Friday, 16 October 2015

Sang Penyelamat Korban Helikopter EC 130

Fransiskus korban selamat dari helikopter yang jatuh di Danau Toba, saat dibawa ke RSU Hadrianus Sinaga, Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Selasa (13/10/2015).

Serma Marinir Joko Santoso adalah salah seorang yang tergabung dalam tim SAR gabungan pencarian helikopter EC 130 yang hilang. Joko wajar disebut sang penyelamat karena anggota Satuan Angkatan Laut dari Lantamal I Belawan ini berhasil menyelamatkan Fransiskus (22), salah seorang penumpang helikopter yang jatuh pada Minggu (11/10/2015).

Diwawancarai di Pelabuhan Onan Runggu, Kabupaten Samosir, sesaat setelah turun dari kapal SAR, Rabu (14/10/2015), Joko mengisahkan penyelamatan Fransiskus. Awalnya, Joko bersama tim gabungan yang berjumlah delapan orang melihat sebuah benda mencurigakan muncul dan tenggelam. Dalam hati, Joko meyakini benda tersebut merupakan barang bukti dari helikopter. Setelah jarak cukup dekat, Joko bersama timnya melihat sosok manusia yang mengapung.

Dia melihat Fransiskus masih sempat berenang beberapa kayuhan. "Saya salah satu korban helikopter," kata Fransiskus lemah. Melihat pria itu sudah terlihat sangat lemah, tim langsung melemparkan pelampung. Namun, saat itu, Fransiskus tak bisa meraih pelampung itu dan malah tenggelam. Tanpa berpikir panjang, Joko langsung terjun ke danau dan menarik tubuh Fransiskus yang mulai tenggelam itu

"Saya langsung terjun ke air dan menarik korban yang sudah mulai tenggelam," tutur pria berkulit legam dengan logat Jawanya yang kental itu. Saat ditanya soal imbalan yang diinginkannya setelah menyelamatkan nyawa Fransiskus, Joko mengatakan, dia tidak mengharapkan apa pun karena yang terpenting adalah dia bisa menyelamatkan nyawa seseorang. "Memang saya punya firasat bahwa saya akan menemukan sesuatu dalam pencarian," kata Joko.

Joko yang sudah berpengalaman dalam berbagai aksi penyelamatan di air itu menemukan korban tanpa pakaian dan hanya sebuah jam tangan yang melekat di tangan. Belajar dari pengalamannya, Joko langsung memberikan pertolongan pertama. Joko langsung menanggalkan pakaiannya dan memberikan pakaian itu kepada korban agar tubuhnya hangat. Saat melihat tubuh korban menggigil, saat itu juga Joko memeluk korban dan berbagai cara dilakukan untuk menolong korban.

"Bahkan, sewaktu saya melepas tangan dari genggaman korban, malah korban kembali menarik tangan saya. Mungkin karena menggigil dan ketakutan," kata dia. Joko lalu menghubungi posko pencarian agar menyiapkan ambulans untuk mengangkut korban yang langsung dilarikan ke Puskesmas Onan Runggu guna mendapat pertolongan. Setengah jam berada di puskesmas, korban kemudian sadar dan dapat memberikan keterangan singkat.

Selanjutnya, dia dirawat secara intensif di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga, Pangururan, Kabupaten Samosir. Menurut Joko, korban Fransiskus lolos dari maut merupakan keajaiban Tuhan, apalagi melihat kondisi air yang sangat dingin, diperkirakan korban tidak bisa bertahan selama tiga hari dua malam. "Saya sendiri sebagai anggota marinir mengakui air Danau Toba sangat dingin dan satu malam saja saya dalam air, terus terang tidak mampu bertahan," kata Joko.

"Tapi, inilah mukjizat Allah. Saya bangga bisa menyelamatkan nyawa manusia. Itu merupakan tugas saya dan saya bangga melakukan pekerjaan ini. Terlepas dari suku, ras, agama, saya tidak pernah membedakannya," kata sang marinir. Sepanjang pengalamannya sebagai anggota marinir, Joko Santoso juga pernah menyelamatkan seorang korban gempa Nias yang sudah lima hari terombang-ambing di laut tetapi bisa bertahan hidup.

"Ini pengalaman berharga bagi saya. Mudah-mudahan korban lainnya bisa ditemukan secepatnya dan berharap masih hidup," ujar Joko mengakhiri penjelasannya.

Kmpas

No comments:

Post a Comment