Mantan Menteri Luar Negeri Australia Gareth Evans menyatakan
negaranya harus mengirim kapal perang ke Laut China Selatan sebagai
bentuk protes atas tindakan China mengubah puluhan terumbu karang
menjadi pulau-pulau buatan.
Pekan lalu pemerintah Australia dan Amerika Serikat sepakat untuk
meningkatkan kerjasama Angkatan Laut, namun sejauh ini Australia menepis
kemungkinan akan bergabung dengan misi kapal perang AS ke Laut China
Selatan.
Gareth Evans, yang menjabat Menlu di bawah pemerintahan Partai Buruh
hingga tahun 1990an, menyatakan Australia bisa mengambil tindakan
sendiri.
“Keinginan AS dapat dibenarkan dalam menjaga kebebasan pelayaran di
wilayah itu dengan mengerahkan kapal-kapal perangnya di dalam batas 12
mil laut, guna menunjukkan bahwa kita tidak mengakui klaim kedaulatan
yang dilakukan China,” jelas Evans kepada ABC.
“Menurut saya Australia juga sama, ingin melakukan hal itu, dan tidak harus bersama-sama dengan AS,” tambahnya.
Menurut Evans, Australia perlu menunjukkan sikap menentang sejumlah
aspek dalam kebijakan China mengklaim nyaris keseluruhan teritorial
Lauta China Selatan berdasarkan data historis yang tidak kokoh.
“Kedua, untuk memproses pembuatan pulau-pulau di atas terumbu karang,” katanya.
Sejauh ini Menlu Julie Bishop belum mengeluarkan pernyataan terkait
kemungkinan Australia bergabung dalam operasi kapal perang AS yang akan
menantang klam China secara langsungh.
“AS menyatakan akan bertindakn menurut hukum internasional di Laut China Selatan,” kata Menlu Bishop.
Sumber ABC menyebutkan bahwa tiga kapal perang Australia berada di sekitar kawasan Laut China Selatan.
Kapal Perang HMAS Stuart berlabuh di Japan, sedangkan HMAS Arunta dan
HMAS Sirius baru saja menyelesaikan latihan gabungan dengan AL
Singapura di Laut China Selatan.
jakartagreater
No comments:
Post a Comment