Monday, 26 October 2015

[Dunia] AS dan Saudi Tingkatkan Bantuan Militer untuk Oposisi Suriah

Amerika Serikat dan Arab Saudi berkomitmen meningkatkan bantuan militer dan dukungan diplomatik untuk kelompok oposisi Suriah di tengah gempuran pasukan udara Rusia yang membantu rezim Bashar al-Assad.

Komitmen ini disampaikan dalam pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan Raja Arab Saudi Salman di Riyadh selama akhir pekan, seperti diberitakan Reuters, Minggu (25/10).

"Mereka berjanji akan melanjutkan dan meningkatkan dukungan bagi oposisi moderat Suriah sementara jalur politik terus digencarkan," kata Kementerian Luar Negeri AS dalam pernyataannya.

Sebelumnya kelompok oposisi Suriah telah meminta lebih banyak dukungan militer dari negara-negara penyokong, termasuk Arab Saudi, untuk melawan pasukan Suriah yang didukung oleh Hizbullah Lebanon, tentara Iran dan serangan udara Rusia.Koalisi AS telah memberikan rudal anto-tank kepada kelompok-kelompok pemberontak bersenjata Suriah melalui Free Syrian Army sejak Rusia menurunkan jet tempur mereka akhir September lalu.

Saat ini penggunaan rudal TOW buatan AS telah meningkat lebih dari 800 persen, berhasil menahan laju rezim Assad yang dibantu oleh para sekutunya.

Kerry dalam pertemuan di Wina Jumat lalu mengatakan perundingan damai Suriah akan dimulai kembali pekan depan. Sejauh ini, perundingan masih mandek lantaran Assad menolak turun dari kekuasaan, seperti yang dituntut oleh AS dan negara-negara Arab.Arab Saudi mengatakan Assad harus lengser demi lancarnya operasi memberantas ISIS di Suriah. Pemerintah Riyadh juga mengkritisi serangan udara Rusia di Suriah yang kebanyakan membunuh warga sipil dan pasukan pemberontak moderat.

Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir setelah perundingan di Wina mengatakan bahwa dia dan koleganya belum mencapai kata sepakat soal masa depan politik Assad.

Sementara Rusia mengatakan bahwa Suriah harus mengadakan pemilihan umum untuk menentukan anggota parlemen dan presiden baru yang sudah pasti juga akan menyertakan Assad sebagai calonnya. Hal ini bertentangan dengan permintaan negara Barat dan Arab yang menginginkan Assad tidak terlibat lagi dalam politik Suriah di masa depan.

Sementara panggung perundingan digelar, pertempuran terus terjadi di Suriah. Minggu lalu, militan oposisi di dekat Damaskus mengatakan telah membunuh 173 tentara rezim dalam waktu tiga pekan. Mereka juga mengklaim sudah menghancurkan perangkat keras militer, seperti tank, buldozer dan drone.

Lebih dari empat tahun konflik Suriah berlangsung, korban tewas sudah melampaui 250 ribu orang, sekitar empat juta warganya mengungsi keluar negeri, ratusan ribu di antaranya membanjiri Eropa. (stu)


CNN 

No comments:

Post a Comment