TNI Angkatan Udara mulai mengungsikan sejumlah alutsista pesawat tempur
yang bermarkas di kawasan terdampak kabut asap. Pemindahan itu dilakukan
agar pelaksanaan tugas pokok TNI AU dalam menjaga kedaulatan udara
tetap bisa terlaksana.
Kepala Staf TNI AU Marsekal Agus Supriatna
mengakui bencana asap cukup merepotkan pelaksanaan operasi sejumlah
korps penerbang tempur TNI AU. Karena itu sejumlah pesawat tempur yang
bermarkas di sekitar lokasi terdampak kabut asap mulai dipindahkan ke
Lanud yang aman dari asap.
"Karena saking terganggunya pesawat
tempur kita yang ada di Pontianak dan Pekanbaru pada saat ini
pindahkan," tegasnya di AAU Jogja, Rabu (28/10/2015).
Pesawat
tempur yang terpaksa telah dipindah operasi yaitu dari Skuadron Udara 12
Black Panther Lanud Rusmin Nurjadin dan Skuadron Udara 1 Elang
Khatulistiwa Lanud Supadio Pontianak.
Keduanya merupakan markas
dari pesawat tempur Hawk 109/209. Adapun pemindahan operasi dilakukan di
Lanud Iswahjudi, Madiun. Pemindahan dilakukan agar para penerbang tetap
bisa melakukan latihan.
"Kita pindahkan ke Madiun supaya bisa
tetap melaksanakan latihan. Agar bisa tetap mempertahankan
profesionalisme penerbang. Seluruh pesawat yang dipakai kita
berangkatkan ke Madiun," tegasnya.
Menunggu selanjutnya, pesawat
tempur F-16 dari Skuadron Udara 16 Lanud Rusmin Nurjadin Pekanbaru juga
akan dipindahkan ke Lanud Manuhua Biak. Pesawat ini akan disiagakan di
ujung timur Indonesia dalam menjaga kedaulatan udara Indonesia mengingat
home base-nya terdampak asap.
"Begitu juga ada pesawat F-16 yang kita berangkatkan ke Biak . Di sana alhamdulillah asap tak begitu banyak," kata dia.
Soal
penanganan asap, lanjutnya, TNI AU telah melakukan banyak sorti
penerbangan, mulai dari operasi hujan buatan hingga water bombing dalam
memadamkan api. Sejumlah titik yang sukses melakukan hujan buatan dengan
memanfaatkan keberadaan awan antara lain di Pekanbaru dan Karawang,
Jawa Barat.
Water bombing awalnya hanya bisa dilakukan dengan
membawa dua ton air memakai helikopter TNI AU. Tapi sejak pekan lalu
meningkat mampu membawa 12 ton air karena dibantu oleh Jet Amfibi
Berieve BE-200 dari Rusia.
"Setiap ada awan kami selalu
berangkatkan pesawat untuk membuat hujan buatan. Kemudian di Pekanbaru
kerjasama dengan pihak asing membuat cairan dari herbal. Bisa bawa 20
ton, tapi titik api sangat luas. Satu titik mati yang lain hidup lagi,"
ujarnya.
No comments:
Post a Comment