MEREFLEKSIKAN 70 tahun “lahirnya” Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), tak lekang ingatan soal catatan sejarah, di mana
negara ini, Republik Indonesia, memilih hengkang dari lembaga
internasional terbesar yang berdiri pasca-Perang Dunia II tersebut.
Gara-garanya, Presiden pertama RI, Ir Soekarno, tak sudi berada satu atap sebagai anggota PBB, apalagi melihat Negeri Jiran yang terlibat persengketaan dengan Indonesia itu, masuk ke Dewan Keamanan PBB.
Awalnya, ancaman itu sudah lebih dulu dilayangkan langsung di hadapan Majelis Umum PBB, 30 September 1960. Alasannya, Putra Sang Fajar merasa PBB masih belum punya visi mengentaskan apa yang jadi alasan PBB didirikan pada 24 Oktober 1945 atau 70 tahun silam.
“Oleh karenanya, jikalau PBB sekarang, PBB yang belum diubah, yang tidak lagi mencerminkan keadaan sekarang, jikalau PBB emnerima Malaysia menjadi anggota Dewan Keamanan, kita, Indonesia, akan keluar. Kita akan meninggalkan PBB sekarang!” seru Soekarno, seperti dikutip buku ‘Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia'.
Pembicaraan demi pembicaraaan tak menghasilkan sesuatu yang diinginkan Soekarno. Malaysia pun tetap masuk jadi anggota DK PBB. Suatu hal yang memicu puncak kegeraman Soekarno.
“Sekarang, karena ternyata bahwa Malaysia diterima menjadi anggota Dewan Keamanan, saya menyatakan bahwa Indonesia keluar dari PBB!” ketus Soekarno yang dilayangkan secara spontan pada 7 Januari 1965.
Indonesia pun resmi keluar pada 13 hari kemudian, via surat dari Menteri Luar Negeri saat itu, Dr Soebandrio tertanggal 20 Januari 1965 kepada Sekjen PBB, U Thant. Dengan begitu, Indonesia pun otomatis keluar pula dari beberapa badan di bawah naungan PBB, macam UNESCO, UNICEF dan FAO.
Sementara untuk menjelaskan sejumlah alasannya meninggalkan PBB, Soekarno juga menulis surat untuk sejumlah kepala negara sahabat. Tapi keluarnya Indonesia dari PBB tak berlangsung lama.
Seiring peristiwa berdarah 30 September dan 1 Oktober 1965, rezim Soekarno pun tumbang. Indonesia yang kemudian dinakhodai Soeharto, memutuskan kembali ke pangkuan PBB.
Lewat pesan pada Sekjen PBB, 19 September 1966, Indonesia menyatakan keinginannya untuk kembali jadi anggota PBB. Keinginan Indonesia itu disambut hangat pada Majelis Umum PBB pada 28 September 1966.
Selain kembali mengikuti sidang, Indonesia pun seterusnya kembali mengirimkan pasukannya untuk berbagai misi perdamaian, setelah sempat tiga kali mengirim Kontingen Garuda (KONGA) sebelum memutuskan keluar dari PBB.
Gara-garanya, Presiden pertama RI, Ir Soekarno, tak sudi berada satu atap sebagai anggota PBB, apalagi melihat Negeri Jiran yang terlibat persengketaan dengan Indonesia itu, masuk ke Dewan Keamanan PBB.
Awalnya, ancaman itu sudah lebih dulu dilayangkan langsung di hadapan Majelis Umum PBB, 30 September 1960. Alasannya, Putra Sang Fajar merasa PBB masih belum punya visi mengentaskan apa yang jadi alasan PBB didirikan pada 24 Oktober 1945 atau 70 tahun silam.
“Oleh karenanya, jikalau PBB sekarang, PBB yang belum diubah, yang tidak lagi mencerminkan keadaan sekarang, jikalau PBB emnerima Malaysia menjadi anggota Dewan Keamanan, kita, Indonesia, akan keluar. Kita akan meninggalkan PBB sekarang!” seru Soekarno, seperti dikutip buku ‘Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia'.
Pembicaraan demi pembicaraaan tak menghasilkan sesuatu yang diinginkan Soekarno. Malaysia pun tetap masuk jadi anggota DK PBB. Suatu hal yang memicu puncak kegeraman Soekarno.
“Sekarang, karena ternyata bahwa Malaysia diterima menjadi anggota Dewan Keamanan, saya menyatakan bahwa Indonesia keluar dari PBB!” ketus Soekarno yang dilayangkan secara spontan pada 7 Januari 1965.
Indonesia pun resmi keluar pada 13 hari kemudian, via surat dari Menteri Luar Negeri saat itu, Dr Soebandrio tertanggal 20 Januari 1965 kepada Sekjen PBB, U Thant. Dengan begitu, Indonesia pun otomatis keluar pula dari beberapa badan di bawah naungan PBB, macam UNESCO, UNICEF dan FAO.
Sementara untuk menjelaskan sejumlah alasannya meninggalkan PBB, Soekarno juga menulis surat untuk sejumlah kepala negara sahabat. Tapi keluarnya Indonesia dari PBB tak berlangsung lama.
Seiring peristiwa berdarah 30 September dan 1 Oktober 1965, rezim Soekarno pun tumbang. Indonesia yang kemudian dinakhodai Soeharto, memutuskan kembali ke pangkuan PBB.
Lewat pesan pada Sekjen PBB, 19 September 1966, Indonesia menyatakan keinginannya untuk kembali jadi anggota PBB. Keinginan Indonesia itu disambut hangat pada Majelis Umum PBB pada 28 September 1966.
Selain kembali mengikuti sidang, Indonesia pun seterusnya kembali mengirimkan pasukannya untuk berbagai misi perdamaian, setelah sempat tiga kali mengirim Kontingen Garuda (KONGA) sebelum memutuskan keluar dari PBB.
No comments:
Post a Comment