Perakitan Pesawat N219
Setelah China meluncurkan pesawat jet komersial pertamanya, C919, ke publik pada 2 November 2015 kemarin, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menjadwalkan hal sama. Pada November ini, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut akan melakukan perayaan dan perkenalan wujud pesawat N219 kepada publik. Pada proses yang biasa disebut roll out ini, N219 akan ditarik dari hanggar dan diperkenalkan ke publik.
Para insinyur pesawat PTDI saat ini sedang sibuk merakit bagian-bagian pesawat pada hanggar assembly line di Bandung, Jawa Barat. "Bulan November siap," kata Direktur Utama PTDI, Budi Santoso, kepada detikFinance, Selasa (3/11/2015).
Untuk mengejar target itu, para insinyur PTDI bekerja keroyokan selama 24 jam. Alasannya, PTDI berencana mengundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melihat wujud pesawat baling-baling yang mampu membawa 19 penumpang itu saat proses roll out.
"Persiapan launching, kita bekerja 24 jam. Seperti jadi Sangkuriang," jelasnya.
Pesawat komersial baling-baling dengan 2 mesin buatan Pratt & Whitney ini, nantinya dibanderol seharga US$ 5 juta per unit, atau lebih murah dari pesawat sejenis yang ada di pasaran. Hingga kini, PTDI telah mengantongi order atau minat terhadap N219 sebanyak 75 unit.
Untuk pengembangan, PTDI melibatkan sekitar 300 ahli pesawat lokal. Pengembangan murni memakai 100% jasa tenaga lokal. Berbeda dengan pengembangan pesawat pendahulu yakni N250, proses perancangan hingga perakitan melibatkan ratusan insinyur pesawat asing.
"Ini tenaga lokal semua. Ini campuran senior dan junior, totalnya hampir 300 insinyur," jelasnya.
Setelah roll out pada November ini, N219 akan melakukan uji struktur hingga uji sistem selama 6 bulan. Proses ini diperlukan untuk mengantongi flight permit dari Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU), Ditjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Flight permit dipakai sebagai syarat melakukan terbang perdana (first flight). Ditargetkan, N219 bisa terbang perdana pada Mei 2016.
"Target kami first flight pada bulan Mei 2016. Untuk proses first flight, kami harus dapatkan flight permit dari DKUPPU Kemenhub," kata Program Manager PTDI untuk N219, Budi Sampurno kepada detikFinance.
Setelah melakukan first flight, PTDI akan melakukan uji terbang (test flight) N219. Proses ini dilakukan selama 630 jam terbang. Syarat test flight diperlukan untung mengatongi sertifakasi tipe (type certificate) dari Kemenhub. PTDI sendiri telah mengajukan permohonan sertifikasi tipe N219 ke Kemehub sejak 4 Februari 2014.
"Sesuai regulasi CASR (Civil Aviation Safety Regulations) 23, waktu yang diberikan untuk sertifikasi 3 tahun. Jadi target kami tanggal 4 Februari 2017, N219 sudah dapat Type Certficate atau sertfikat laik terbang dari Kemenhub," jelas Budi.
Sejalan dengan permohonan sertifikasi ke Kemenhub, PTDI juga mengajukan uji sertifikasi kelaikan terbang N219 ke lembaga penerbangan internasional seperti, European Aviation Safety Agency (EASA).
Setelah mengantongi sertifikasi dari Kemenhub, PTDI akan mengurus production certificate sebagai syarat tambahan untuk melakukan produksi massal N219 di Bandung, Jawa Barat. Alhasil, produksi massal bisa dilakukan pada awal 2017.
"Produksi massal boleh dilakukan setelah mendapatkan type certificate," sebutnya.
N219 merupakan pesawat yang mulai dirancang sejak 2007 lalu. Pesawat ini dibuat dengan kapasitas 19 orang dan memiliki kelebihan bisa lepas landas dalam jarak pendek, sehingga cocok untuk daerah-daerah terpencil, termasuk di Indonesia.
RI Tak Berani Tiru China Saingi Boeing dan Airbus, Ini Alasannya
Hanggar PTDI
Indonesia pada era 1990-an pernah menggagas pengembangan pesawat jet
komersial berkapasitas di atas 100 orang, yaitu N2130. Belum sampai ke
tahap terbang perdana alias baru memasuki desain awal, proyek ini
dihentikan.
No comments:
Post a Comment