Kapal Induk Lioning China
Amerika Serikat (AS) dan China seakan-akan sedang diambang perang
dalam sengketa Laut China Selatan setelah kapal perang AS, USS Lassen
dilaporkan mendekati dan berpatroli di wilayah perairan Kepulauan
Spratly buatan China.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Indonesia sendiri menegaskan
posisinya sebagai pihak yang netral dalam konflik Laut China Selatan.
Sikap Indonesia itu disampaikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ketika berbicara di Washington dalam lawatannya ke AS.
Jokowi telah melakukan pertemuan dengan Presiden AS, Barack Obama di
Gedung Putih. Menurut Jokowi, Indonesia mendukung kebebasan navigasi di
peraian internasional. Namun, dia menekankan posisi Indonesia sebagai
negara yang netral dalam konflik Laut China Selatan.
”Indonesia bukan pihak yang bersengketa, namun kami memiliki
kepentingan yang sah dalam perdamaian dan stabilitas di sana,” ucap
Presiden Jokowi di Washington, seperti dikutip IB Times, Rabu
(28/10/2015).
”Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dari tindakan
yang dapat merusak kepercayaan yang menempatkan pada risiko perdamaian
dan stabilitas kawasan,” tambah Jokowi.
Sebagaimana diberitakan, pada Selasa 27 Oktober kapal perang USS
Lassen yang didampingi pesawat pengintai dari US Navy telah mendekati
peraian Kepulauan Spratly untuk melakukan patroli. USS Lassen merupakan
sebuah kapal penghancur yang dilengkapi senjata rudal udara dan rudal
air. Tindakan itu dianggap provokasi langsung terhadap China.
Manuver militer ini dilaporkan telah disetujui oleh Presiden Barack
Obama yang telah mengisyaratkan tindakan yang akan diambilnya dalam
Sidang Majelis Umum PBB di New York pada bulan lalu.
Meski mendapat tentangan dari AS dan negara-negara yang bersengketa,
China telah mengklaim bagian dari perairan strategis di Laut China
Selatan itu dengan membangun pulau-pulau buatan yang cukup besar untuk
landasan udara, menempatkan radar dam prajurit, serta perlengkapan
militer mereka.
No comments:
Post a Comment