Wednesday, 11 November 2015

TNI AU Miliki Pilot Helikopter Wanita Pertama di Asia Tenggara

Lettu Penerbang Fariana Dewi Djakaria Putri.
Rambutnya pendek, ringkas, praktis. Namanya Fariana Dewi Djakaria. Di jajaran Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), mudah dikenali sebab dia satu-satunya pilot helikopter tempur wanita. Fariana, kelahiran Pariaman, Sumatera Barat itu juga tak menyangka dirinya bakal memiliki profesi yang luar biasa ini.

Awalnya Fariana tercatat sebagai mahasiswi jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran (UNPAD), Bandung. Hingga dia duduk di semester IV, nasibnya terbalik. Seorang saudaranya yang bekerja di TNI AU mengabarkan bakal ada perekrutan Wanita Angkatan Udara (WARA). Saat itulah dia tergerak untuk mencoba lantaran tawaran ajaib ini tak bakal datang dua kali.

 Lettu Penerbang Fariana Dewi Djakaria Putri bersama helikopter EC-120B Colibri di Skadron Udara 7, Lanud Suryadarma, Kalijati, Subang, Jawa Barat

Seleksi demi seleksi diikutinya. Fariana pun lulus menjadi WARA. Namun tidak langsung diberikan hak untuk terbang. Dia ditempatkan di bagian keuangan, baru ikutan tes seleksi penerbang. Dari 14 WARA, hanya 2 orang yang lolos termasuk Fariana.


Dibandingkan pesawat, Fariana memilih menerbangkan helikopter. Tak sembarangan, yakni helikopter tempur! Ternyata menerbangkan helikopter lebih sulit dari pesawat. Bahkan Fariana tercatat sebagai satu-satunya wanita pengendara helikopter di Indonesia dan Asia Tenggara. Sungguh prestasi yang membanggakan dan mendobrak arus dominasi para lelaki.

KRI SIM-367 Tiba Dari Lebanon

Sejumlah prajurit TNI-AL menyambut kedatangan KRI Sultan Iskandar Muda (SIM)-367 ketika akan bersandar di Makoarmatim, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (10/11).(ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat) 

KRI Sultan Iskandar Muda (SIM)-367 tiba dari Lebanon di Dermaga Madura Koarmatim Ujung, Surabaya, Selasa, setelah lebih dari setahun silam, kapal berawak 100 personel itu diberangkatkan dari tempat yang sama pada 10 Oktober 2014.

Kedatangan Duta Bangsa yang telah menyelesaikan misi sebagai Pasukan Perdamaian di bawah bendera PBB itu disambut Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Darwanto.

Hadir pula, Kasarmatim Laksamana Pertama TNI Mintoro Yulianto, para Pejabat Utama Koarmatim, Ketua Daerah Jalasenastri Armatim Ny. Ina darwanto dan jajaran Pengurus Inti Daerah Jalasenstri Armatim serta sanak keluarga dan kerabat.

"KRI SIM-367 merupakan salah satu KRI yang dimiliki oleh Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim dan dikomandani oleh Letkol Laut (P) I Gusti Putu Alit Jaya sekaligus menjabat sebagai Komandan Satgas MTF TNI Konga XXVIII-F/UNIFIL," kata Kadispen Koarmatim Letkol Laut (KH) Maman Sulaiman.

Dalam misi itu, KRI SIM-367 membawa sebuah Helikopter BO NV 410 dari Pusnerbal Juanda, 100 personel dengan rincian 88 personel pengawak KRI SIM-367, Pilot dan Kru Helly sebanyak tujuh personel, Perwira Kesehatan/Dokter, Kopaska, Penyelam, Perwira Intelejen, serta Perwira Penerangan masing masing satu personel.

Dalam menjalankan misi perdamaian, KRI SIM-367 berada di bawah mandat PBB yang bertanggung jawab untuk mendukung Angkatan Laut Lebanon dalam mengawasi perairan teritorial Lebanon, mengamankan garis pantai dan mencegah masuknya senjata illegal atau materi yang berhubungan dengan hal tersebut lewat laut ke Lebanon.

MTF dibentuk berdasarkan permintaan dari pemerintah Lebanon (PM Siniora) dan berada dalam mandat Dewan Keamanan PBB, Resolusi 1701 (2006).

Pada akhir masa tugasnya, dalam pelayaran kembali ke Indonesia, KRI SIM-367 juga melakukan misi diplomasi terhadap negara-negara yang disinggahi.

Hal ini senada dengan amanat yang disampaikan oleh Pangarmatim dalam sebuah upacara penyambutan yang berlangsung secara sederhana di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya.

Dalam amanatnya, Pangarmatim juga menyampaikan rasa bangga serta penghargaan yang tinggi kepada seluruh prajurit yang terlibat dalam misi MTF TNI Konga XXVIII-F/UNIFIL.

Selama bergabung dengan MTF UNIFIL, KRI SIM-367 telah mengukir berbagai prestasi yang membanggakan sehingga mendapat penghargaan antara lain berupa penganugerahan UN Medal and Certificate, Medal CISM (Comite International Sport Military), Belgia Medal, Italian Medal, LAF (Lebanon Armed Forces-Navy) Medal, serta Satya Lencana Shanty Dharma dari Presiden Ir. Joko Widodo.

Pada kesempatan tersebut, juga dilaksanakan pengalungan bunga oleh Ketua Daerah Jalasenstri kepada komandan KRI. Hadir pada acara tersebut, Kepala Staf Koarmatim Laksma TNI Mintoro Yulianto, para Pejabat Utama Koarmatim, para Komandan KRI yang berada di Pangkalan. 


TNI AL Lumpuhkan 5 Perompak di Kaki Gunung Salak

Ilustrasi: Perompak kapal yang ditangkap tim khusus Koarmabar TNI AL. 

Pasukan reaksi cepat Komando Armabar TNI AL atau WQFR menangkap lima anggota kawanan Waskim, sindikat besar perompak yang biasa beraksi di Selat Malaka. Kelima tersangka ini ditangkap di kaki Gunung Salak, Jawa Barat, Rabu (11/11/2015) sekitar pukul 09.15 WIB.

"Satu dari lima pelaku terpaksa dilumpuhkan dengan timah panas karena mencoba melawan petugas," kata Kadispenal Laksma M Zainudin kepada Tribunnews, beberapa saat lalu.
Zainudin menambahkan, dalam operasi ini ada satu orang yang berhasil meloloskan diri masuk ke hutan Gunung Salak.

"Kini dalam pengejaran petugas," tambahnya. Sebelumnya, TNI AL juga sudah menangkap Gayor, anggota kelompok Waskim lainnya di Batam.

Kelompok Waskim adalah sindikat spesialis kejahatan pengambilan sparepart di atas kapal dengan menggunakan kekerasan.

Lokasi operasi mereka berpindah-pindah, tergantung situasi rapat tidaknya keamanan. "Lokasi operasi di perairan Selat Malaka, Perairan Dumai dan Perairan Teluk Jakarta," ujar Laksma TNI Zainudin.

Selama ini, lanjut Kadispenal, ada dua sindikat besar yang beraksi di Selat Malaka, yaitu Sindikat M. Zakir dan Sindikat Waskim.

"Jaringan Waskim sudah berhasil dibongkar oleh Tim WFQR, mulai dari pelaku-pelaku yang selalu beraksi di kapal, gudang tempat penyimpanan barang hasil kejahatan, serta penadah barang yang berada di wilayah Jakarta," ujar perwira bintang satu ini.

Lanud Supadio Diperkuat Senjata Canggih

Senjata penangkis serangan udara Oerlikon Sky Shield MK-2 milik Detasemen Hanud 473 Paskhas Pontianak akhirnya tiba di Pelabuhan Dwikora Pontianak, Jl Pak Kasih, Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (10/11/2015) pukul 10.40 WIB. Senjata ini diklaim sebagai senjata tercanggih di dunia, bahkan Indonesia merupakan negara pertama yang membeli langsung dari pabrik Rheinmetall Air Defance dari Swiss. 

Komandan Detasemen Hanud 473 Paskhas Pontianak, Mayor Pas Anang Baskoro mengatakan senjata penangkis serangan udara (PSU) Oerlikon Skyshield baru memperkuat tiga pangkalan udara di Indonesia.

Ketiganya adalah Detasemen Hanud 471 Paskhas yang berkedudukan di Halim Perdana Kusuma, Detasemen Hanud 472 Paskhas di Makassar dan Detasemen Hanud 473 Paskhas yang berada di Pontianak.

"Alutsista ini sudah lama berada di jakarta, karena terdapat beberapa agenda diantarnya adalah peringatan HUT TNI beberapa waktu lalu di Cilegon dan kelengkapan adiminsitrasinya sehingga proses pengirimanya ke Pontianak ditunda dan baru sekarang bisa dikirim," katanya, Selasa (10/11/2015).

Sekitar pukul 10.40 WIB, senjata canggih buatan swiss tersebut tiba di Pelabuhan Dwikora Pontianak. Menurutnya alasan kenapa pertimbangan dipilihnya Kalbar sebagai lokasi diperkuat oleh Oerlikon Skyshield karena wilayah Kalbar merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan beberapa negara ASEAN.

"Selain itu, Lanud Supadio memiliki skadron tempur taktis Hawk 100/20, dan skadron pesawat tanpa awak, ke depan juga barangkali akan kembali ada penambahan skadron udara lagi, ditambah lagi adanya peralihan Lanud dari tipe B menjadi tipe Adan kelak akan menjadi pangkalan induk dipandang perlu adanya alutsisa seperti Oerlikon Skyshield untu melindungi pangkalan milter dari serangan udara," katanya.

Anang menambahkan, jika sewaktu-waktu terjadi pelanggaran wilayah udara oleh pihak tertentu akan dilakukan tempur sergap. Paskhas merupakan pertahanan terakhir yang akan melindungi pangkalan dari serangan.

"Jikas semuanya sistem keamanan mampu ditembus dan jelas ingin menyerang, kami adalah pertahanan udara terakhir yang melindungi pangkalan militer berserta alutsistanya," ujarnya.

Nggak Lucu, Letkol James, Pilot Senior Tentara Amerika Tak Tahu Lihat GPS Ambalat

Perwira menengah Angkatan Laut Amerika Serikat, Letkol James Patrick Murphy mengangkat tangan sesaat setelah dipaksa mendarat oleh TNI AU di Lanud Tarakan, Senin (9/11/2015). Pilot pesawat asing Cesna tersebut masuk wilayah Indonesia secara ilegal dan masih ditahan hingga Rabu (11/112015). (Hand-Out/Lanud Tarakan) 

Perwira menengah Angkatan Laut Amerika Serikat, Letkol James Patrick Murphy diduga berbohong atas pelanggarannya melintasi udara wilayah Indonesia. Pilot yang menerbangkan pesawat Cesna itu beralibi tidak mengetahui Tarakan masuk wilayah NKRI, mengira bagian dari Malaysia.

“Keterangan dari Kemenhub, mereka tidak ada mengeluarkan surat izin seperti itu. Berarti dia bohong,” ujar Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Tarakan Letnan Kolonel (Letkol) Penerbang Tiopan Hutapea kepada TribunKaltim.co, Selasa (10/11/2015) malam.

Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Tarakan Letnan Kolonel (Letkol) Penerbang Tiopan Hutapea bersama tim memeriksa pesawat asing Cesna yang masuk wilayah Indonesia secara ilegal, Senin (9/11/2015). Pesawat dan pilotnya, perwira menengah Angkatan Laut Amerika Serikat, Letkol James Patrick Murphy masih ditahan hingga Rabu (11/112015). (Hand-Out/Lanud Tarakan)
Letkol Tiopan menambahkan, “Kami cek lagi mengapa masuk wilayah Indonesia, tetapi dia bilang, dia tidak tahu Tarakan bagian dari Indonesia, dia mengira wilayah Malaysia. Itu alibi dia.”

Personel Pangkalan Udara (Danlanud) Tarakan membawa pilot asal Amerika, James Patrick Murphy (tengah). James adalah perwira aktif Penerbang Angkatan Laut AS (US Navy) dengan pangkat Letnan Kolonel. Ia menerbangkan pesawat jenis Cesna dari Hawai menuju Kuala Lumpur, secara ilegal memasuki wilayah kedaulatan Indonesia, sehingga dipaksa TNI mendarat di Bandara Juwata Tarakan, Senin (9/11/2015). (Hand-Out/Lanud Tarakan)
Berdasarkan penuturan Danlanud, ketika penyergapan dilakukan pasukan TNI yang menerbangkan dua unit pesawat tempur Sukhoi, berlangsung di atas, di angkasa, pilot Sukhoi menanyakan tentang surat izin pilot kapal asing tersebut.

Jawaban dari James, dia memiliki semua surat izin penerbangan termasuk memasuki wilayah ambang batas laut (Ambalat) antara Indonesia dan Malaysia. Menurutnya surat-surat itu diurus perusahaan yang menyuruhnya menerbangkan Cesna dari Hawaii ke Singapura.

Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Tarakan Letnan Kolonel (Letkol) Penerbang Tiopan Hutapea (kiri) memeriksa pesawat asing Cesna yang masuk wilayah Indonesia secara ilegal, Seenin (9/11/2015). Pesawat dan pilotnya, perwira menengah Angkatan Laut Amerika Serikat, Letkol James Patrick Murphy masih ditahan hingga Rabu (11/112015). (Hand-Out/Lanud Tarakan)
Tapi berdasarkan TNI menduga James masuk wilayah Indonesia tanpa izin sehingga dia dipaksa mendarat (force down) ke Landasan Udara atau Bandara Juwata, Tarakan.

Setelah ditanyai di darat, James termasuk anggota tentara senior, pengalaman 20 tahun sebagai penerbangan. Lalu James menunjukkan lisensi bernomor DGCA/AT/5204/11/15, yang menurutnya berasal dari otoritas Indonesia.

Surat ini segera dikonfirmasi petugas pengatur udara ke Kementerian Perhubungan RI di Jakarta selaku instansi yang berwenang mengeluarkan surat iniz penerbangan. Pengecak dilanjutkan ke Mabes TNI dan Kementerian Luar Negeri, dan ternyata tidak ada.

James pun menuruta alat pantauan posisi (GPS), ia masih tidak masuk Indonesia saat terbang.
“Lalu saya bilang, saya juga penerbang, tidak bisa sembarang begitu. Saya juga punya GPS. Apalagi dia penerbang sudah 20 tahun. Saya bilang, sejak Indonesia merdeka tahun 1945, Tarakan sudah berada dalam wilayah Indonesia, kecuali baru-baru saja,” kata Tiopan.

Mendadak Berubah Jalur Penerbangan

Kebohongan lainnya, Letkol James, sesuai rute terbang awal (plan flight), dia terbang dari Honolulu, Hawaii ke Tarawah (Kiribata Island), dan dari Tawarah menuju kawasan Micronesia sekitar 4,000 km (2,485 mil) barat daya dari pulau Hawaii.

James sedianya melewati Filipina, lalu ke Sandakan (Malaysia), Kamin dan Toman di Malaysia, dan terakhir ke Bandara Seletar di Singapura.

Tapi setelah setengah jam terbang, dia mendadak mengubah rute dari Filipin ke bawah, melintasi Ambalat Tarakan, Indonesia.

“Itu diperbolehkan tapi harus melalui prosedur. Dapat izin saja, pesawat asing belum tentu kita bolehkan lewat Ambalat, apalagi sedang adala masalah (sengketa antara Indonesia lawan Singapura soal Ambalat, Red). Yang cukup fatal, saya tanyakan ke dia, bagaimana masuk tanpa izin, dia bilang perusahaan tempat dia bekerja. Dia bilang all is approve, tapi kenyataannya, tidak ada,” ujar Tiopan.
Hingga berita ini dimuat, belum diperoleh keterangan langsung dari Letkol James. Ia masih diperiksa, dan belum boleh berkomunikasi dengan wartawan.

Hingga Selasa kemarin, TNI bekerja sama dengan penyidik pegawai negeris sipil (PPNS) Kemenhub bersama pihak Imigrasi masih mendalami pelanggaran Letkol James.

TNI telah menanyakan perihak Letkol James komunikasi dengan Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Jawaban dari pihak kedubes, mengingat Letkol James, walaupun anggota militer AS, sedang bertugas untuk perusahaan swasta, maka pihak kedubes tidak mengurusinya.

Segala sesuatu menyangkut keperluan sehari-hari, hingga urusan hukum menjadi tanggung jawab perusahaan yang mempekerjakannya menerbangan pesawat Cesna, yakni Atlas Support Company yang berpusat di Hawaii, Amerika Serikat. Kedutaan sebatas memonitor. Dalam hal ini Atlas merupakan perusahaan pengiriman pesawat di Hawaii tujuan Singapura.

“Selama tidak clearance, tidak akan dilepas. Dia dan pesawatnya masih kami tahan di Lanud Tarakan,” kata Tiopan sembari menyebut dia telah melakukan kejadian ini Markas Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan hingga ke Mabes TNI.

Kemarin diberitakan Tribun Kaltim, pilot pesawat jenis Cirrus Fixed Wing Single Engine N-90676 turun paksa (force down) ke Lanud/Bandara Tarakan. Upaya ini dilakukan personel TNI yang menerbangkan dua pesawat Sukhoi dari Skuadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.
Kedua pesawat tersebut sempat mengejar pesawat asing pada ketinggian 12 ribu kaki.

Jokowi Tak Hadir, Pesawat N219 Buatan Indonesia Gagal Roll Out

Industri penerbangan Indonesia kembali membuat pesawat jenis komersil. Pesawat tersebut merupakan produksi anak negeri yang langsung dipimpin oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI). 

Menurut Ketua Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia (DI) khaidir, proses pembuatan pesawat ini sudah dilakukan sejak 2011.

Meskipun sebagian besar komponen didatangkan dari luar negeri, namun keseluruhan pengerjaan dilakukan oleh anak bangsa.

"Itu 100 persen buatan Indonesia, tidak ada bule satu pun," ujar Khaidir di Jakarta, Selasa (10/11/2015).

Pesawat ini merupakan jenis pesawat komersil dengan kapasitas 19 orang penumpang. Saat ini pesawat tersebut telah selesai dirakit, namun belum bisa diperlihatkan ke publik.

"Saat ini berada di Bandung, tapi belum bisa diakses publik karena masih menunggu roll out dari Presiden" Pesawat yang diberi label n219 ini rencananya akan diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini sejalan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional. Namun, karena presiden berhalangan hadir, proses peluncuran gagal dilakukan hari ini dan ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. 

"Kita masih belum tahu kapan akan roll out lagi, masih menunggu presiden," imbuh Khaidir. (rzk)
 

Varian F-16 Milik Indonesia

F-16C block 25 yang di Indonesia dikenal sebagai F-16C 52id (satu kursi)


 F-16D block 25  yang di Indonesia dikenal sebagai F-16D 52id (dua kursi)

 F-16A block 15  (satu kursi)

 F-16B block 15  (dua kursi)

 F-16A (satu kursi) dan F-16B (dua kursi) yang merupakan varian pertama

TNI Lanjutkan Pemeriksaan Pilot Pesawat Penyusup

Pilot pesawat asing Cessna N 96706 Letnan Kolonel Angkatan Laut Amerika (US Navy) James Patrik Murphy digiring petugas TNI Angkatan Udara (TNI AU) untuk pemeriksaan di Bandara Juwata Tarakan, Kalimantan Utara, Senin (9/11). Pesawat tersebut disergap dua Pesawat Tempur Sukhoi karena memasuki wilayah Teritorial kedaulatan NKRI tanpa dilengkapi dokumen Flight Clearance (FC), Flight Approva atau MOT, dan Ministry of Foreign Affairs (MFA). (ANTARA FOTO/Fadlansyah)

TNI Angkatan Udara masih melakukan pemeriksaan terhadap pilot pesawat kecil jenis Propeler First Engine Cessna dengan nomor lambung N96706, Letkol James Patrick Murphy. Dia diketahui terdaftar sebagai penerbang Angkatan Laut Amerika Serikat.

"Pilot diamankan di Pangkalan Udara Tarakan, dan tetap diperlakukan dengan baik. Hari ini pemeriksaan masih dilanjutkan," kata Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kapendam) VI/Mulawarman, Kolonel Inf Andi Gunawan di Balikpapan, Kalimantan Timur, seperti dilansir dari Antara, Selasa (10/11).

Andi mengatakan, hingga kini pihak perusahaan penerbangan penyewaan Aircraft Guarantee yang memiliki pesawat itu, enggan memberikan konfirmasinya terkait izin rute penerbangan dari Filipina ke Singapura dengan menggunakan rute darurat.


"Pilot menghindari cuaca buruk sebagaimana yang diakui oleh pilot tersebut saat pemeriksaan tadi sore," kata Andi.

Pihak Kedutaan Besar Amerika Serikat dan perusahaan penerbangan Aircraft Guarantee sampat saat ini belum dapat mengkonfirmasi masalah pelanggaran rute penerbangan dari Filipina ke Bandara Selectar Singapura, yang menyebabkan pesawat itu keluar dari rute yang seharusnya.

"Terkait status pilot sebagai anggota militer Amerika Serikat masih menunggu proses pemeriksaan security clearance yang ditangani Mabes TNI, dan hasilnya disampaikan ke Mabes TNI AU diteruskan kepada Pangkalan TNI AU Tarakan," kata Andi.

Selain itu, Andi mengatakan, proses izin exit permit juga masih diurus oleh Kedutaan Besar AS ke Kementerian Luar Negeri RI.

"Semalam pilot Murphy, setelah menjalani pemeriksaan BO Air Nav Bandara Juwata Tarakan sampai pukul 19.45 WITA dikawal oleh pihak provost TNI AU ke tempat istirahat sementara di mess TNI AU Tarakan dengan pengawasan ketat oleh TNI," ujar Andi. 

Pilot Penyusup AS Arahkan Pesawat ke Ambalat

Pilot pesawat propeller first engine Cessna bernomor N96706 yang tertangkap menyusup di zona udara Indonesia, Letkol James Patrick Murphy, berkeras tak memiliki maksud apapun dengan melanggar kedaulatan wilayah RI.

Hal tersebut mengemuka dalam interogasi yang dilakukan Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia terhadapnya sejak kemarin hingga hari ini, Selasa (10/11).

“Dia (Murphy) berkata tidak ada maksud apa-apa. Tapi saya sebagai tentara tentu memiliki kecurigaan. Kami dalami terus, kenapa pesawat yang dia piloti mengarah ke Ambalat?” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto kepada CNN Indonesia.

Ambalat merupakan wilayah yang kerap disusupi pesawat-pesawat tempur asing. Murphy, ujar Dwi, tidak seharusnya melintasi rute menuju Ambalat itu. “Berdasarkan pengakuan dia, mestinya dia tidak lewat Indonesia, tapi via Brunei,” kata Dwi.


Dalam pemeriksaan, Murphy yang merupakan tentara cadangan Angkatan Laut Amerika Serikat mengaku menerbangkan pesawatnya dari Jeep Island di Mikronesia menuju Seletar, Singapura.

Pesawat Murphy yang mestinya terbang via Brunei tertangkap radar masuk wilayah udara RI sejak dari Manado, Sulawesi Utara, dan mengarah ke Ambalat –blok laut kaya minyak di Selat Makassar yang berbatasan dengan Malaysia.

TNI AU pun mengirim dua pesawat Sukhoi dari Pangkalan Udara Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan, untuk mencegat atau mengintersepsi Cessna yang diawaki Murphy tersebut.

“Oleh karena pangkalan terdekat berada di Tarakan, Kalimantan Utara, maka kami paksa pesawatnya turun di sana,” ujar Dwi.

Mantan Asisten Deputi Koordinasi Strategi Politik Luar Negeri Kementerian Politik Hukum dan Keamanan itu mengatakan, TNI tak mau mengambil risiko terhadap penyusup, sekecil atau sesederhana apapun jenis pesawatnya.

“Pesawat bisa terlihat tidak berbahaya, tapi kalau ada teknologi di dalamnya bagaimana? Pesawat siapapun, akan kami paksa turun. Namun saat ini kami belum menemukan apapun dalam pesawat (Murphy),” kata Dwi.

Pemeriksaan terhadap Murphy kembali dilanjutkan hari ini, dan Kedutaan Besar AS telah diinformasikan soal ditangkapnya warga mereka karena melanggar kedaulatan udara RI.

“Siang ini dua orang perwakilan Kedutaan AS akan tiba di Tarakan. Pemeriksaan mungkin membutuhkan waktu satu-dua hari lagi,” ujar Dwi.

Secara terpisah, Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional Marsekal Muda Abdul Muis mengatakan pihaknya masih menunggu laporan lengkap hasil pemeriksaan terhadap Murphy di Tarakan.

Hingga saat ini tindakan lanjutan belum diambil karena interogasi masih berlangsung. “Masuk kategori pelanggaran berat apabila melanggar wilayah udara RI karena sengaja untuk memata-matai. Namun bisa juga pesawat itu melakukan pelanggaran karena darurat, misalnya cuaca buruk,” kata Abdul.

Cuaca buruk, menurut Kepala Penerangan Komando Daerah Militer VI/Mulawarman, Kolonel Infanteri Andi Gunawan, menjadi alasan Murphy masuk wilayah RI tanpa izin.

Murphy diperlakukan dengan baik selama pemeriksaan. Sementara perusahaan penerbangan yang memiliki pesawat yang dikemudikan Murphy, Aircraft Guaranty, belum memberikan konfirmasi soal izin rute penerbangan pesawat tersebut.

CNN 

Menteri Susi: Pembahasan Pencurian Ikan Selesai Akhir Tahun

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan pembahasan pencurian ikan atau "illegal fishing" dengan para Duta Besar (Dubes) Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, Australia dan China akan selesai pada akhir tahun.

"Kami sudah bertemu dengan para Dubes serta tinggal menunggu hasil akhirnya dari tanggal dan harinya karena mereka susah mencari waktu yang pas, jadi saya ingin ditanda tangani oleh menteri-menteri," katanya seusai menghadiri acara Dies Natalis ke-55 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Selasa.

Ia mengatakan, jika para Dubes tersebut tidak bisa menghadiri pertemuan yang sudah direncanakan, maka pihaknya akan mengejar sebelum akhir tahun yang berisikan hanya ada Dubes negara mereka dan pihaknya sebagai upaya tindakan tegas bagi pencuri ikan di wilayah perairan Indonesia.

"Sekarang ini kapal-kapal yang lari dari pengejaran kita sudah lari ke wilayah Papua Nugini dan Timor Leste, namun kelihatannya perusahaan mereka juga tidak akan mengalah begitu saja," tuturnya.

Diketahui, lima perusahaan itu adalah PT Maritim Timur Jaya (MTJ) di Tual Maluku, PT Dwikarya Reksa Abadi di Wanam (Papua), PT Indojurong Fishing Industry di Penambulai (Maluku), PT Pusaka Benjina Resources (Maluku), dan PT Mabiru Industry (Maluku).

"Kelima perusahan yang terbukti melakukan pencurian ikan itu menggugat secara hukum kita pada besok dan lusa. Jadi di negeri ini, negara saja digugat hukum oleh maling atau perusahaan yang sudah terbukti melakukan pencurian ikan, maka mereka memang sangat berani," terangnya.

Menurut dia, salah satu negara yang sudah memberlakukan hukuman pencurian ikan adalah Thailand, pihaknya sudah ada kesepakatan antara kedua negara, namun belum terjadi penandatanganan kerja sama.

"Saya menghargai di Thailand hukuman pencurian ikan sudah sangat keras, terbukti beberapa petinggi dan jenderal di sana sudah ditahan dalam kasus tersebut, namun di Indonesia yang memperkerjakan budak-budak human traficking, malah menggugat secara hukum kita," jelasnya.

Susi mengakui, tidak mudah menjaga wilayah laut Indonesia yang begitu luas karena jika seluruh alutsista laut dikerahkan sekali pun belum tentu bisa mengamankan semuanya.

"Memang perairan di Indonesia sangat luas, namun bukan berarti kita menyerah, sehingga berkali-kali kami bekerja sama dengan polisi dan marinir, polisi air dalam menegakkan ketegasan teritorial laut dengan baik," ungkapnya.

Oleh karena itu, ia menambahkan sejak awal penerapan UU No 45 tahun 2009 yang menaungi hukuman penenggelaman kapal, pihaknya tidak segan mengundang seluruh duta besar untuk melakukan kesepakatan dan pengertian dari negara sahabat untuk menindak tegas Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing.

TNI Masih Tunggu Jawaban Kedubes AS

Pemeriksaan Pilot Asing di Lanud Tarakan

TNI masih memeriksa pilot pesawat kecil jenis Propeler First Engine Cessna dengan nomor lambung N96706 dengan pilot Letkol James Patrick Murphy (US Navy/Penerbang AL Amerika Serikat) yang dipaksa mendarat di Bandara Juwata Tarakan, Kalimantan Utara, Senin.

"Pangkalan TNI Angkatan Udara Tarakan masih menunggu jawaban dan kelengkapan surat-surat izin dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta untuk ditindaklanjuti oleh Mabes TNI AU ke Lanud Tarakan," kata Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kapendam) VI/Mulawarman, Kolonel Inf Andi Gunawan, di Balikpapan, Selasa.

Danlanud Tarakan, Letkol Pnb Tiopan Hutapea bersama Kaintel Lanud Tarakan, Kapten Sus Zainal A dan Sintel Pam Lanud Tarakan masih berada di Kantor BO Air Nav Bandara Kelas I Khusus Juwata Tarakan menunggu jawaban dari komando atas, katanya.

"Penyampaian dari Sintelpam Lanud Tarakan, jika kelengkapan surat-surat izin dari Kedubes AS di Jakarat telah terpenuhi, pilot James Patrick Murphy dapat diberikan izin melakukan penerbangan keluar dari wilayah RI melalui Bandara Juwata Tarakan," kata Andi Gunawan.

Danlanud Tarakan, Letkol Pnb Tiopan Hutapea memaparkan rute awal penerbangan pesawat asing tersebut sebelum masuk ke wilayah RI di daerah Ambalat dengan menunjukkan arah pergerakan pesawat melalui peta penerbangan, katanya.

"Danlanud Tarakan memaparkan tentang jalur rute pesawat asing tersebut di Peta Penerbangan yang telah masuk ke wilayah udara RI melintas di sepanjang perbatasan Ambalat dan sudah masuk jauh ke dalam wilayah udara RI di Utara Kalimantan," kata Andi.

Pihak Lanud Tarakan masih menunggu perwakilan delegasi Kedubes AS yang rencana akan datang dari Jakarta ke Tarakan bersama dari Penyidik Penerbangan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk memberikan jawaban dan pemeriksaan terhadap pelanggaran pesawat dan pilot asing tersebut, katanya.

"Jika semua kelengkapan surat ijin telah terpenuhi pihak Lanud Tarakan akan memberikan izin untuk terbang kembali meninggalkan wilayah RI dari Bandara Juwata Tarakan sesuai rute awal pesawat tersebut," kata Andi.

Dalam peraturan Undang - Undang Penerbangan tidak disebutkan tentang adanya sanksi pidana terhadap pelanggaran pesawat luar atau asing memasuki wilayah udara RI, katanya.

"Namun ada beberapa peringatan teguran dan denda bagi si pelanggar jika tidak mempunyai surat-surat izin penerbangan pesawat," kata Andi.


Baca juga : Kronologi TNI AU Paksa Pesawat Asing Mendarat di Tarakan

Menhan: Kalau Dulu Tak Ada Pemberontakan Tak Ada Masalah HAM

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu

Peristiwa '65 tengah menghangat, menyusul langkah pegiat HAM dan aktivis menggelar pengadilan di Den Haag, Belanda. Para aktivis ini menuntut agar pemerintah RI meminta maaf atas pembantaian yang terjadi pada '65.

Apa kata Menhan Ryamizard?

"Begini ya, 65 itu yang duluan siapa? Kita tidak usah menyalah-nyalahkan. Kalau dulu, kalau dulu tidak ada pemberontakan tidak akan ada masalah ini, tidak akan ada masalah HAM," jelas Ryamizard Ryacudu di Jakarta, Selasa (10/11/2015).

"Jadi yang duluan memulai ya yang melanggar HAM. Kan jelas begitu saja," tambahnya.

Menurut dia juga, tidak perlu para aktivis menggelar pengadilan di Belanda.

"Belanda juga banyak yang melakukan pelanggaram HAM. Kita tidak perlu mengunngkit-ungkit itu mundur, kita harus jalan ke depan. Itu pelajaran, tidak boleh lagi begitu. Kedepan apa yang harus dilakukan, jangan sampai dijajah lagi," urai dia.

"Apa yang republik ini mau itu, negara lain tak boleh ikut campur itu kan berdaulat, tapi kalau kita ikut-ikut itu tidak berdaulat. Itu termasuk dijajah dengan gaya baru," tutup dia.
(khf/dra)

Detik