Saturday, 7 November 2015

Pelajaran Berharga Perang Suriah

Prototype Bom produksi Indonesia
Ada pelajaran yang menarik bila melihat kampanye udara yang dilakukan Rusia di Suriah. Selama ini militer Suriah pimpinan Bashar Al Assad, kesulitan memukul mundur pemberontak FSA maupun ISIS. Gerakan militer Suriah lebih terfokus ke operasi Angkatan Darat.
Namun semua berubah dengan cepat, ketika Rusia datang dan melakukan serangan lewat udara maupun rudal jarak jauh.

Serangan Rusia ini efektif. Gerakan FSA dan ISIS berhasil dipukul mundur. 

Kini inisatif peperangan ada di Angkatan Darat Suriah. Bahkan mereka terlihat mulai leluasa bergerak karena mendapatkan bantuan udara dari Rusia. Pesawat pesawat Rusia, dengan cepat melumat, bila ada pergerakan FSA maunpun ISIS. Persembunyian dan depot logistik FSA/ISIS juga dihancurkan.

Teater model perang seperti ini sebenanrnya, pertama kali digelar AS dalam perang Teluk di Irak dan berhasil menggulingkan Saddam Hussein.

Saya jadi teringat ke situasi di dalam negeri, bagaimana TNI memberantas gerakan separatis GAM di Aceh. Sulit bagi TNI bisa memulul GAM dalam waktu yang cepat. GAM melakukan peperangan hit and run.

Sesekali TNI menggunakan roket FFAR yang ditembakkan lewat helikopter NBO-105. Tentu efek dari roket itu tidak signifikan. Selain efek ledak yang kecil, helikopter itu, tidak bisa cepat datang ke lokasi.

Dalam operasi militer di Aceh, tidak terdengar ada skenario, pemngeboman lewat udara, untuk posisiatau markas GAM. Yang ada tentara di darat, gabungan Angkatan Darat dan Marinir, bergerak susah payah, mengejar persembunyian GAM, antara lain ke pegunungan Bukit Barisan.
Cara peperangan yang ditunjukkan Rusia di Suriah, bisa menjadi pelajaran bagi Indonesia di kemudian hari. Kalau bisa menggempur musuh dengan mudah, mengapa harus memilih langkah yang sulit.

Tentu untuk melakukan teater peperangan udara seperti Rusia di Suriah, membutuhkan teknologi UAV, komunikasi dan satelit yang canggih. Tapi itu semua, bisa dilakukan Indonesia jika mau.
Gambar di atas menunjukkan prototype sejumlah bom yang dibuat di dalam negeri. Next kalau ada gerakan separatis di Papua yang angkat senjata dan sudah terdeteksi UAV, bisa saja langsung dibombardir lewat jet tempur Sukhoi atau pesawat tempur Super Tucano.

No comments:

Post a Comment