Amerika Serikat dan Arab Saudi berkomitmen meningkatkan bantuan militer
dan dukungan diplomatik untuk kelompok oposisi Suriah di tengah gempuran
pasukan udara Rusia yang membantu rezim Bashar al-Assad.
Komitmen
ini disampaikan dalam pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Amerika
Serikat John Kerry dan Raja Arab Saudi Salman di Riyadh selama akhir
pekan, seperti diberitakan Reuters, Minggu (25/10).
"Mereka
berjanji akan melanjutkan dan meningkatkan dukungan bagi oposisi moderat
Suriah sementara jalur politik terus digencarkan," kata Kementerian
Luar Negeri AS dalam pernyataannya.
Sebelumnya kelompok oposisi
Suriah telah meminta lebih banyak dukungan militer dari negara-negara
penyokong, termasuk Arab Saudi, untuk melawan pasukan Suriah yang
didukung oleh Hizbullah Lebanon, tentara Iran dan serangan udara Rusia.Koalisi AS telah memberikan rudal anto-tank kepada kelompok-kelompok
pemberontak bersenjata Suriah melalui Free Syrian Army sejak Rusia
menurunkan jet tempur mereka akhir September lalu.
Saat ini
penggunaan rudal TOW buatan AS telah meningkat lebih dari 800 persen,
berhasil menahan laju rezim Assad yang dibantu oleh para sekutunya.
Kerry
dalam pertemuan di Wina Jumat lalu mengatakan perundingan damai Suriah
akan dimulai kembali pekan depan. Sejauh ini, perundingan masih mandek
lantaran Assad menolak turun dari kekuasaan, seperti yang dituntut oleh
AS dan negara-negara Arab.Arab Saudi mengatakan Assad harus lengser demi lancarnya operasi
memberantas ISIS di Suriah. Pemerintah Riyadh juga mengkritisi serangan
udara Rusia di Suriah yang kebanyakan membunuh warga sipil dan pasukan
pemberontak moderat.
Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir
setelah perundingan di Wina mengatakan bahwa dia dan koleganya belum
mencapai kata sepakat soal masa depan politik Assad.
Sementara
Rusia mengatakan bahwa Suriah harus mengadakan pemilihan umum untuk
menentukan anggota parlemen dan presiden baru yang sudah pasti juga akan
menyertakan Assad sebagai calonnya. Hal ini bertentangan dengan
permintaan negara Barat dan Arab yang menginginkan Assad tidak terlibat
lagi dalam politik Suriah di masa depan.
Sementara panggung
perundingan digelar, pertempuran terus terjadi di Suriah. Minggu lalu,
militan oposisi di dekat Damaskus mengatakan telah membunuh 173 tentara
rezim dalam waktu tiga pekan. Mereka juga mengklaim sudah menghancurkan
perangkat keras militer, seperti tank, buldozer dan drone.
Lebih
dari empat tahun konflik Suriah berlangsung, korban tewas sudah
melampaui 250 ribu orang, sekitar empat juta warganya mengungsi keluar
negeri, ratusan ribu di antaranya membanjiri Eropa. (stu)
CNN
No comments:
Post a Comment