Proyek pesawat terbang merupakan proyek strategis bagi satu negara, meski padat modal. Karena itu, proyek pesawat terbang membutuhkan dukungan semua pihak termasuk pemerintah.
Hal ini juga berlaku di proyek pesawat terbang mesin turbo propeller R-80 yang dirancang PT Regio Aviasi Indonesia, perusahaan milik keluarga BJ Habibie. Kabarnya proyek R-80 membutuhkan dana hingga US$ 700 juta, dengan harga jual per unit diperkirakan US$ 22 juta-25 juta.
Saat ini proyek pesawat R-80 masih dalam tahap pre-eliminary design alias desain tahap awal. Kata Ilham Habibie, Presiden Komisaris Regio Aviasi Indonesia, di fase ini perseroan belum menentukan komponen utama pesawat terbang, seperti mesin, kokpit, kaki pesawat, dan sistem pengendaliannya. Penentuan empat komponen utama itu akan dilakukan pada tahun depan (2016).
Menurut Ilham, proyek R-80 juga membutuhkan dukungan pemerintah Presiden Joko Widodo. Ini lima peran pemerintah yang diharapkannya:
- Pertama, pemerintah sebagai pemilik badan usaha milik negara (BUMN) yang bisa mendesain dan memproduksi pesawat, yakni PT Dirgantara Indonesia (DI).
- Kedua, pemerintah selaku regulator.
- Ketiga, pemerintah sebagai customer yang memiliki PT Garuda Indonesia Tbk dan Citilink.
- Keempat, pemerintah sebagai tenaga pemasar/salesman atau ikut memasarkan.
- Kelima, pemerintah bisa menjadi pendukung, baik langsung atau tidak langsung di proyek ini. Misalnya, pemerintah mendanai PT DI menjadi mitra hingga menjadi pemegang saham. Caranya, sebagian pekerjaan dikerjakan oleh DI, tapi dengan dana dari Pemerintah.
"Jadi presiden di negara mana pun pasti akan selalu memperhatikan industri pesawat terbang. Sebab dia penghasil devisa dalam jumlah banyak. Sekaligus lambang negara, karena bisa mendemonstrasikan betapa canggih industri dan ekonominya, kata Ilham yang mengenyam ilmu pesawat terbang dari Technical University of Munich, Jerman.
No comments:
Post a Comment