Angkatan Laut Amerika Serikat berencana mengirimkan
kapal perusak dengan peluncur rudal ke wilayah 12 mil laut, atau sektar
22,2 km dari pulau buatan yang dibangun oleh China di Laut Cina Selatan.
Langkah ini dinilai merupakan salah satu langkah AS untuk menantang
klaim China di salah satu jalur laut tersibuk di dunia itu.
Dilaporkan Reuters, seorang pejabat pertahanan AS menyatakan kapal perusak USS Lassen akan mulai berpatroli pada Selasa (27/10) pagi waktu setempat di dekat terumbu karang Subi dan Mischief di kepulauan Spratly, pulau yang dibuat China dengan cara pengerukan sejak 2014.
Patroli kapal perusak itu akan menjadi salah satu tantangan AS yang paling serius di sekitar batas teritorial yang diklaim China. Langkah ini dinilai akan memantik kemarahan Beijing, yang pada bulan lalu mengatakan "tidak akan pernah mengizinkan negara manapun" melanggar teritorial perairan dan wilayah udara di Spratly.
Dilaporkan Reuters, seorang pejabat pertahanan AS menyatakan kapal perusak USS Lassen akan mulai berpatroli pada Selasa (27/10) pagi waktu setempat di dekat terumbu karang Subi dan Mischief di kepulauan Spratly, pulau yang dibuat China dengan cara pengerukan sejak 2014.
Patroli kapal perusak itu akan menjadi salah satu tantangan AS yang paling serius di sekitar batas teritorial yang diklaim China. Langkah ini dinilai akan memantik kemarahan Beijing, yang pada bulan lalu mengatakan "tidak akan pernah mengizinkan negara manapun" melanggar teritorial perairan dan wilayah udara di Spratly.
Kapal tersebut kemungkinan akan disertai dengan pesawat pengintai P-8A
dan pesawat pengintai P-3 milik Angkatan Laut AS, yang telah melakukan
misi pengintaian rutin di kawasan itu, menurut pejabat pertahanan, yang
tidak dipublikasikan namanya.
Patroli tambahan juga rencananya akan dilakukan dalam beberapa minggu mendatang dan kemungkinan berpatroli di sekitar wilayah Spratly yang juga diklaim oleh Vietnam dan Filipina.
"(Patroli) ini akan terus terjadi, tidak hanya satu kali," kata pejabat tersebut.
Patroli tambahan juga rencananya akan dilakukan dalam beberapa minggu mendatang dan kemungkinan berpatroli di sekitar wilayah Spratly yang juga diklaim oleh Vietnam dan Filipina.
"(Patroli) ini akan terus terjadi, tidak hanya satu kali," kata pejabat tersebut.
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest menolak berkomentar soal operasi
khusus, dan menyerahkannya kepada Pentagon. Meski demikian, Earnest
menyatakan AS menilai harus menekankan pentingnya arus perdagangan bebas
di Laut Cina Selatan, kepada China.
"Terdapat aktivitas perdagangan senilai miliaran dolar dari seluruh daerah di dunia di perairan itu. AS memastikan harus ada aliran perdagangan bebas yang sangat penting untuk ekonomi global," katanya.
Patroli tersebut akan menjadi yang pertama dalam wilayah Spratly sejak China mulai membangun terumbu di 2014. Amerika Serikat terakhir kali melewati teritorial Spratly pada 2012.
Keputusan untuk mengirimkan kapal perusak berisiko memperburuk hubungan AS yang sudah tegang dengan China.
Anggota Kongres AS, Randy Forbes, ketua Angkatan Bersenjata Seapower dan Proyeksi Angkatan Sub-komite dan Ketua Kongres Kaukus China, memuji rencana tersebut.
"Keputusan AS mengirimkan kapalnya ke wilayah pulau yang dibuat China di Laut China Selatan merupakan respon yang diperlukan untuk mendestabilisasi pengaruh China di kawasan itu," bunyi laporan dari Forbes.
China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, yang menjadi jalur perdagangan dunia senilai lebih dari US$5 triliun setiap tahunnya. Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Taiwan saling memiliki klaim di perairan ini. (ama)
"Terdapat aktivitas perdagangan senilai miliaran dolar dari seluruh daerah di dunia di perairan itu. AS memastikan harus ada aliran perdagangan bebas yang sangat penting untuk ekonomi global," katanya.
Patroli tersebut akan menjadi yang pertama dalam wilayah Spratly sejak China mulai membangun terumbu di 2014. Amerika Serikat terakhir kali melewati teritorial Spratly pada 2012.
Keputusan untuk mengirimkan kapal perusak berisiko memperburuk hubungan AS yang sudah tegang dengan China.
Anggota Kongres AS, Randy Forbes, ketua Angkatan Bersenjata Seapower dan Proyeksi Angkatan Sub-komite dan Ketua Kongres Kaukus China, memuji rencana tersebut.
"Keputusan AS mengirimkan kapalnya ke wilayah pulau yang dibuat China di Laut China Selatan merupakan respon yang diperlukan untuk mendestabilisasi pengaruh China di kawasan itu," bunyi laporan dari Forbes.
China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, yang menjadi jalur perdagangan dunia senilai lebih dari US$5 triliun setiap tahunnya. Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Taiwan saling memiliki klaim di perairan ini. (ama)
No comments:
Post a Comment