015).

Puluhan siswa sekolah dasar berebut naik ke kendaraan milik TNI yang dipamerkan dalam pameran alutista di lapangan Universitas Sriwijaya Indralaya, Ogan Ilir Sumatera Selatan, Senin (12/10/2015).

Anak-anak itu sangat gembira karena baru kali ini mereka melihat bahkan dapat menaiki kendaraan militer yang biasanya hanya bisa ditonton di televisi itu.  Tak hanya menaiki kendaraan tempur itu, para siswa SD hingga mahasiswa berebut berfoto di dekat kendaraan-kendaraan militer tersebut.

Kasdam II Sriwijaya Brigjen TNI Komarudin Simanjuntak yang membuka bersama Rektor Unsri Prof Badia Perizade, juga tak segan melayani pengunjung yang ingin berfoto bersama dilokasi pameran. “Beralatan militer ini dibeli dengan uang rakyat jadi rakyat boleh menikmatinya,” kata Komarudin.

Kasdam menambahkan, pameran ini dilaksanakan di dalam kampus Universitas Sriwijaya dengan tujuan untuk lebih mendekatkan TNI, khususnya TNI AD dengan mahasiswa yang merupakan calon pemimpin masa depan bangsa. Selain kendaraan tempur, pameran itu juga menampilkan persenjataan TNI mulai dari pistol hingga senapan sniper.

Pengunjungpun sangat antusias melihat senjata-senjata yang ditampilkan. Beberapa dari mereka bahkan mencoba memegangnya. Yuspita Rahayu, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsri mengaku senang dengan pameran tersebut. Dia mengatakan, pameran tersebut dapat membuka wawasannya tentang dunia milter yang selama ini asing bagi dirinya.

“Cukup baik ya, karena dapat menambahkan pengetahuan mahasiswa tentang peralatan tempur yang ada di angkatan darat, ini juga dapat menarik mahasisiwa yang ingin berkarier di dunia militer” katanya.

Sementara itu,  Gerry Yospalenti, siswa SDN 6 Indralaya Utara Ogan Ilir juga mengaku sangat senang bisa hadir di pameran itu terutama dengan kejadiran beberapa kendaraan militer yang menurutnya “keren” itu. “Senang karena bagus dan keren,” katanya.

Gerry  berharap dia kelak dapat jadi anggota TNI sesuai dengan cita-citanya. Dalam pameran itu juga digelar peragaan bongkar pasang senjata jenis senapan yang dilakukan anggota resimen mahasiswa (MENWA) Universitas Sriwijaya di hadapan Kasdam II Sriwijaya Brigjen TNI Komarudin Simanjuntak.

Pindad dan LEN Sepakati Kerjasama Alkom untuk Kendaraan Khusus

PT Pindad (Persero) sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang manufaktur alat utama sistem persenjataan dan industri komersial, memiliki keinginan untuk terus melakukan sinergi dengan perusahaan BUMN lain untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan nasional. Oleh karena itu, pada 9 Oktober 2015, Pindad menyepakati kerjasama dengan salah satu perusahaan industri pertahanan yang bergerak di bidang rekayasa dan manufaktur dalam bidang elektronika pertahanan, navigasi, perkeretaapian, renewable energy, information technology, dan telekomunikasi, PT LEN Industri (Persero).

Kerjasama tersebut tertuang dalam sebuah Nota Kesepahaman antara PT Pindad (Persero) dan PT LEN Industri (Persero) dalam kerjasama dan sinergi alat komunikasi Ranpur Anoa dan Rantis Komodo. Silmy Karim, Direktur Utama PT Pindad (Persero) dan Abraham Mose selaku Direktur Utama PT LEN Industri (Persero) menandatangani Nota Kesepahaman ini dari masing-masing pihak. Penandatanganan ini dilakukan di sela-sela perayaan Hari Ulang Tahun yang ke-24 PT LEN Industri (Persero) yang juga dihadiri oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, para Direktur BUMN, dan kepala dari beberapa institusi pemerintahan.

Silmy Karim mengatakan bahwa kerjasama ini merupakan salah satu usaha lain untuk mencapai cita-cita luhur industri pertahanan nasional. “Kerjasama ini adalah suatu bentuk lain dari sinergi antar perusahaan BUMN dengan harapan mampu menciptakan kemandirian industri pertahanan nasional. Selain itu, kami ingin produk kendaraan khusus produksi Pindad didominasi dengan komponen-komponen dalam negeri agar kandungan lokalnya bertambah, sesuai dengan arahan pemerintah,” tuturnya. 

 Semangat kemandirian tersebut disambut baik oleh Abraham Mose dalam kata sambutannya, yang menyatakan bahwa kemandirian teknologi sudah tertuang dalam nilai-nilai perusahaan yang dianut PT LEN. “Kompetensi kita adalah berinovasi dalam menciptakan sistem maupun produk yang inovatif. Semangat itu tertera dalam corporate value dari PT LEN yaitu inovasi yang menciptakan kemandirian teknologi yang berdaya saing,” ujarnya. 

Rini Soemarno juga menambahkan bahwa sinergi antar BUMN sangat diperlukan untuk membawa Indonesia selangkah lebih maju dari negara-negara lain. “BUMN harus berpikir besar. Saya harapkan BUMN bisa menjadi mesin penggerak dan Indonesia adalah bangsa besar dan bisa melakukan apa yang tidak bisa bangsa lain lakukan. Saya yakin BUMN bisa melebarkan sayapnya jika dapat terus berkembang serta dapat terus bersinergi secara mendalam dan terus-menerus dengan BUMN lainnya,” ujar Rini. 

Diharapkan sinergi yang dilakukan PT Pindad dan PT LEN Industri ini dapat membawa industri pertahanan selangkah lagi menuju kemandirian yang dicita-citakan bersama. (Anggia)

Kunjungan Thales, Membuka Jalan Kemitraan Strategis

Perusahaan multinasional asal Perancis, Thales Group, mengunjungi PT Pindad (Persero) pada 7 Oktober 2015. Kunjungan ini dipimpin oleh David Butler, selaku Director of the Leadership Practice Thales University dan bertujuan untuk mengetahui beberapa hal mengenai peluang kerjasama yang dapat dijallin bersama PT Pindad (Persero). Rombongan diterima oleh Kepala Divisi Pemasaran dan Pengembangan Bisnis PT Pindad, Widjajanto.

Dalam kata sambutannya, Widjajanto mengatakan bahwa visi Pindad untuk menjadi perusahaan pertahanan terkemuka di Asia dapat tercapai lewat beberapa hal, salah satunya adalah kemitraan strategis. “Saya ingin menekankan bahwa Pindad memiliki target untuk menjadi perusahaan terkemuka di Asia melalui kemitraan strategis. Saya yakin kunjungan Anda sekalian ke sini akan membawa kabar baik mengenai kemungkinan kerjasama. Kami juga sedang melakukan diskusi intensif mengenai beberapa portofolio produk dari Thales,” ujar Widjajanto.

David Butler mengungkapkan bahwa beberapa aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Pindad dinilainya sesuai dengan hal-hal yang ingin dilakukan oleh Thales. “Kami mengunjungi beberapa perusahaan minggu ini dan ini adalah pertama kalinya kami mendengar keinginan suatu perusahaan (Pindad) untuk mengekspor produk-produknya. Poin ini merupakan hal baik yang sejalan dengan apa yang Thales ingin lakukan,” ujar David.

Dalam sesi diskusi, Widjajanto mengatakan bahwa Pindad membutuhkan beberapa teknologi untuk menyempurnakan beberapa lini produk perusahaan, baik untuk produk pertahanan dan keamanan, produk industrial, maupun beberapa hal lain yang mendukung aktivitas bisnis perusahaan. Selain itu, ia menambahkan bahwa Pindad sebagai perusahaan BUMN memerlukan perencanaan yang solid dalam melakukan kemitraan strategis untuk terus membangun kapabilitas dan memperluas pasar, terutama ekspor. 

Para anggota delegasi Thales Group mengunjungi beberapa fasilitas produksi untuk meninjau secara langsung  proses produksi di Divisi Kendaraan Khusus dan Divisi Senjata. Semoga kunjungan ini dapat membuka gerbang kemitraan strategis agar kapabilitas Pindad menjadi lebih baik dan dapat mencapai visi perusahaan. (Anggia)

 Pindad 

CDSS Australia Studi Lapangan di PT Pindad

Sebagai bagian dari kegiatan Field Research Visit di Indonesia, Centre for Defense and Strategic Studies (CDSS) Australia mengunjungi PT Pindad (Persero) pada tanggal 2 Oktober 2015. Dipimpin oleh Michelle Jones sebagai Senior Instructure CDSS Australia, rombongan diterima oleh Direktur Teknologi dan Perkembangan Ade Bagdja di Auditorium Gedung Direktorat Kantor Pusat Pindad, Bandung. Beberapa jajaran pimpinan dan staf terkait PT Pindad (Persero), turut hadir dalam acara ini.

Kunjungan CDSS Australia ini merupakan yang kesekian kalinya setelah beberapa tahun sebelumnya, PT Pindad (Persero) selalu menjadi salah satu perusahaan industri pertahanan yang dapat mewakili seluk beluk industri pertahanan Indonesia. “Kami datang tahun lalu dan mendapatkan banyak cerita baik mengenai apa yang dikerjakan Pindad di sini. Ini merupakan kesempatan yang baik bagi kami untuk dapat melihat secara langsung kapabilitas yang dimiliki PT Pindad (Persero),” tutur Jones dalam kata sambutannya.


Ade Bagdja menyambut dengan gembira kunjungan dari CDSS Australia ini. Ia menyebut kunjungan ini sebagai kehormatan bagi Pindad yang masih dipercaya sebagai representatif industri pertahanan nasional. Ia juga mengatakan bahwa Pindad sangat terbuka untuk memperlihatkan beberapa produk pertahanan dan keamanan, bahkan untuk diuji performanya secara langsung. “Rombongan CDSS nanti akan mengunjungi Divisi Kendaraan Khusus dan Divisi Senjata. Di sana, Anda semua bisa mencoba performa beberapa produk pertahanan dan keamanan kami, baik kendaraan tempur Panser Anoa 6x6, kendaraan taktis 4x4 Komodo, maupun beberapa produk senjata dengan kaliber 5.56 mm, 7.62 mm, 9 mm, dan jika memungkinkan kaliber 12.7 mm,” tutur Ade.

Dua puluh tiga anggota rombongan CDSS yang terdiri dari anggota angkatan bersenjata dari berbagai negara tampak antusias ketika dibuka sesi diskusi yang meliputi berbagai macam topik seperti detail produk, proses penelitian dan pengembangan, serta strategi pengembangan produk yang dilakukan PT Pindad (Persero). Kunjungan hari itu ditutup dengan kunjungan ke beberapa fasilitas produksi untuk produk pertahanan dan keamanan dan mencoba performa produk secara langsung. (Anggia)

[Dunia] China Mendukung Kedaulatan Suriah

(Reuters/Ministry of Defence of the Russian Federation)

Dalam pertemuannya dengan seorang ajudan Presiden Suriah, Bouthaina Shaaban, Menteri Luar Negeri China mengatakan pada Senin (12/10), negaranya mendukung upaya Suriah dalam pemeliharaan kedaulatan dan integritas teritorialnya, serta menentang "campur tangan asal" terhadap hubungan internal negara lain.

Bulan lalu, Rusia mulai menyerang target-targetnya di Suriah. Peningkatan dramatis keterlibatan pihak asing dalam konflik sipil itu dikritik Barat sebagai usaha mendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad, ketimbang menggempur ISIS seperti yang selama ini dikemukakan Rusia.

Kepada Bouthaina, Menteri Luar Negeri China menyatakan dukungannya terhadap langkah-langkah antiteror yang sejalan dengan hukum internasional, dan telah disepakati oleh "negara yang tertarik", menurut pernyataan kementerian.

China "menolak campur tangan dalam hubungan internal negara lain", tambah Wang. "Pada akhirnya, nasib Suriah harus ditentukan sendiri oleh warga Suriah."

Baginya, upaya-upaya lebih mesti dibuat sebagai solusi politik. Wang tak menyinggung apapun perihal serangan udara pimpinan Amerika Serikat, Rusia, maupun Assad.

Namun China biasanya bersuara bersama anggota permanen Dewan keamanan PBB lainnya, Rusia, terkait isu Suriah.

Negara yang menggantungkan kebutuhan minyaknya kepada Timur Tengah itu telah berulang kali menyerukan resolusi politik, dan mengingatkan bahwa tindakan militer tak bisa menghentikan krisis yang ada. (stu)


CNN 

[Foto] Korut Gelar Parade Militer Rayakan 70 Tahun Partai Pekerja


Sekitar 30 ribu tentara, 700 truk dan 200 kendaraan tempur Korea Utara melakukan parade pada peringatan 70 tahun Partai Pekerja yang berkuasa di negara itu, Sabtu lalu. (Reuters/KCNA)


Parade 70 tahun Partai Pekerja Korut diwarnai oleh koreografi yang apik dari ribuan tentara dan pawai senjata di alun-alun Kim Il Sung. (Reuters/Damir Sagolj) 


Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menonton dari balkon dan menyampaikan pidato yang mengatakan mereka siap berperang dengan Amerika Serikat. (Reuters/KCNA)  


Parade militer pada perayaan 70 tahun Partai Pekerja sekaligus jadi ajang pamer senjata Korea Utara. Selama ini, Korut membanggakan diri sebagai negara pemilik senjata nuklir. (Reuters/KCNA) 


Partai Pekerja Korea atau WPK adalah partai berkuasa di Korea Utara yang berdiri sejak 30 Juni 1949 dengan Kim Il Sung sebagai pendiri sekaligus pemimpin pertama negara itu. (Reuters/Damir Sagolj) 

  
Persiapan parade militer ini telah dilakukan sejak awal Mei, ditandai dengan citra satelit yang menunjukkan ratusan tenda di dekat pangkalan udara Pyongyang. (Reuters/KCNA) 

  
WPK berdiri dengan sistem kepemimpinan satu orang, yaitu pemimpin tertinggi yang saat ini dipegang Kim Jong Un, putra dari Kim Jong Il, cucu Kim Il Sung. (Reuters/KCNA)

CNN  

Rusia Sorot Pembelian SU-35, Indonesia Bukan Tandingan AU Australia

Upaya perusahaan penerbangan asal Amerika Serikat (AS), Lockheed Martin jauh-jauh datang ke tanah air untuk merayu pemerintah Indonesia membeli varian terbaru F-16 sirna sudah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) menyatakan menolak dan tetap melanjutkan rencana pembelian Sukhoi Su-35 dari Rusia.
Padahal, Lockheed Martin menawarkan serangkaian keunggulan dan sangat menggiurkan. Mulai dari negara pertama yang mengoperasikan F-16 Viper, hingga biaya operasional terjangkau serta penggunaan teknologi terkini.


Meski tawaran menarik tersebut tak membuat TNI AU bergeming dari rencana semula. Korps dengan semboyan 'Swa Bhuwana Paksa' tetap menjalankan rencana awal, yakni membeli Sukhoi Su-35 buatan Rusia untuk menggantikan F-5 Tiger II yang mulai termakan usia.

Sikap Indonesia itu menarik perhatian media-media di Rusia. Mereka sampai mengulas alasan Indonesia yang memilih merapat ke Blok Timur dari pada kembali ke pelukan AS dan sekutunya.

Terpilihnya Su-35 sebagai armada pengganti F-5 Tiger II ini langsung menjadi pusat perhatian. Bahkan, Rusia sampai menganalisa sejumlah alasan yang membuat TNI AU memilih merapat ke Rusia dibandingkan kembali melirik jet tempur buatan AS.

Sejak 2013, lima jet tempur Su-27 dan 11 Su-30 telah memperkuat TNI AU, upaya untuk mendatangkannya dimulai sejak pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Padahal, di saat bersamaan, Indonesia juga masih mengoperasikan 12 pesawat F-16 Fighting Falcon yang dibeli pada 1990-an.

"Indonesia melirik pesawat Rusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sebab, 12 F-16A/B dan 16 F-5E/F tak bisa dirawat akibat aksi embargo AS," tulis majalah Rusia, Russia Beyond The Headlines (RBTH).

Embargo ini dilakukan atas desakan Australia akibat bentrokan di Timor Timur pascajajak pendapat yang akhirnya melepas provinsi tersebut menjadi negara yang merdeka. Pemerintah AS mengamini permintaan tersebut dan menuding Indonesia telah melakukan pelanggaran HAM.

Untuk mengatasi embargo itu, Indonesia mendekat ke Rusia dan menandatangani kontrak kerja sama sebesar USD 192 juta lewat Rosoboronexport. Rencana pembelian makin dikuatkan lewat penandatangan perjanjian senilai USD 300 juta empat tahun setelahnya.

Di tahun yang sama, hubungan Jakarta dan Washington mulai membaik. Namun, kondisi ini tak membuat Indonesia mengalihkan perhatiannya untuk kembali mendatangkan jet tempur buatan AS.

"Tentunya itu bukan merefleksikan orientasi politik Indonesia. Pembelian itu benar-benar terjadi karena Indonesia tertarik dengan pesawat Sukhoi," ujar seorang pengamat hubungan internasional Martin Sieff.

Keuntungan lainnya, komponen yang dimiliki Su-35 juga bisa digunakan varian sebelumnya, yakni Su-27 dan Su-30 yang sudah dimiliki Indonesia sebelumnya. Apalagi secara performa, pesawat tersebut dapat bersaing ketat dengan F-22A Raptor buatan AS.

"Dengan kemampuan itu, ditambah kebijakan Rusia untuk menghindari kondisi politik yang mempengaruhi penjualan senjata, membuat Indonesia berpaling ke Rusia sebagai menyuplai senjata."

Kehadiran Su-35 ke Indonesia ini bisa mengubah peta kekuatan di kawasan Asia pasifik. Bahkan, diyakini mampu menandingi para penerbang F-18 Hornets Australia ketika berhadapan di udara.

"Kedatangan seri terbaru dari Su-27SK dan Su-30MK dari negara terbesar telah mengubah wajah, di mana F/A-18A/B/F sudah kalah kelas dari seluruh parameter performanya telah melebar," tulis Air Power Australia.


Merdeka 

[Dunia] Rusia Klaim Hancurkan 63 Target dalam 64 Sorti di Suriah dalam 24 Jam

Rusia menggencarkan serangan udara ke wilayah Suriah dengan dalih menghantam daerah kekuasaan ISIS. (Reuters/Ministry of Defence of the Russian Federation)

Jet tempur-jet tempur Rusia menghantam 63 sasaran di Suriah dalam 24 jam terakhir, kata kementerian pertahanan Rusia seperti dikutip AFP.

"Pesawat-pesawat Su-34, Su-24M dan Su-25SM melancarkan 64 sorti penerbangan dari pangkalan udara Hmeimim terhadap 63 target di Provinsi Hama, Latakia, Idlib dan Raqa," kata kementerian itu.

Militer Rusia mengklaim bahwa serangan udara itu telah menghancurkan 53 posisi yang digunakan "teroris", selain sebuah pos komando, empat kamp pelatihan dan tujuh gudang senjata. Rusia mengatakan kampanyenya di Rusia adalah telah melumpuhkan ISIS dengan menunjukkan rekaman komunikasi radio yang menunjukkan ISIS semakin panik.

Sabtu, kementerian pertahanan mengklaim bahwa para petempur kekurangan senjata, amunisi dan bahan bakar, sehingga mendorong mereka meninggalkan posisi-posisi tempurnya ke wilayah timur dan timur laut.

Juru bicara kementerian pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan bahwa Rusia mencapai kemajuan dalam perundingannya dengan Pentagon dalam mencegah insiden di dalam ruang udara Suriah di mana koalisi pimpinan AS juga melancarkan bombardemen terpisah di Suriah.

Antara

Malaysia Minati F-18 Hornet

Mengincar Boeing F/A-18E/F untuk menggantikan F-5E Tiger II dan MiG-29
Latma LIMA 2011 [AusDoD]

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) telah mengumumkan secara resmi rencana pembelian Sukhoi Su-35 dari Rusia. Pembelian tersebut dilakukan untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger II yang mulai uzur termakan usia, sehingga tak bisa lagi ditingkatkan kemampuannya sesuai perkembangan zaman.

Selain Indonesia, rencana pergantian pesawat juga dilakukan pemerintah Malaysia. Bedanya, mereka kini mengincar Boeing F/A-18E/F untuk menggantikan F-5E Tiger II dan MiG-29. Apalagi kini Malaysia sudah mengoperasikan delapan pesawat F/A-18D Hornet sehingga diyakini sudah saatnya pilot mereka naik kelas ke F/A18E/F.

Jika pembelian itu dilaksanakan, maka bakal terjadi perubahan besar dalam penguasaan udara atau air superiority di kawasan Asia Tenggara. Tapi, mana yang lebih hebat, F-18 Super Hornet atau Su-35 Flanker-E? Pesawat F/A-18E/F dan Su-35 merupakan jet tempur multiperan yang bisa dipakai untuk pertempuran udara, penguasaan udara, pengintaian hingga pemboman. Meski begitu, harga per unit untuk Su-35 lebih mahal USD 9,8 juta jika dibandingkan produk buatan perusahaan penerbangan asal AS, Boeing seharga USD 55,2 juta.

Meski harganya cukup mahal, namun biaya operasional yang digunakan untuk menerbangkan satu Su-35 lebih murah dibandingkan dengan Super Hornet. Di mana, Su-35 hanya menghabiskan Rp 183 ribu setiap mil laut yang dilalui. Angka itu lebih murah Rp 24 ribu untuk setiap mil laut. Untuk performa, Su-35 lebih unggul dibandingkan Super Hornet. Pesawat yang dirakit perusahaan penerbangan asal Rusia, Sukhoi ini bisa menjangkau 3.600 km dengan kecepatan penuh Mach 2.25 atau 2.390 km per jam serta mencapai ketinggian maksimal 59.100 kaki.

Sedangkan, kecepatan yang dimiliki Super Hornet hanya mencapai Mach 1.8 atau 1,915 km per jam. Pesawat ini hanya mampu menempuh jarak sejauh 2.346 km dan ketinggian maksimal yang dicapai tak lebih tinggi dari 50 ribu kaki. Salah satu keunggulan yang dimiliki Su-35 adalah terpasangnya radar Irbis-E yang bisa mengendus keberadaan Hornet atau 30 pesawat tak dikenal lainnya, dengan tembakan radar mencapai 120 derajat dalam jarak 400 km lebih. Keberadaan sistem pencari dan pendeteksi infra-merah (IRST) memiliki jarak jangkau hingga 80 km.

Peralatan ini membuat jet tempur ini dapat mendeteksi, memilih dan mengintai empat target di darat serta dua target bergerak. Sementara itu, Boeing membangun Super Hornet untuk memberikan keunggulan di udara. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan sistem avionik dengan kemampuan senjata. Salah satu elemen yang mengalami perubahan mendasar adalah sistem radar yang dimilikinya, yakni Raytheon's AN/APG-79 AESA.

Mereka mengklaim sistem radar ini menjadi yang terbaik di dunia. Secara umum, sistem radar ini membuat pesawat ini mampu lebih cepat mendeteksi jet tempur lawan. Tanpa menyebutkan jarak deteksi, APG-79 telah mengalami peningkatan pengawasan dan dukungan terhadap pertef-mpuran udara dan serangan ke darat. Dengan desain yang dimilikinya, radar ini bisa mengakomodasi berbagai teknologi terbaru.

Radar ini juga dilengkapi Radar Penerima Peringatan (RWR) yang bisa mendeteksi bahaya dari jarak yang cukup jauh. Dengan adanya peringatan yang diberikan, RWR ini membuat pilot Super Hornet mempersiapkan diri untuk menghindari tembakan musuh. Dengan teknologi tersebut, membuat kemampuan Super Hornet sejajar dengan pesawat siluman F-22 dan F-35. Sejak diproduksi, Super Hornet sudah digunakan Angkatan Laut AS atau US Navy dan sudah beroperasi sejak sekitar tujuh tahun.

Pesawat ini sempat melakukan pengamanan udara di zona larangan terbang dalam perang Irak, dan merupakan bagian dari Kapal Induk USS Abraham Lincoln. Meski memiliki banyak keunggulan, banyak pengamat melihat Super Hornet kalah kelas dengan Su-35. Hanya saja, Super Hornet sudah teruji di medan pertempuran, sedangkan Su-35 belum diproduksi secara massal dan belum teruji. Bagaimana dengan anda? [tyo]

Merdeka

[Dunia] Rusia Persenjatai Iran dengan Rudal Anti Jet Tempur

Ilustrasi S-300 (WIkipedia)

Rusia dilaporkan akan mempersenjatai Iran dengan rudal anti jet tempur yang akan dikirim akhir tahun ini. Rudal dari darat-ke-udara S-300 akan menjadi yang sistem pertahanan yang paling canggih yang pernah dimiliki oleh Iran.

Diberitakan Wall Street Journal, WSJ, Minggu (11/10), S-300 termasuk dalam kategori senjata "pertahanan" dan tidak masuk dalam materi sanksi PBB terhadap Iran. Sistem S-300 dilengkapi radar yang mampu mendeteksi serangan hingga radius 290 kilometer dan melacak lebih dari 100 pesawat.

Semua komponen S-300 bisa diletakkan di atas truk dan bergerak dalam hitungan menit. Sistem ini dilengkapi enam unit yang terdiri dari radar pemandu dan lebih dari delapan peluncur yang bisa menampung empat rudal yang mampu melesat hingga jarak 144 kilometer. Setiap unitnya bisa menembak enam target dalam waktu bersamaan atau satu batalion yang terdiri dari 36 pesawat dalam satu waktu. Berdasarkan laporan Rusia, Iran akan menerima sedikitnya empat batalion S-300.

S-300 tidak akan ampuh membendung serangan dari Amerika Serikat yang memiliki 20 pesawat siluman pengebom, 22 pesawat siluman F-22 dan F-35 yang sulit terdeteksi radar. Selain itu, AS juga memiliki lebih dari 100 pesawat pengacau radar dan rudal yang bisa menembak dari luar jarak tangkapan sinyal S-300.

Bagi Israel yang merupakan musuh bebuyutan Iran, S-300 juga bukan merupakan ancaman. Israel memang tidak memiliki pesawat siluman dan baru akan menerima F-35 AS pada tahun 2017. Namun Israel terkenal piawai dalam perang elektronik dan militer mereka telah mengklaim mampu mengatasi sistem S-300.

Namun menurut WSJ, S-300 Iran bisa jadi ancaman besar bagi negara-negara sekutu Amerika Serikat yang berada di bawah bendera Dewan Kerja Sama Teluk, seperti Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab. Negara Arab memang hanya memiliki angkatan udara dalam jumlah kecil, namun armada mereka sangat canggih dan efektif dalam menghancurkan target, terbukti dalam berbagai pertempuran di Libya, Irak dan Yaman. Tapi Arab tidak memiliki pesawat siluman serta tidak pernah melucuti jaringan pertahanan-udara yang modern. (stu)

CNN

Moeldoko: Daripada TNI "Nganggur", Dikasih Operasi Militer Selain Perang, Itu "Ngaco"!

Pengajar Ilmu Hubungan Internasional UI Edy Prasetyono, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko, pengamat militer Jaleswari Pramodhawardani dan anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) Salim Mengga saat diskusi bertajuk 'Operasi Militer Selain Perang: Sumber atau Solusi Masalah?' di Kompleks Parlemen, Senin (12/10/2015).

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko mengatakan, selama ini ada pandangan yang salah terkait kinerja TNI pada masa damai, terutama soal penugasan anggota TNI dalam operasi militer selain perang (OMSP).

"Saya sedikit tergelitik ada pemikiran sesat. Daripada TNI nganggur, lebih baik diberi OMSP. Itu ngaco," kata Moeldoko saat diskusi bertajuk "Operasi Militer Selain Perang: Sumber atau Solusi Masalah?", di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (12/10/2015).

Diskusi yang diselenggarakan Fraksi Demokrat di DPR itu turut dihadiri oleh anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) Salim Mengga, pengamat militer Jaleswari Pramodhawardani, dan pengajar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Edy Prasetyono.

Ia menjelaskan, OMSP merupakan bagian dari penguatan doktrin sistem pertahanan semesta (sishanta) yang selama ini sudah ada di dalam UUD 1945. Dalam menjalankannya, ada instrumen yang harus dipenuhi TNI, yakni kemanunggalan TNI dengan rakyat.

"Sebenarnya ada kekuatan yang luar biasa apabila TNI dan masyarakat bergabung. Oleh karena itu, saat saya menjadi Panglima TNI, saya doktrinkan itu," ujarnya.

Moeldoko menambahkan, TNI perlu melakukan inovasi sosial jika ingin pelaksanaan OMSP berhasil. Inovasi sosial yang selama ini sering dilakukan yaitu dengan menandatangani nota kesepahaman dengan pemda untuk penguatan daerah.

Sebagai negara kepulauan, maka sistem pertahanan yang seharusnya diterapkan Indonesia yakni dengan menguatkan peran serta masyarakat di dalam menjaga pertahanan. Untuk mewujudkan itu, ia mengatakan, TNI perlu terjun ke lapangan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat.

Sejumlah upaya yang telah dilaksanakan yakni melakukan misi kemanusiaan dengan membantu penanganan kebakaran hutan dan lahan, bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Nias, atau mencari pesawat AirAsia yang hilang beberapa waktu lalu.

"Dengan kompartemenisasi negara kepulauan, maka diharapkan masing-masing pulau dapat mempertahankan diri dengan baik jika menghadapi ancaman," kata dia.

Sementara itu, Salim Mengga menilai, sistem pertahanan dengan penguatan masing-masing pulau yang ada merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pemerintah. Namun, sebelumnya, pemerintah perlu mengetahui keunggulan dan kelemahan setiap pulau. Dengan demikian, pemerintah dapat melakukan langkah yang tepat untuk menyusun strategi keamanan.

"Jadi pulau-pulau itu harus tahu keunggulan masing-masing," ujarnya.

Untuk diketahui, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI secara tegas telah mengatur mengenai tugas pokok TNI. Di dalam Pasal 7 ayat (2) disebutkan, selain operasi militer perang (OMP), diatur pula tugas TNI dalam OMSP.

Setidaknya, ada 14 OMSP TNI yang diatur dalam UU itu, yakni mengatasi gerakan separatisme bersenjata, pemberontakan bersenjata, terorisme, mengamankan wilayah perbatasan, obyek vital nasional yang bersifat strategis, dan melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri.

Kemudian, mengamankan presiden dan wakil presiden beserta keluarganya; memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai sishanta; membantu tugas pemda dan kepolisian dalam rangka keamanan dan ketertiban; mengamankan tamu negara setingkat kepala dan perwakilan pemerintah asing yang berada di Indonesia; membantu menanggulangi akibat bencana alam; SAR; serta membantu mengamankan pelayaran dan penerbangan terhadap aksi pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.

[Dunia] Tokoh Kunci di Balik Operasi Militer Rusia di Suriah

Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Khusus Iran. [tasnimnews]

Pada tanggal 24 Juli 2015, sebuah pesawat komersil Iran mendarat di Bandara Udara Moskow, Rusia. Tidak ada yang istimewa terkait hal tersebut, semua berjalan seperti biasanya.

Namun belakangan, pihak intelijen negara barat baru mengetahui bahwa pesawat itu mengangkut seseorang yang “istimewa”. Sosok itu adalah Mayor Jenderal Qassem Soleimani.

Soleimani merupakan Komandan pasukan Satuan elite Garda Revolusi Iran, Qods Force. Soleimani juga kerap dijuluki Komandan pasukan bayangan (Shadow Commander) oleh media-media Barat. Pria ini diyakini sebagai otak operasi intelijen Iran di hampir semua palagan di Timur Tengah. Sebut saja Irak, Afghanistan, Lebanon, Suriah, bahkan Yaman.

Sejumlah kalangan meyakini tanpa kehadiran Soleimani di Suriah, rezim Bashar al Assad saat ini tinggalah kenangan. Nah, apa maksud dan tujuan perwira tinggi Iran ke Moskow kala itu? Belakangan terkuak kunjungan Soleimani saat itu untuk menemui Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu dan Presiden Vladimir Putin.

Dalam tulisannya, Tom Perry, Kepala Biro Reuters di Timur Tengah mengungkapkan, dalam pertemuan tersebut, Soleimani meyakinkan Rusia bahwa Suriah sangat membutuhkan kehadiran militer negara itu. Menurut Soleimani, posisi Assad yang terjepit kelompok pemberontak bisa berbalik di atas angin jika Rusia hadir dengan pasukan dan persenjataannya. Soleimani menawarkan aliansi operasi militer Iran dan Rusia di Suriah: Rusia di udara dan Iran di darat.

Kapal perang Rusia menembakkan rudal dari Laut Kaspia ke basis ISIS di Suriah. (indiaexpress) 

Artinya, Rusia cukup dengan menggelar operasi serangan udara, dan biarkanlah Iran dan Suriah yang “menyelesaikan” bagian yang di darat. Dalam pertemuan tersebut, Soleimani membentangkan peta pertempuran antara tentara pemerintah Suriah dan pemberontak, yang sudah mulai bergeser mendekati Tartus, kawasan pesisir Suriah.

Di sinilah, Soleimani memainkan kartu trufnya untuk mendesak Rusia. Jenderal Iran ini sangat menyadari pentingnya Tartus bagi Rusia. Tartus merupakan satu-satunya pangkalan militer Rusia di Timur Tengah. Tanpa Tartus, Rusia tak lagi punya pijakan di kawasan tersebut. “Soleimani menempatkan peta Suriah di atas meja.

Petinggi Rusia sangat khawatir dan mencemaskan aset mereka di Suriah. Jenderal Iran itu meyakinkan mereka, masih ada peluang untuk membalikkan situasi,” sebuah kata sumber Reuters. Lobi Soleimani akhirnya berhasil. Hari-hari ini, dunia melihat pesawat dan rudal-rudal Rusia wara-wiri di langit Suriah. Arti Suriah bagi Iran Apa pentingnya Suriah bagi Iran? Banyak pihak yang hingga kini masih bertanya-tanya, alasan Teheran mati-matian mempertahankan Assad dari serangan pemberontak.

Ada dua alasan. Pertama, saat Perang Teluk 1, Suriah merupakan satu-satunya negara Timur Tengah yang mendukung Iran, ketika seluruh negara lain berada di belakang Irak. Kedua, Keberlangsungan rezim Assad diperlukan Teheran untuk menjamin jalur pasokan senjata dan logistik yang mereka kirim kepada kelompok Hizbullah di Lebanon. Hizbullah merupakan “tangan” Teheran untuk memukul Israel, seperti yang terjadi pada tahun 2006.

Selain Hizbullah, Iran juga dicap negara Barat sebagai pendukung utama kelompok “radikal” di Palestina, seperti Hamas dan Jihad Islam. Namun, suka atau tidak, hari ini negara-negara Barat harus mengakui stabilitas di Timur Tengah tak mungkin tercapai bila mereka mengabaikan Iran! [Reuters]

Tribunnews

33 Prajurit TNI Naik Pangkat di Afrika


Misi TNI Kontingen Garuda ke Kongo. (Antara)

Sebanyak 33 orang Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXVII-B/Minusca (Multi-Dimensional Integrated Stabilization Mission in Central African Republic) Central Africa Republik (CAR) di Afrika mendapat kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi dari pangkat semula, terhitung mulai 1 Oktober 2015.

Upacara kenaikan pangkat dipimpin Komandan Satgas Kizi TNI Letkol Czi Denden Sumarlin di Mpoko Bangui, Central Afrika Republik, pekan lalu. Dalam keterangan pers yang diterima SP, Senin (12/10) malam, Denden mengemukakan kenaikan pangkat merupakan penghargaan yang telah diberikan oleh negara dan TNI kepada personel TNI atas dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugasnya selama ini.

Kenaikan pangkat tersebut diharapkan dapat menjadi pendorong semangat, untuk menghadapi tugas-tugas yang semakin berat dan kompleks yang akan sangat menentukan eksistensi TNI khususnya Satgas Kizi TNI Konga XXXVII-B/Minusca di Central Afrika.

Kegiatan kenaikan pangkat dilaksanakan secara sederhana, namun demikian tidak mengurangi hikmah dari acara itu sendiri, dilanjutkan dengan upacara dan penyiraman air bunga kepada 33 personel yang naik pangkat serta ucapan selamat oleh Komandan Satgas, seluruh Perwira Satgas dan diikuti seluruh peserta upacara.

Turut hadir dalam kegiatan ini beberapa Perwira Millstaf dan Millobs Indonesia yang sedang bertugas di Minusca.

Beritasatu