Tuesday, 10 November 2015

Skenario Pertahanan Darat dan Udara di Riau, Jika Natuna Tiba-tiba Diserang Negara Asing

Kekuatan TNI di Riau

Konflik di pulau Natuna, kian memanas dalam beberapa pekan belakangan. China mengklaim kalau pulau strategis tersebut merupakan bagian dari negara mereka, dan menurunkan pasukan tempurnya untuk berjaga-jaga. Jika seandainya tiba-tiba ada pergerakan, apa yang bisa dilakukan Indonesia?

Terkait ini, dua orang pemimpin TNI di Provinsi Riau, yakni Danrem 031 Wirabima Brigjen TNI Nurendi, dan Danlanud Marsma TNI Henri Alfiandi, sudah mempersiapkan berbagai skenario. Dua Jenderal bintang satu tersebut mengklaim telah punya pergerakan taktis, kalau-kalau ada serangan mendadak.

"Kita sudah mempersiapkan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC), dan mereka masih latihan hingga sekarang. Jika ada kemungkinan terburuk, semua siap diturunkan dengan cepat, tidak butuh waktu lama," jawab Danrem 031 Wirabima, Brigjen TNI Nurendi, Selasa (10/11/2015) pagi.

Ia meyakinkan, kalau Riau, siap ambil bagian, mengingat Negeri Lancang Kuning ini berada sangat dekat dengan wilayah Kepulauan Natuna, yang kini diklaim China merupakan wilayah teritorial mereka. "Dari sekarang kita antisipasi, kalau terjadi perang, kita lebih dari satu Matra yang siap mempertahankan NKRI," tegasnya.

Sementara itu, Jenderal Bintang Satu penguasa Matra udara, Danlanud Marsma TNI Henri Alfiandi, punya strategi lain. Di Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin, pihaknya sudah mensiagakan pesawat andalan, yakni F-16, yang jadi tonggak Matra udara.

"Kita sudah Siaga I. Ada dua skadron kita persiapkan kalau-kalau ada pergerakan tiba-tiba. Jarak tempuh udara dari Lanud ke sana (Natuna,red), butuh tempuh dua jam. Itu cukup cepat untuk memukul mundur," ujar Henri, usai menghadiri acara tabur bunga di Taman Makam Pahlawan, Pekanbaru, Riau.

Skadron ini, tegas dia, siap di delfoy kemana saja, sesuai intruksi pusat, termasuk ke Natuna, jika disana situasi semakin memanas. "Kita juga sudah meningkatkan patroli udara di wilayah perbatasan yang dirasa sangat vital. Kalau kita tarik garis lurus, ZEE memang jadi sembilan titik yang dikomplain China di wilayah Utara Natuna. Ini yang jadi fokus kita," tukasnya.

goriau

Wanita yang Dicintai Soekarno & Sultan Tutup Usia

Gusti Nurul

Gusti Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngarasati Kusumawardhani atau biasa disapa Gusti Noeroel meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan di rumah sakit. Perempuan cantik itu menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 08.00 WIB.
"Ibu mertua Gusti Nurul jam 8 pagi telah dipanggil ke Rohmatulah dan akan disemayamkan ke Astana Mandadeg di Surakarta," tulis Hariono, menantu Gusti Noeroel dalam akun facebooknya Hari Ono Soeharyo, Selasa (10/11).

Menurut Hariono, keluarga besar Matah Ati kehilangan sosok yang menjadi perpaduan sempurna kecerdasan, kecantikan, dan kebijaksanaan. Hariono akan selalu mengenang energi baik yang selalu Gusti Nurul berikan bagi kemanusiaan.

"Seorang perempuan jawa yang memegang kuat akar tradisi budaya namun tetap mengasah dirinya menjadi visioner modern," tuturnya.

Putri cantik itu lahir pada tanggal 17 September 1920 dengan nama Gusti Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngarasati Kusumawardhani atau biasa disebut Gusti Noeroel.

Kecantikan Gusti Noeroel ini ternyata sangat terkenal di zamannya. Soekarno, Sultan Sjahrir hingga Sultan HB IX, dan Pangeran Djatikusumo pun bertekuk lutut atas kecantikan sang Putri. Namun mereka semua harus rela patah hati. Gusti Noeroel menolak mereka semua dengan pertimbangan. Dia tidak ingin dimadu. [did]


Peterjun Elit TNI-Polri Meriahkan Pembukaan Piala Jenderal Sudirman

Stadion Kanjuruhan (c) Bola

Pekatnya malam dan tebalnya mendung langit Kanjuruhan tak membuat hati para peterjun pasukan Tentara Nasional Indonesia dan Polri gentar. Mereka tetap melakukan aksi terjun free-fall membawa bendera klub-klub peserta Piala Jenderal Sudirman.

Para penerjun ini menumpang pesawat CN-235 dari Pangkalan Udara Abdulrahman Saleh Malang. Karena cuaca sekitar lokasi pendaratan berawan pekat, penerjunan ini harus dilakukan dari ketinggian di atas 5000 kaki.

Tepat pukul 19.10, peterjun pertama mendarat di tengah lapangan Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang. Prajurit pertama yang mendarat adalah Sersan Satu Sutrisna. Prajurit TNI Angkatan Udara ini membawa bendera klub Pusamania Borneo FC.

Usai Sertu Sutrisna, berturut-turut mendarat belasan penerjun dari berbagai kesatuan, termasuk kesatuan elit Intai Amfibi Marinir dan Komando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut.

Tepat pukul 19.38, penerjun terakhir mendarat di Stadion Kanjuruhan. Prajurit Intai Amfibi ini membawa bendera Merah Putih. Begitu mendarat, bendera disambut beberapa prajurit Pasukan Khas Angkatan Udara.

Dari informasi yang didapat, tim peterjun beranggotakan 26 peterjun ini dikomandani Mayor Marinir Hafid. Mereka dipilih dari peterjun-peterjun terbaik dari tiap korps. Mereka disebut memiliki minimal 500 kali pengalaman terjun. (den/asa)


Kronologi TNI AU Paksa Pesawat Asing Mendarat di Tarakan

Pemeriksaan Pilot Asing di Lanud Tarakan

TNI Angkatan Udara berhasil menyergap dan memaksa pesawat asing yang terbang tanpa izin di wilayah Indonesia. Pesawat itu dikendalikan oleh pilot bernama Letkol James Patrick Murphy yang merupakan prajurit US Navy (resauorch). Bagaimana kronologinya?

Danlanud Tarakan Letkol Pnb Tiopan Hutapea menjelaskan, pesawat asing dengan nomor N-90676 itu sudah terdeteksi melintasi langit Kalimantan Utara pada Senin (9/11/2015) sekitar pukul 12.17 WIB. Penerbangan itu tidak tercatat rencana penerbangan Flight Cleareance Information System (FCIS) sehingga dikategorikan penerbangan gelap dan melanggar keamanan nasional Indonesia.

"Melalui komunikasi radio, TNI Angkatan Udara sudah berupaya meminta agar pesawat mendarat di Tarakan, tetapi pilot pesawat Cirrus Fixed Wing Single  masih tetap membandel dan tidak mau mendaratkan pesawat di Lanud Tarakan," kata Tiopan dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikcom Senin (9/11/2015).

Karena itu, lanjut Tiopan, dua pesawat buru sergap Sukhoi yang selalu siaga di Lanud Hasanudin, Makassar, langsung diberi komando untuk melakukan pencegatan. Pesawat asing tersebut dipaksa turun (forced down) di Lanud Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara), pada pukul 14.25 Wita.

"Pesawat Pilatus N-90676 yang diawaki seorang penerbang berkebangsaan AS seharusnya hanya boleh melintasi wilayah udara flight information region (FIR) Filipina dan Malaysia, tetapi dalam kenyataannya melakukan pelanggaran dengan memotong jalan melintasi wilayah udara FIR Indonesia," ujarnya.

Menurut keterangan pilot pesawat Cirrus Fixed Wing Single, kata Tiopan, misi penerbangan itu adalah Private Flight Charter. Pesawat tersebut berkapasitas maksimal 1 penumpang.

"Pesawat berangkat tanggal 08 November dari Honolulu (Hawai)-Tarawah (Kiribara Island), selanjutnya pada tanggal 09 November melanjutkan perjalanan dari Tarawah (Kiribata Island)-YAT (Micronesia Island) dan mendarat di Bandara Changi Singapura lewat wilayah udara Filipina Mindanao dan Serawak Malaysia," jelasnya.

Namun selepas Wilayah Udara Mindanao Filipina, pilot pesawat memotong wilayah udara Ambalat Kalimantan Utara dan hendak melintasi Kalimantan menuju Serawak dan Singapura. Pilot mengaku memasuki wilayah udara Indonesia untuk menghindari cuaca buruk. Sementara agen dari Honolulu Jet Company yang memberikan nomor perizinan ternyata tidak termasuk melintasi wilayah udara FIR Indonesia, tetapi hanya izin melintasi FIR Filipina, Singapura, dan Malaysia.

"Perintah penyergapan diinstruksikan langsung oleh Panglima Kohanudnas Marsekal Muda Abdul Muis berdasarkan laporan bahwa pesawat asing ini tidak mematuhi perintah mendarat lewat komunikasi dengan air traffic controller (ATC).

Tiopan menegaskan, dua pesawat Sukhoi yang dikerahkan berhasil menyergap dan memaksa pesawat tersebut mendarat tanpa perlawanan di Bandara Juwata Tarakan. Setelah mendarat, anggota Lanud Tarakan dengan bersenjatakan senapan segera membawa pilot untuk diperiksa.
(idh/rvk)


TNI AU Masih Periksa Pilot Militer AS yang Masuki Kawasan Udara RI

TNI Angkatan Udara masih melakukan pemeriksaan terhadap pilot pesawat kecil jenis Propeler First Engine Cessna nomor lambung N96706, dengan pilot Letkol James Patrick Murphy (US Navy-penerbang AL Amerika Serikat).

"Pilot diamankan di Pangkalan Udara Tarakan, dan tetap diperlakukan dengan baik, serta hari ini pemeriksaan masih dilanjutkan," kata Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kapendam) VI/Mulawarman, Kolonel Inf Andi Gunawan, di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (10/11).

Pihak perusahaan penerbangan penyewaan Aircraft Guarantee yang memiliki pesawat itu, enggan mengkonfirmasi terkait izin rute penerbangan dari Filipina ke Singapura dengan menggunakan rute darurat.

"Pilot menghindari cuaca buruk sebagaimana yang diakui oleh pilot tersebut saat pemeriksaan tadi sore," kata Andi.

Pihak Kedutaan Besar Amerika Serikat dan perusahaan penerbangan Aircraft Guarantee belum bisa mengkonfirmasi masalah pelanggaran rute penerbangan dari Filipina ke Bandara Selectar Singapura, sehingga pesawat itu keluar dari rute yang seharusnya.

Terkait status pilot sebagai anggota militer Amerika Serikat masih menunggu proses pemeriksaan security clearance yang ditangani Mabes TNI. Hasilnya akan disampaikan ke Mabes TNI AU diteruskan kepada Pangkalan TNI AU Tarakan. Proses izin exit permit masih diurus oleh Kedubes AS ke Kementerian Luar Negeri RI, dan hasilnya masih menunggu.

"Semalam pilot Murphy, setelah menjalani pemeriksaan BO Air Nav Bandara Juwata Tarakan sampai pukul 19.45 WITA dikawal oleh pihak provost TNI AU ke tempat istirahat sementara di mess TNI AU Tarakan dengan pengawasan ketat oleh TNI," ujar Andi.

Baca juga : MPR Apresiasi Kesigapan TNI Halau Pesawat Asing

Menteri Pertahanan akan Ajukan Tambahan Alutsista

Anoa produksi Pindad akan digunakan oleh Korpaskhas [paskhas]

Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu menyatakan akan mengajukan penambahan alat utama persenjataan (alutsista). Penambahan itu untuk menunjang sistem pertahanan negara.

"Ada yang perlu ditambah, yang sudah ketinggalan akan kita perbarui, segera, ya tahun depan," kata Ryamizard saat berkunjung ke Lanud Sulaiman di Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung, Senin (9/11) kemarin.

Saat ini diperlukan penambahan anggaran untuk alutsista di TNI AD, AU dan AL. Tetapi semua itu menurut Ryamizard, tergantung dalam pembahasan anggaran nanti dengan DPR.

Sebenarnya, ia menuturkan, anggaran untuk alutsista sudah ada. Namun, jumlahnya tidak terlalu besar. "Karena pasukan-pasukan kita di pasukan khusus, seperti di Kopassus, Marinir, dan di Korpaskhas ini dananya tidak besar," ujar dia.

Untuk keberadaan alutsista di Korpaskhas TNI AU ini, menurut dia sudah ideal. Namun, perlu ada pembahasan lagi terkait jumlahnya. Sedangkan untuk alutsista pesawat tempur yang bisa digunakan di atas 30 tahun itu tergantung dari perawatan.

Namun, kalau sudah tidak layak, tidak bisa untuk diterbangkan. Kata dia, jika jam terbang banyak dan perawatannya bagus, maka alutsista tersebut pun masih bisa digunakan. Terlebih, ia mengakui, sebetulnya jam terbang pasukan khusus negara ini memang tergolong banyak.

"Jam terbang kita ini masih banyak," kata dia. "Itu tergantung dari perawatan. Di negara lain, seperti Singapura, alutsista yang lama pun masih dipakai karena perawatannya juga bagus."


Baca juga : Pengangkatan Warga Kehormatan Korpaskhas

MPR Apresiasi Kesigapan TNI Halau Pesawat Asing

Ketika Sukhoi mengawal pesawat Ilegal mendarat di Tarakan [defense.pk]

Wakil ketua MPR Mahyudin mengapresiasi kesigapan TNI AU dalam melakukan penindakan terhadap pesawat asing yang masuk wilayah udara Indonesia tanpa izin.
Sebab, dalam dua hari terakhir, sudah ada dua pesawat asing yang dipaksa mendarat karena melanggar wilayah udara NKRI.

''Saya apresiasi TNI AU yang sigap dalam mengahalau pesawat-pesawat asing yang melanggar wilayah udara NKRI,'' kata Mahyudin kepada Republika, Selasa (10/11).

Menurut Mahyudin, dengan masuknya dua pesawat asing dalam dua hari ini, menandakan bahwa kawasan perbatasan rawan disusupi. Sehingga, perlu pengawalan khusus wilayah perbatasan, agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.

''Saya berharap, jika keuangan kita mampu, TNI membuat Skuadron khusus TNI di tarakan,'' ujar dia.

Sebab, jika ada pihak-pihak yang berniat tidak baik terhadap NKRI, Indonesia bisa kelimpungan menghadapi musuh, karena lokasi skuadron yang jauh dari perbatasan. Padahal, kata politisi Golkar tersebut, Indonesia menganut sistem defensif aktif. Sehingga, pengawasan terhadap wilayah-wilayah perbatasan dipandang perlu. Apalagi wilayah seperti Papua dengan kalimantan, serta Riau dan Kep. Riau berbatasan langsung dengan negara tetangga.

''Saya pikir apa yang dilakukan TNI sudah tepat,'' tegas dia.

Sebelumnya, pada Senin (9/11) pukul 19.04 Wita, telah Divert (Pengalihan Landing) di Baseops Lanud Sultan Hasanuddin dari Subang (Malaysia), pesawat milik Air Tahiti type ATR/72-600/ F ORVN. Capt. Pilot: Bill Johnston, dengan crew 5 org. Pesawat tersebut rute awal: Subang (Malaysia)-Denpasar(Bali)-Asutralia.

Adapun alasan terjadi Divert (Pengalihan Landing) dikarenakan Cuaca Denpasar Buruk (Diselimuti kabut asap) keterangan dri Capt. Pilot. Lalu pada Jam 14.25 dilakukan pendaratan paksa  pesawat cessna callsign: N-96706 type : fixed wing single engine SR-20 di Tarakan, dengan Crew 1 orang berkebangsaan Amerika, yang kemudian dilakukan pemeriksaan kepada crew.


Baca juga : Pesawat Penyusup di Tarakan Diterbangkan Pilot AS

Sulitnya Meraih Baret Intai Amfibi


Lulusan pendidikan Taifib disegani sekaligus ditakuti. Mereka adalah pasukan inti di Kesatuan Marinir yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Kemampuan tersebut diraih setelah ditempa melalui pendidikan yang sangat ketat serta melewati ujian yang sangat berat selama sepuluh bulan.
Tidak heran, di antara ratusan prajurit yang mengikuti seleksi pendidikan Taifib, hanya puluhan bahkan belasan orang yang diterima. Mereka itulah yang kemudian digodok di kawah candradimuka di Situbondo. Mereka yang tak lulus dikembalikan ke kesatuannya semula di Marinir.

Selain fisik prima, calon Taifib juga dituntut memiliki IQ tinggi. Sebab, pasukan elite yang sering digunakan untuk penyusupan di daerah operasi itu harus mampu menghadapi berbagai masalah, baik secara individu maupun kelompok.

Selama pendidikan, teori di kelas hanya 20 persen. Selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Mereka harus mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut, dan udara. Mereka dituntut mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna di ketiga medan tersebut.
Untuk mencapai semua itu, diperlukan pendidikan yang sangat keras dan ketat. Mereka harus mampu menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut dengan daya tahan tinggi, serta survive di darat.

Mereka ditempa di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang biasanya menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri. 

Kenapa sampai demikian? Bila sewaktu-waktu prajurit trimedia (menguasai medan darat, laut, dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri.

Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Untuk menguji daya tahannya itu, para prajurit terpilih tersebut dilepas di tengah hutan dengan hanya bermodalkan garam. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa. Selebihnya, cari sendiri di hutan. Latihan itu dilakukan di Alas Purwo. Di sana, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan perorangan.

Di tengah hutan, mereka harus bertahan berhari-hari. Mereka tak jarang hanya makan binatang buas, seperti ular. Bila mampu menangkap monyet, hewan itu pulalah yang disantap. Selama tiga hari tiga malam, mereka tidur di tengah hutan rimba tersebut. Kadang-kadang, juga lebih, “Saya pernah minum air untuk tambal ban di pinggir jalan Alas Purwo,” cerita mantan Direktur Sekolah Khusus (Dirsus) Marinir Kol (Mar) Buyung Lalana. “Meski air itu siang harinya digunakan untuk mengetes ban mobil dan sepeda motor yang pecah, rasanya nikmat sekali karena begitu haus,” kenang Buyung lagi.

Itu semua belum cukup. Soal pukul-memukul oleh instruktur untuk melatih mental bukanlah hal aneh di kalangan mereka. Wartawan koran ini pernah menyaksikan betapa kerasnya pelonco dari kakak angkatan untuk prajurit yang mengawali pendidikan. Mereka benar-benar harus siap mental dan fisik. Begitu kerasnya, tidaklah heran kalau di awal pendidikan itu, ada yang mengundurkan diri.

Untuk latihan udara, mereka bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Kalau terjun tempur, begitu keluar dari pintu pesawat, payung sudah terbuka. Tapi, Taifib dilatih terjun bebas.
Yang menarik, terjun bebas itu tidak saja dilakukan siang, tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. Para Taifib juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh.

Untuk menghindari pendeteksian musuh, mereka harus piawai menyelam. Dengan menggunakan kompas, sambil menghitung derajat daerah sasaran, para Taifib harus bisa muncul di titik yang tepat.
Itu baru tahap latihan. Bila pelantikan atau dikenal dengan pembaretan, mereka harus jalan kaki siang malam. Itu sering dilakukan Banyuwangi-Surabaya. Mereka dilepas di Banyuwangi dan diperintahkan kumpul di Surabaya dalam waktu yang ditentukan. Bila naik kendaraan dan ketahuan instruktur, hukuman berat bakal dirasakan. Baretnya pun bakal tak hinggap di kepala.

Korpaskhas Prioritaskan Pengembangan Pertahan Udara


Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU perlu melakukan peremajaan dan pembaruan alat utama sistem pertahanan (alutsista), mengingat berkembangnya kemajuan zaman dan makin tingginya ragam ancaman pertahanan keamanan negara. Alutsista buatan dalam negeri menjadi andalan bagi pasukan khusus tersebut.

“Kami cinta produk dalam negeri. Maka kami mengutamakan (alutsista) produksi dalam negeri,” kata Komandan Korpaskhas Marsekal Muda TNI Adrian Wattimena usai acara pengangkatan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu sebagai Warga Kehormatan Korpaskhas di Mako Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (9/11/2015).
Menurut Adrian, Korpaskhas tetap setia dengan produk made in Indonesia yang tak kalah bagus kualitasnya dengan produksi luar negeri. Tentu saja, sambung dia, mengandalkan alutsista buatan bangsa sendiri bisa menciptakan industri atau perusahaan negara atau swasta dalam negeri semakin berkembang.

TNI AU secara bertahap akan memperbarui alutsista. Adrian menegaskan, sebanyak 119 tipe alutsista yang tengah diproses pemerintah.

“Standar kita ialah produk buatan Pindad dan perusahaan dalam negeri lainnya. Karena kekuatan militer suatu negara itu tergantung dari kemampuan negara memproduksi sistem pertahanannya,” kata Adrian.

Jenis alutsista dimaksud Adrian antara lain kendaraan tempur Anoa produksi PT Pindad serta P2-Commando buatan PT Sentra Surya Ekajaya. “Kini prioritas kami mengembangkan pertahanan udara, yaitu merencanakan peluru kendali,” ujar Adrian.

Menhan Ryamizard Ryacudu beserta Adrian dan rombongan sempat melihat aneka produk alutsista yang dipamerkan sejumlah perusahaan antara lain PT Pindad, PT Sentra Surya Ekajaya dan PT Indo Pacific Communication & Defence di area lapangan upacara Mako Paskhas TNI AU. Produk itu terdiri berbagai kendaraan tempur, senjata api dan pesawat.

Ryamizard mengatakan pada era modern saat ini pasukan khusus seperti Korpaskhas TNI AU perlu alutsista berbasis teknologi canggih atau sistem kerja komputer. “Untuk saat ini alutsista pasukan khusus sudah ideal. Tapi ada hal perlu ditambah, karena sudah lama. Lalu IT (berbasis Informasi Teknologi) yang sudah ketinggalan, kami perbarui,” ujar Ryamizard.

Lebih lanjut Ryamizard menyebutkan jenis alutsista yang diperlukan pasukan khusus di antaranya senjata untuk penembak runduk, sistem jammer untuk pertahanan dan lainnya. “Kita mampu beli, dananya tidak besar. Anggaran sudah ada, tapi apakah oleh DPR bisa ditambah, kami nanti lihat lagi,” kata Ryamizard. 
Detik

Mengenal Kemampuan Kostum Pilot Siluman T-50

6 Pilot TNI AU dan instruktur T-50i

Pakaian khusus untuk pilot jet tempur siluman Rusia Sukhoi PAK FA (yang juga dikenal sebagai T-50) telah dikembangkan oleh para insinyur dan ilmuwan Rusia. Pakaian pilot ini dirancang khusus dan diklaim akan menjadi revolusi teknis dalam hal kelengkapan pilot.

Pakaian dirancang untuk membuat pilot merasa nyaman selama penerbangan kecepatan supersonik. Dilengkapi dengan sistem anti-G dengan selang yang menghubungkan pesawat dengan pilot.
Pakaian juga dilengkapi kantong untuk dokumen penerbangan. Di daerah perut terdapat pelat logam yang menekan tubuh pilot untuk menjaga aliran darah ke kepala.

Kostum ini dikembangkan dan sedang saat diuji oleh pusat R & D Zvezda di kota Tomilino, dekat Moskow. Selain itu, fasilitas ini juga menguji helm pilot, bagian teknis paling canggih dari pakaian.
Diproduksi dari bahan komposit seperti pesawat PAK FA, helm ini sangat ringan dan dapat menahan overloads selama ejeksi pada kecepatan pesawat lebih dari 1.000 kmh.

Helm secara digital terhubung ke kamera foto dan video yang mengirimkan data visor PAK FA. Akibatnya, semua informasi penerbangan akan bisa dilihat di depan mata pilot. Konsep yang juga dikembangkan pada helm untuk pilot F-35 Amerika.

“Ketika kepala pilot bergerak gambar [pada layar di helm] akan menyesuaikan. Sistem ini mampu mendeteksi gerakan untuk penargetan otomatis,” kata salah satu pengembang kepada saluran TV Zvezda. Selain itu, survival kit baru telah dikembangkan untuk pilot PAK FA.

Jika pilot harus keluar dari pesawat di daerah asing kit ini satu-satunya kesempatan untuk bertahan hidup. Paket ini berisi panci, antena, cermin sinyal, 16 potong gula, kit pertolongan pertama, pistol sinyal, botol air 1,5 liter, pisau, sinyal radio, dan radio portabel. Bila diperlukan wadah dari kit dapat dengan mudah berubah menjadi perahu atau kantong tidur.

PAK FA adalah pesawat tempur kursi tunggal dua mesin dan pesawat operasional pertama dalam pelayanan Rusia yang menggunakan teknologi siluman. Pesawat ini dirancang oleh Biro Desain Sukhoi untuk mencapai superioritas udara dan membantu dalam serangan darat.

Selain kemampuannya untuk terbang dengan kecepatan di atas Mach 2, T-50 menawarkan fitur-fitur lainnya, seperti tembus pandang untuk radar dan senjata mematikan.

Pada bulan Desember 2014, Rusia United Aircraft Corporation mengumumkan bahwa produksi pesawat tempur siap dimulai pada 2016. Sebanyak 50 jet PAK FA akan memasuki layanan di Angkatan Udara Rusia pada tahun 2020.