Menurut The Sunday Times, saat ini Rusia meluncurkan rata-rata 50 misi serangan udara per hari di Suriah. (Reuters/Ministry of Defence of the Russian Federation)
Rusia berencana meningkatkan misi serangan udara untuk menggempur
kelompok pemberontak di Suriah. Menurut sumber anonim yang dekat dengan
operasi militer Rusia di Suriah, Rusia akan meningkatkan operasi militer
hingga 300 serangan udara per hari di Suriah. Dilansir dari media
Inggris, The Sunday Times, saat ini Rusia meluncurkan rata-rata 50 misi
serangan udara per hari di Suriah. Menurut Sunday Times, sumber anonim
tersebut menyatakan bahwa Rusia berencana meningkatkan jumlah serangan
udara, dari target 200 serangan per hari menjadi 300 serangan udara per
hari.
The Independent juga melaporkan Rusia juga tengah membangun landasan pacu baru sebagai persiapan untuk meningkatkan jumlah serangan udara. Hingga saat ini, Rusia telah mengerahkan berbagai pesawat peluncur bom, termasuk Su-24M dan Su-34 dan jet tempur Su-30cm. Sumber anonim itu juga menyebutkan bahwa target serangan udara diusulkan oleh pemerintah Suriah untuk kemudian diverifikasi oleh Rusia.
Masih dari sumber yang sama, Rusia disebut akan menolak permintaan Suriah yang menargetkan bangunan agama yang diyakini sebagai markas kelompok pemberontak. "Mereka sangat prihatin tentang citra militer Rusia di sini," kata sumber itu kepada The Sunday Times. Kremlin mengklaim bahwa intervensi militer di Suriah merupakan upaya "perang melawan terorisme", tetapi ikut campur Rusia dalam konflik Suriah memicu kekhawatiran dari negara-negara Barat.
Menteri Pertahanan Inggris, Michael Fallon menyatakan bahwa intervensi militer Rusia hanya memperluas perang dengan menargetkan semua rival Presiden Suriah Bashar al-Assad. Pernyataan ini diluncurkan Fallon di tengah berbagai tuduhan bahwa serangan udara menewaskan ratusan warga sipil dan meningkatkan risiko konfrontasi dengan serangan udara koalisi internasional pimpinan AS. "Apa yang (Rusia) lakukan adalah menopang rezim Assad, membuat penyelasaian masalah ini menjadi lebih sulit," kata Fallon.
Berbagai kelompok pemantau di Suriah, termasuk Human Rights Watch, menyerukan penyelidikan soal serangan udara Rusia ri Suriah yang mereka yakini melanggar hukum internasional. Putin terus-menerus membela serangan udara Rusia di Suriah, dan bersikeras bahwa serangan udara itu bertujuan untuk memerangi "teroris internasional" dari kelompok militan ISIS. Dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah Rusia, Putin mengatakan Moskow ingin memperkuat posisi Assad di Suriah. (stu)
Serangan Koalisi di Suriah Tewaskan Tokoh al-Qaidah
Serangan udara koalisi pimpinan AS di Suriah diklaim telah menewaskan pimpinan senior al Kaidah. (Reuters/Shawn Nickel/U.S. Air Force/Handout )
Pentagon mengatakan serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat telah menewaskan Sanafi al-Nasr, warga Arab Saudi dan penyalur dana terkemuka bagi al-Qaidah dan kelompok Khorasan sempalannya. Pentagon pada Minggu (18/10) mengatakan, al-Nasr sebelumnya mengorganisir rute-rute bagi anggota baru untuk berangkat dari Paksitan ke Suriah melalui Turki.
Dia juga memainkan peran penting di bidang keuangan kelompok ini dan Pentagon mengatakan al-Nasr tews dalam serangan udara ke Suriah barat laut Kamis lalu. “Al-Nasr merupakan jihadis lama yang berpengalaman menyalurkan dana dan pejuang untuk al-Qaidah. Dia memindahkan dana dari para donor di wilayah Teluk ke Irak, dan kemudian mengirimnya kepada pemimpin al Kaidah di Pakistan hingga Suriah,” kata juru bicara Pentagon melalui pernyataan tertulis. Al-Nasr bekerja untuk jaringan al-Qaidah di Iran sebelum mengambil alih masalah keuangan kelompok militan ini pada 2012 dan pindah ke Suriah pada 2013.
Pentagon mengatakan, dia adalah pemimpin senior kelompok Khorasan kelima yang tewas dalam empat bulan terakhir. Khorasan adalah istilah untuk daerah di Afghanistan dan Pakistan tempat dewan utama al Kaidah diyakini bersembunyi. Kelompok militan ini pindah ke Suriah setelah perang saudara di negara itu pecah, dan mereka diyakini membantu kelompok afiliasi al-Qaidah di Suriah yaitu Front Nusra.
Para pejabat AS menggambarkan Khorasan merupakan faksi militan yang kejam yang memanfaatkan tempat persembunyian di Suriah untuk mengorganisir rencana serangan ke Amerika dan sasaran-sasaran Barat lain, kemungkinan dengan mempergunakan pesawat terbang. Pentagon mengatakan al-Nasr juga dikenal sebagai Abdul Mohsen Adballah Ibrahim al Charekh.
Tahun lalu, Front Nusra kehilangan seorang pemimpin al-Qaidah dengan nama itu setelah terjadi serangan di desa pesisir Suriah bernama Kasab. Al-Nasr yang juga dicari pihak berwenang Arab Saudi dinyatakan sebagai teroris yang dikenai sanksi Dewan Keamanan PBB dan Departemen Keuangan AS tahun lalu.
“Operasi ini menjadi pukulan keras bagi rencana kelompok Khorasan untuk menyerang AS dan sekutunya, dan sekali lagi membuktikan bahwa mereka yang ingin menghancurkan kami, bukannya sulit dijamah oleh kami,” kata Menteri Pertahanan AS Ash Carter dalam pernyataan tertulis. Pentagon tidak mengumumkan rincian serangan udara tersebut. (yns)
Rusia Khawatir Dengan Stinger Amerika
Gerilyawan Mujahidin dengan rudal panggul Stinger saat perang Afghanistan melawan Uni Soviet
Jika ISIS di Suriah memiliki rudal panggul anti pesawat Stinger, Rusia akan melihatnya sebagai upaya Amerika mendukung terorisme, dan akan membawa masalah ini ke Dewan Keamanan PBB, kata wakil menteri luar negeri Rusia pada hari Sabtu. “Sejauh ini kami belum melihat sistem rudal panggul modern (MANPADS) berada di tangan para teroris, tapi kita tahu bisa saja mereka mendapatkan senjata dari Barat seperti yang dimiliki negara-negara tetangganya,” kata Oleg Syromolotov.
Dia menekankan bahwa pengiriman rudal panggul modern untuk salah satu kelompok yang aktif di Suriah akan berarti ada “Negara” tertentu yang telah berpihak pada “teroris internasional. Saya ingin ini dilihat sebagai peringatan yang serius,” tambah Syromolotov. Menurut kantor berita Regnum, Staf Umum Militer Rusia memperingatkan pada hari Minggu bahwa jika Islamic State memiliki rudal Stinger buatan AS, isu mendukung terorisme akan diajukan ke Dewan Keamanan PBB.
Rusia tentu masih ingat dengan pengalaman pahit perang Afghanistan saat jet-jet tempur dan helikopter Uni Soviet dulu berguguran di sengat rudal stinger Mujahidin yang dipasok Amerika. [Sputnik]
CNN jakartagreater
No comments:
Post a Comment