Sekitar bulan Mei dan Juni 1966, Korps Komando Operasi (KKO) yang
kini berganti nama menjadi Korps Marinir TNI AL telah mengirim beberapa
calon Free Fall Jumper ke SPKAD Batujajar guna mengikuti pendidikan
terjun bebas.Tetapi di sana tidak cukup tersedia fasilitas bagi calon
peterjun bebas dari KKO AL sehingga terpaksa mereka kembali ke Surabaya
sambil menunggu kesempatan-kesempatan berikutnya.
Pada saat menunggu itulah, 2 orang calon peterjun bebas yakni Kopral
KKO Eddies dan Prako Soebekti mengambil inisiatif sendiri merintis
penerjunan bebas tanpa guru. Dengan ketekunan dan keyakinan yang penuh
resiko, mereka belajar dari pengalaman atau lebih tepatnya belajar dari
nalurinya sendiri sehingga akhirnya mereka berhasil terjun bebas dari
ketinggian 3000 kaki dengan hanya memakai Payung tipe D1 buatan Soviet.
Konon kabarnya, Soviet sendiri yang menciptakan dan membuat payung
tersebut tidak pernah menggunakan dan merencanakan payung tersebut untuk
terjun bebas.
Masyakarat umum memberikan julukan “Penerjun Alam” KKO AL, tetapi
kolega-koleganya memberi julukan sebagai “Manusia Gila dari Gunung Sari”
yang mengandung pengertian penuh kebanggaan sebagai anggota Korps yang
dicintainya.
Demikian kedua Pioneer terjun bebas ini telah mengadakan latihan
sendiri hampir satu bulan penuh. Pada waktu wisuda Para Angkatan ke VI
tahun 1966, kedua peterjun bebas alam tersebut mendapatkan kehormatan
mendemonstrasikan ketangkasan secara resmi di Gunung Sari.
Pada wisuda Para ke VII tahun 1966 yang dilakukan di Tuban Denpasar,
kedua penerjun bebas alam KKO AL itu melakukan demonstrasi bersama
penerjun-penerjun bebas lainnya dari Angkatan Darat (SSPKAD) dan AURI
(Margahayu).
Pada Penerjunan yang ketiga kalinya pada wisuda Para Angkatan ke VIII
di lapangan Terjun Gunung Sari, penerjun bebas KKO AL bertambah 1 orang
lagi yaitu Prako Suratman sebagai hasil belajar sendiri.
Pada saat itu pula Panglima KKO Letjen KKO Hartono yang bertindak
sebagai Irup menyampaikan surat penghargaan atas nama Korps kepada
ketiga Penerjun Bebas KKO AL tersebut atas jasa-jasanya dalam menjunjung
tinggi kehormatan Korps.
Pada bulan September 1966 dibukalah Pendidkan Free Fall I yang
diikuti 7 orang anggota termasuk 1 orang perwira (Ltn KKO K Arifin)
dengan mendatangkan pelatih dari Margahayu Bandung. Wingday dilakukan
bersamaan dengan angkatan IX Para Dasar.
Perlu diketahui bahwa payung yang digunakan saat itu masih tetap tipe D1 buatan Uni Soviet yang bukan untuk terjun bebas.
Pada saat upacara wing day 1 Free Fall, KKO Eddie mendapat hadiah 1
set perlengkapan terjun bebas termasuk parasut khusus Free Fall Jump
Type dari Pangko.
Suatu hal yang sangat miris karena mereka belajar sendiri tanpa
peralatan otomatis, maka penerjunan-penerjunan bebas alam tersebut sudah
terbiasa membuka payungnya serendah mungkin dari tanah.
Pada akhirnya walaupun mereka sudah dilengkapi dengan alat otomatis
tetapi tidak pernah dipakai karena sudah terbiasa menggunakan peralatan
manual.
No comments:
Post a Comment