Wednesday, 13 January 2016

Pindad Kembangkan Senapan Serbu Bawah Air

Grafik perang bawah air menggunakan senjata APS

PT Pindad mengembangkan senapan serbu varian baru, untuk pasukan khusus TNI AL : Komando Pasukan Katak (Kopaska), Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), hingga Pasukan Intai Amphibi (Taifib). Senapan yang mirip bentuknya AK 47 ini, dirancang untuk mendukung pertempuran jarak dekat di bawah air .

“Kita sedang mengembangkan senapan serbu bawah air,” ujar seorang Engineer Development Pindad, Selasa (12/1/2016).


Untuk pengembangan Senapan Serbu Bawah Air (SSBA) ini, Pindad bekerjasama dengan Dislitbang TNI AL. Menurut Direktur Utama Pindad, Silmy Karim, senjata baru varian Pindad ini, bisa menjadi kebanggan, karena dibuat sangat detil. Bahan senapan hingga amunisi disiapkan secara khusus dan anti karat, karena harus berfungsi di bawah air.

“Amunisi juga harus khusus karena dipakai di bawah laut,” ujarnya.
Selama ini, senapan bawah air harus diimpor dari luar negeri seperti Rusia, karena Pindad belum mampu memproduksi senapan serbu bawah air di dalam negeri. Senjata bawah air Rusia yang terkenal antara lain: APS : SstAvtomat Podvodny Spetsialnyy, atau disebut Underwater Assault Rifle.

 Pasukan khusus Rusia membawa senjata APS

Anggota Spetnaz membawa APS





Senapan APS Pindad saat saat ini masih dalam tahap pengembangan atau prototype. Ketika ditanya, kapan diluncurkan, Direktur Utama Pindad, Silmy Karim, belum mau menyebut waktunya.

Finance.Detik.com

Rusia Ingin Produksi Komponen Sukhoi di PT DI

Sukhoi Superjet 100

Indonesia dan Rusia melakukan penjajakan kerja sama di berbagai bidang, termasuk pembuatan komponen pesawat Sukhoi dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
“Kami bersedia berbicara dengan PT Dirgantara Indonesia untuk memproduksikan komponennya di sini,” ujar Menteri Industri dan Perdagangan Rusia Denis Valentinovich Manturov di Jakarta, Senin (11/1/2016).


Manturov menyampaikan niatnya tersebut saat bertemu Ketua DPD RI Irman Gusman, Jumat (8/1/2016) usai menemui Presiden Joko Widodo. Rusia berniat menggandeng PT DI untuk memproduksi pesawat Superjet 100 dan MDS-21 yang bisa dimulai pada tahun 2018. 

Manturov menyatakan telah ada peta jalan untuk mengawal kerja sama bilateral lewat Komite Bersama Indonesia-Rusia. Irman Gusman berharap, peta jalan tersebut bisa mempercepat pelaksanaan rencana investasi, perdagangan, dan kerja sama kedua negara.

Kompas.com

Thursday, 7 January 2016

Tes Bom Hidrogen Korut Ancam Keamanan Rusia

Uji coba bom hidrogen Korut dinilai dapat membahayakan keamanan nasional Rusia

Anggota parlemen Rusia mengecam uji coba bom hidrogen yang dilakukan oleh Korea Utara (Korut). Pasalnya, uji coba itu dapat menimbulkan ancaman keamanan nasional bagi Rusia.

"Jarak dari Pyongyang ke Vladivostok kurang dari 700 kilometer. Dan setiap aktivitas yang dilakukan Korut secara langsung mempengaruhi keamanan nasional negara kita," kata anggota parlemen Rusia, Konstantin Kosachev, seperti dikutip dari laman TASS, Rabu (6/1/2016).

Tidak hanya itu, Kosachev mengungkapkan, uji coba yang dilakukan oleh Korut melanggar hukum internasional. Korut bersama India, dan Pakistan secara de facto tidak menandatangani Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji-Coba Nuklir (CTBT). Jika benar Korut melakukan uji coba bom hidrogen, maka bisa dipastikan negara itu melanggar hukum internasional.

"Jika informasi mengenai uji coba bom hidrogen ini benar adanya, maka ini adalah bentuk pelanggaran lain dari semangat CTBT yang dilakukan oleh Pyongyang," kata Kosachev.

Sebelumnya, Korut telah tiga kali dijatuhi sanksi oleh Dewan Keamanan PBB akibat aktifitas nuklirnya. Alih-alih mematuhi Resolusi PBB yang menjatuhkan sanksi, Pyongyang malah melakukan uji coba bom hidrogen. (ian


Sindonews

Redam Ketegangan Saudi-Iran, Rusia Gandeng Indonesia

Indonesia siap bekerjasama dengan Rusia untuk meredam ketegangan antara Arab Saudi dengan Iran | (Sindonews/Ian)

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, melakukan pembicaraan untuk meredam ketegangan di Teluk Persian melalui saluran telepon. Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, kedua diplomat tingkat tinggi itu sepakat jika konflik yang timbul antara pemerintah Arab Saudi dan Iran harus diatasi dengan dialog.

"Kedua belah pihak bertukar pendapat tentang metode deeskalasi ketegangan yang timbul dalam beberapa hari terakhir di Teluk Persia. Keyakinan itu diungkapkan bahwa kontradiksi-kontradiksi ini harus diatasi melalui dialog," begitu pernyataan Kemlu Rusia seperti dikutip dari laman Sputniknews, Rabu (6/1/2016).

Dalam kesempatan itu, Menlu Retno Marsudi menekankan, Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, tertarik bekerjasama dengan Rusia dengan tujuan untuk menghindari perpecahan di dunia Islam.

Ketegangan di Teluk Persia terjadi setelah Arab Saudi memutuskan untuk mengeksekusi seorang ulama Syiah dan tokoh oposisi, Nimr al-Nimr. Keputusan Saudi ini berujung pada penyerangan kedutaan dan konsulat Saudi di Teheran, Iran, oleh massa demonstran yang mengecam eksekusi itu.

Penyerangan tersebut berujung pada pemutusan hubungan diplomatik oleh Arab Saudi. Langkah ini pun diikuti oleh sejumlah negara, seperti Sudan dan Bahrain. Sedangkan Kuwait menarik pulang dubesnya dari Iran. (ian)

Sindonews