Kemampuan militer ‘musuh’ Amerika seperti China, Rusia, dan Iran
berkembang pesat dan menimbulkan ancaman bagi pasukan Amerika, yang
semakin tertinggal dan ketinggalan zaman, analis dari American
Enterprise Institute dan Inisiatif Kebijakan Luar Negeri dalam sebuah
laporan baru-baru ini.
Dalam makalah Potensi Angkatan Bersenjata AS, para ahli mengecam
Amerika karena tidak cukup berinvestasi dalam inovasi militer. Sejak
akhir Perang Dingin, jumlah skuadron Angkatan Udara AS telah menyusut
drastis, menurut penelitian kurang dari setengah dari 54 skuadron yang
ada siap tempur.
Bomber jarak jauh B-52, A-10 Warthog dan jet tempur F-15 Eagle,
berusia lebih dari 20 tahun dan pesawat tempur generasi keempat Amerika
lainnya akan menjadi target yang mudah bagi sistem pertahanan udara yang
modern. Banyak pesawat yang sudah tua menjadi rentan ketika beroperasi
melawan pesawat musuh dan sistem pertahanan udara canggih seperti jet
tempur siluman J-20 China dan sistem rudal pertahanan udara S-400 Rusia,
tulis laporan itu.
Keadaan menjadi lebih buruk ketika jumlah kapal perang Angkatan Laut
AS juga menyusut selama periode yang sama dari 566 menjadi 271, yang
hampir tidak cukup untuk mempertahankan kehadiran AS di Pasifik, Teluk
Persia dan Mediterania.
Adapun pasukan darat Amerika juga mengurangi kehadiran mereka di seluruh
dunia karena pemotongan anggaran. Pasukan militer AS di luar negeri
telah berkurang menjadi 200.000 sejak Perang Dingin.
Kemampuan militer Amerika telah menurun dibandingkan kekuatan musuh
seperti China, Rusia, dan Iran, ulas laporan itu. Para analis
mengungkapkan kekhawatiran mereka bahwa jika AS terus memotong anggaran
pertahanan, ia tidak akan mampu memenangkan kembali kepemimpinan
militernya.
Tidak semua orang setuju dengan ulasan DC Conservatif mengenai
pengeluaran militer Amerika. Business Insider menunjukkan dalam sebuah
artikel DC Conserfatif tanggal 29 Agustus bahwa anggaran militer dan
pertahanan AS pada tahun 2015 mencapai $ 601 milyar atau lebih besar
dari gabungan anggaran 7 negara dengan pengeluaran tertinggi. Namun,
timbul pertanyaan apakah uang ini dibelanjakan secara efisien?
F-35 Joint Strike Fighter, masih mengalami masalah teknis dan
pembengkakan biaya, dan akan menjadi pesawat paling mahal dalam sejarah.
Menurut kolumnis pertahanan Patrick Tucker, “jika dihitung faktor biaya
penuh untuk menerbangkan pesawat F-35 selama 56 tahun, harga satuan
pesawat tempur ini menjadi lebih dari $ 670 juta, jika dihitung dengan
keseluruhan harga dan biaya operasional armada F-35, maka pesawat ini
jauh lebih mahal dibandingkan harga cadangan emas diseluruh dunia.
jakartagreater
No comments:
Post a Comment