Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Hasyim Muzadi
menyoroti lemahnya koordinasi intelijen sejumlah lembaga dalam
mengantisipasi bentrok berujung pembakaran gereja di Kecamatan Gunung
Makmur, Aceh Singkil. Ia menilai koordinasi intelijen lemah.
“Saya melihat intelijennya tidak lemah, tapi koordinasinya yang harus
diperkuat,” ujarnya. Intelijen yang dimaksud adalah intelijen milik
Badan Intelijen Negara (BIN), intelijen kepolisian, intelijen TNI,
intelijen pemerintah daerah, dan intelijen kejaksaan.
“Masing-masing sektor itu punya intelijen sendiri-sendiri, tapi tidak
bergerak simultan karena belum ada undang-undang yang terpadu. Nah, di
situlah masalahnya, bukan kualitas penyelenggara intelijennya,” ucap
Hasyim.
Sebagai salah satu bentuk antisipasi, kata dia, sangat diperlukan
penyadaran ke masyarakat dan peningkatan kemampuan pertahanan keamanan
negara, baik secara sistem maupun secara penyelenggara keamanan itu
sendiri.
Terkait bentrok di Aceh, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) tersebut menyarankan agar Pemerintahan Presiden Joko Widodo
(Jokowi) melakukan investigasi dari dua sisi, yakni sisi kejadian dan
sisi kemungkinan karena peristiwanya didesain.
Dilihat dari sisi kejadiannya, kata dia, tentu merupakan kriminalitas
yang dibungkus agama dan harus ada sikap tegas dari aparat penegak
hukum.
Sedangkan dari sisi lainnya, diminta sistem pertahanan keamanan
negara diperbaiki sehingga kejadian serupa tidak terulang. “Itu saja kok
obatnya. Tapi kalau tidak dilakukan maka terus seperti ini,” tutur
pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Malang itu.
Jakartagreater
No comments:
Post a Comment