Sejumlah personil Brigade Mobil (Brimob) dengan senjata lengkap
bersiaga di atas truk pasukan menuju beberapa titik lokasi dalam Operasi
Camar Maleo 2 di Poso, Sulawesi Tengah, Sabtu (16/5). (ANTARA
FOTO/Zainuddin MN)
Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, kepolisian harus berhasil menangkap pimpinan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur, Santoso Abu Warda, pada operasi Camar Maleo IV yang akan segera digelar di Sulawesi Tengah, khususnya Poso.
"Harus tertangkap," ujar Badrodin usai rapat koordinasi di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Jakarta, Kamis (19/11).
Sebagai persiapan, Kapolri telah melaporkan evaluasi Operasi Camar Maleo III dan rencana kepolisian kepada Menko Polhukam, Luhut Binsar Pandjaitan.
Badrodin menuturkan, evaluasi tersebut dilakukan bersama Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Ada beberapa hal yang harus kami tajamkan, seperti data intelijen dan langkah taktis yang memang harus dilakukan dalam upaya memperlemah dan mengejar kelompok Santoso," ujarnya.
Badrodin berkata, tiga operasi Camar Maleo sebelumnya gagal karena periode operasi yang singkat dan kekurangan jumlah personel. Ia berencana menambah pasukan pada Operasi Camar Maleo IV yang rencananya akan berlangsung hingga akhir Januari.
Oktober lalu, Polri mengerahkan sekitar 1.000 personel gabungan dari Korps Brigade Mobil dan Detasemen Khusus 88 Antiteror. Kepolisian juga dibantu pasukan elit TNI, Komando Pasukan Khusus.
Namun ketika itu, kepolisian belum berhasil menangkap Santoso yang disebut Badrodin bersembunyi di gunung dan hutan.
Operasi serupa juga kepolisian lakukan pada Camar Maleo I dan II. Operasi ini berpusat di dua kabupaten di Sulawesi Tengah, yakni Poso dan Parigi Moutong.
Maret lalu, pentolan kelompok Santoso, Daeng Koro, tewas di tangan kepolisian. Mabes Polri menyebut Daeng sebagai pelatih dan ketua pelaksana beberapa latihan militer yang digelar di Tuturuga, Kabupaten Morowali dan Gunung Tamanjeka, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah; serta Mambi, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. (rdk)
CNN
No comments:
Post a Comment