Saturday 10 October 2015

Inggris Sudah Lama Ingin Singkirkan Soekarno

Thomas Critchley selaku perwakilan Australia di Komisi Jasa Baik PBB bertemu Presiden Soekarno di Yogyakarta, 7 Desember 1948. (Photo: National Library of Australia) 
Thomas Critchley selaku perwakilan Australia di Komisi Jasa Baik PBB bertemu Presiden Soekarno di Yogyakarta, 7 Desember 1948. (Photo: National Library of Australia)

Dalam peristiwa tahun 1965 di Indonesia, bukan hanya jejak Amerika Serikat dan badan intelijennya, Central Intelligence Agency (CIA), yang terlihat jelas.
Sejumlah dokumen yang dibuka ke publik menunjukkan bahwa ada jejak terang Inggris dalam peristiwa yang berujung pada jatuhnya Seokarno dan dihancurkannya Partai Komunis Indonesia (PKI).

Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara pada 1960-an dinilai penting secara ekonomi dan strategis secara politik, terutama bagi Inggris yang pernah menjajah sejumlah negara di kawasan ini. Menurut Mark Curtis dalam US and British Complicity in the 1965 Slaughters in Indonesia di Third World Resurgence edisi 137, 2002, Asia Tenggara penting karena "merupakan produsen utama beberapa komoditas penting" dan "menempati posisi kunci dalam komunikasi dunia" serta menguasai rute penting laut dan udara.

Namun pendudukan Jepang yang relatif singkat selama Perang Dunia Kedua merevitalisasi gerakan nasionalis dan semangat anti-Barat di kawasan ini, termasuk di Indonesia. Bagi Inggris, juga Amerika, kekhawatiran utamanya adalah pada politik ekonomi dan politik luar negeri anti-kolonialisme Soekarno dan kebijakan di dalam negerinya yang condong ke PKI -untuk menyeimbangkan kekuatannya dengan militer, khususnya Angkatan Darat.

Paul Lashmar dan James Oliver dalam buku Britain's Secret Propaganda War 1948-1977 menyatakan indikasi awal Inggris ingin menyingkirkan Soekarno terlihat pada 1962 setelah Soekarno menyatakan penentangan secara terbuka terhadap pembentukan Federasi Malaysia yang didukung London.

Dalam dokumen badan intelijen AS, CIA, dikatakan Perdana Menteri Inggris Maurice Harold Macmillan (1957-1963) dan Presiden John F. Kennedy (1961-1963) setuju untuk "melikuidasi Presiden Sukarno, tergantung pada situasi dan kesempatan yang ada".

Soekarno memang komplain soal proyek Federasi Malaysia yang diumumkan tahun 1961 itu sebagai "plot neo-kolonial" dan itu akan menjadi batu loncatan bagi terus bercokolnya pengaruh Inggris di wilayah tersebut. Dalam konsep federasi itu, Malaysia yang sudah merdeka akan digabungkan dengan Borneo, Sarawak, dan Singapura.

Pada 1963 keberatan Soekarno mengkristal melalui kebijakan Konfrontasi, yang diikuti dengan pemutusan hubungan dengan Malaysia, intervensi militer tingkat rendah, dan pertempuran secara sporadis di perbatasan sepanjang 700 mil di Kalimantan. Menurut Michael O. Billington dalam jurnal Executive Intelligence Review edisi 8 Juni 2001, Inggris menyambut Konfrontasi sebagai peluang untuk menghancurkan nasionalisme Indonesia.

Namun, kata Billington, Inggris kehilangan kesabaran dengan sikap Kennedy yang menolak tuntutan Inggris untuk memotong semua bantuan kepada Soekarno. Perubahan mulai terjadi setelah Kennedy ditembak di Dallas pada 22 November 1963.

Saat menghadiri pemakaman Kennedy, Perdana Menteri Inggris Sir Alec Douglas-Hume (1963 -1964) bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS David Dean Rusk (1961-1969), yang kemudian setuju untuk mengambil tindakan terhadap Indonesia. Menteri Pertahanan AS Robert McNamara (1961-1969), yang sibuk mempersiapkan perang di Vietnam, sangat senang Inggris memimpin operasi rahasia melawan Soekarno.
 Selama tahun 1963 dan 1964, Inggris mengaktifkan gerakan separatis yang sebelumnya ia sponsori di tahun 1957-1958. Namun menjelang akhir tahun 1964, dan terutama setelah pemerintah Perdana Menteri James Harold Wilson (1964-1976) mulai berkuasa pada bulan Oktober, Inggris membuat pergeseran taktik.

Menurut Billington, dokumen kebijakan operasi Inggris Januari 1965 mencatat bahwa "dalam jangka panjang, dukungan yang efektif untuk gerakan pembangkang di Indonesia dapat bersifat kontraproduktif karena dapat merusak kapasitas Angkatan Darat untuk melawan PKI." Mark Curtis mengatakan saat Konfrontasi itu, Inggris mengerahkan puluhan ribu tentara, terutama di Kalimantan, untuk membela Malaysia.

Pada saat yang sama, agen badan intelijen Inggris, M16 terus melakukan kontak dengan unsur-unsur kunci dalam tentara Indonesia melalui Kedutaan Besar Inggris. Salah satu kontaknya melalui perwira intelijen Ali Murtopo, yang kemudian menjadi kepala intelijen di masa Jenderal Soeharto. Kebijakan Inggris saat itu, kata Curtis, "tidak ingin mengalihkan perhatian tentara Indonesia dengan mengajak mereka terlibat dalam pertempuran di Kalimantan dan mencegah mereka dari upaya yang sekarang, di mana mereka tampaknya akan berurusan dengan PKI".

Dalam kasus Indonesia di tahun 1965, kata peneliti Baskara T. Wardaya, kepentingan Amerika dan Inggris sebenarnya berbeda tapi serupa. "Kalau Amerika Serikat ingin menggantikan pemerintahan yang ke-kiri-kiri-an, dan itu juga keinginan Inggris. Tapi Inggris juga berkepentingan mewujudkan pembentukan Federasi Malaysia, yang itu ditentang Soekarno," kata penulis buku Membongkar Supersemar! Dari CIA hingga Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno (2007) itu kepada Tempo, pertengahan September lalu.

Di tengah upaya diam-diam Inggris dan kolega Barat-nya untuk menyingkirkan Soekarno, muncul surat yang diduga dibuat oleh Gilchrist, yang kemudian dikenal sebagai Dokumen Gilchrist. Surat yang dikabarkan palsu itu dikirimkan oleh orang tak dikenal ke rumah Menteri Luar Negeri yang juga Kepala Intelijen, Subandrio, pada 15 Mei 1965. Surat yang tak dicek keasliannya itu diberikannya ke Soekarno, 26 Mei 1965.

Dokumen itu, yang antara lain memuat soal adanya "sebuah operasi" dan kontak negara Barat dengan Angkatan Darat, seperti menguatkan dugaan Soekarno bahwa Amerika dan Inggris diam-diam ingin menggulingkannya. Keesokan harinya, Soekarno memanggil para jenderal Angkatan Darat. Semuanya membantah isi dokumen itu. Bantahan jenderal Angkatan Darat itu tak meyakinkan Soekarno.

Keesokan harinya ia menyebut lagi soal adanya Dewan Jenderal dalam sebuah pertemuan dengan para kepala Kodam. Soekarno menyatakan bahwa terdapat bukti kuat adanya rencana dari pihak imperialis untuk membunuhnya sebelum Konferensi Asia Afrika, Juli, di Aljazair. Empat bulan berselang, tepatnya 30 September 1965, sejumlah tentara di bawah pimpinan Letkol Untung dan didukung oleh "elemen" PKI, melakukan operasi untuk mengenyahkan petinggi militer yang dicurigasi sebagai anggota Dewan Jenderal.

Kudeta itu tak berumur panjang karena dengan mudah ditekuk Pangkostrad Mayjend Soeharto. Soal peran Inggris dalam kudeta berdarah itu masih menjadi tanda tanya. Peneliti dari Australian National University Adam Hughes Henry dalam wawancara kepada Tempo mengaku tidak tidak memiliki bukti terang soal hubungan Inggris dan AS dalam Gerakan 30 September oleh Letkol Untung itu. 

"Namun dari apa yang saya baca dan diteliti, peristiwa 1 Oktober cukup mengejutkan Australia, Inggris, dan Amerika. Mereka tampak pada waktu itu cukup bingung dengan Gerakan 30 September dan tindakannya. Namun mereka sangat cepat untuk mengenali 'kesempatan' untuk melakukan apa yang mereka harapkan untuk dilakukan, untuk membantu, menyingkirkan Sukarno dan PKI," kata Andam.

Roland Challis, koresponden BBC yang tahun-tahun itu bertugas di Singapura, mengatakan, "Siapa sebenarnya menghasut kudeta dan untuk tujuan apa, tetap menjadi spekulasi." Yang pasti, kata dia seperti dilansir The Independent, "Kesempatan untuk mengisolasi Soekarno dan PKI datang pada Oktober 1965 ketika kudeta PKI menjadi dalih bagi tentara untuk mengesampingkan Sukarno dan membasmi PKI."

Perburuan terhadap kader dan simpatisan PKI dilakukan setelah kudeta yang gagal itu dan berujung pada pembunuhan massal. Usai mematahkan kudeta, Soeharto dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat, 14 Oktober 1965, dan memiliki kekuasaan lebih besar setelah menerima Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966.

MPR mengangkat Soeharto sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967 setelah laporan pertanggungjawaban Soekarno ditolak dan mengangkatnya sebagai presiden pada 27 Maret 1968 --sampai ia mundur Mei 1998. Huru-hara politik tahun itu tak hanya mengakhiri kekuasaan Soekarno, tapi juga Konfrontasi dengan Malaysia.

Babak baru perundingan damai antara Indonesia dan Malaysia dimulai pada Mei 1966 dan perjanjian perdamaian akhir ditandatangani pada 11 Agustus 1966 dengan Indonesia secara resmi mengakui Malaysia. Kedutaan Besar Inggris di Jakarta saat dihubungi Tempo soal berita ini, memilih tak banyak berkomentar. Soal peristiwa 1965, Kedutaan Inggris menyitir Komnas HAM yang menyelidiki peristiwa 1965-1966 dan rekomendasinya yang menyatakan bahwa hasilnya bisa diselesaikan melalui mekanisme komisi kebenaran dan rekonsiliasi.

"Inggris memiliki rekam jejak kuat mendukung proses formal melalui kebenaran dan rekonsiliasi di kawasan ini, termasuk di Timor-Leste dan Kamboja. Namun itu terserah rakyat Indonesia untuk menentukan bentuk yang tepat dari mekanisme pertanggungjawabannya," tulis Kedutaan Besar Inggris di Jakarta.

Tempo 

Jenderal Senior Militer Iran Tewas di Suriah

Seorang komandan Garda Revolusi Iran, Jenderal Hussein Hamedani, dibunuh ISIS di Suriah.
Jenderal Garda Revolusi Iran, Hossein Hamedani, dilaporkan tewas di dekat Kota Aleppo, Suriah, pada Kamis (8/10) malam.

Seperti dilansir Reuters, Hamedani merupakan veteran perang Irak pada 1980-1988. Ia dilantik menjadi wakil kepala komandan pasukan elit pada 2005. Hamedani memegang peranan penting sebagai penasihat bagi tentara Suriah dalam upaya penggempuran kelompok militan ISIS.

"Selama bertahun-tahun, Hamedani memegang peranan penting di Suriah sebagai penasihat. Ia memegang peranan penting dalam mencegah jatuhnya Damaskus. Ia kemudian pulang ke rumah setelah bertugas," ujar seorang pejabat Iran, Esmail Kosari. Menurut Kosari, Hamedani sebenarnya sudah menyelesaikan tugasnya di Suriah dan kembali ke Iran.

"Ia kembali ke Suriah untuk beberapa hari karena pengetahuannya yang mendalam mengenai wilayah tersebut dan ia menjadi martir di Suriah," kata Kosari. Iran memang merupakan sekutu regional dari Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Selama empat tahun perang sipil di Suriah, Iran memberikan dukungan militer dan ekonomi.

Namun, Iran menyangkal menerjunkan pasukan militer ke Suriah. Mereka mengaku hanya memberikan dukungan berupa penasihat bagi militer Suriah untuk menumpas teroris. Setelah Rusia melancarkan serangan udara di Suriah untuk membela pemerintahan Assad, Iran akhirnya menurunkan personelnya ke tengah perang sipil tersebut.

Menurut dua sumber militer Libanon, ratusan tentara Iran sudah tiba di Suriah. Mereka angkat senjata bergabung dengan pasukan Assad dan sekutunya dari Hizbullah, Libanon, milisi Syiah Irak, sementara Rusia akan mendukung dari udara.

Di Suriah sendiri, koalisi di bawah komando Amerika Serikat sudah melancarkan serangan untuk melawan ISIS. AS dan Rusia satu visi dalam penggempuran ISIS. Namun, AS tak sependapat dengan dukungan Rusia terhadap pemerintahan Bashar al-Assad.

Menurut AS, Assad adalah dalang dari segala masalah di Suriah. AS pun menuding bahwa serangan udara Rusia lebih banyak mengenai basis kelompok pemberontak Suriah ketimbang ISIS. (stu)

CNN

Sepuluh Tank Marder Perkuat Batalyon Infanteri 413/Bremoro

Tank Marder buatan Jerman tiba di markas Batalyon Infanteri 413/Bremoro Desa Palur, Sukoharjo. (suaramerdeka.com/ Asep Abdullah)
Batalyon Infanteri 413/Bremoro kembali mendapatkan tambahan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sebanyak sepuluh tank Marder buatan Jerman, Jumat (9/10).

Kedatangan tank seberat 33 ton itu, menyita perhatian ratusan pengendara dan warga yang melintasi di Jalan Solo-Tawangmangu, Bremoro Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. 

Tidak sedikit warga yang mengabadikan tank lewat kamera ponsel. “Kebetulan lewat, sekalian foto-foto,” celetuk warga, Haris (34).

Komandan Batalyon 413/Bremoro Kostrad Letkol Inf Hendriawan Sanjaya melalui Perwira Pelaksana Harian (Palahar), Letnan Inf Jajang Sutisna menjelaskan, kedatangan 10 tank tersebut berasal dari TNI Angkatan Darat (AD).

Sebelumnya, tank buatan Jerman itu digunakan di Batalyon Infanteri 412/Raider, Kabupaten Purworejo. “Kemudian dibawa ke Sukoharjo,” jelasnya. Dengan penambahan itu, maka jumlah tank Marder yang berada di markas Batalyon Infanteri 413/Bremoro, menjadi 23 armada.

“Mungkin saja tahun depannya lagi bisa bertambah. Memang markas kami sangat luas. Pasukan kami juga siap,” kata dia.

Suaramerdeka

“Ground Breaking” Pembangunan Simulator C-130 Di Lanud Halim

Hercules 130H (Jeff Prananda)
Sebagai tindak lanjut dari pembelian lima pesawat C-130 Hercules tipe H digital dari Australia beberapa waktu lalu, pada tahun ini TNI Angkatan Udara memperoleh alokasi pembangunan simulator sebagai keseluruhan dari paket pembelian pesawat tersebut.

Untuk itu pada kemarin bertempat di gedung Fasilitas dan Latihan (Faslat) Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta dilaksanakan peletakkan batu pertama (ground breaking) gedung simulator pesawat C-130 Hercules tipe H digital.

Dalam sambutannya perwakilan Airbus Group Australia Pacific, Graeme Smith yang menjabat C-130 Capability Manager menyatakan pembangunan gedung simulator C-130 Hercules merupakan wujud pertanggung jawaban pihak Airbus yang dipercaya TNI Angkatan Udara dalam mengoperasionalkan Pesawat Hercules tipe H digital.

Sementara itu, Bruce Hart, Senior Program Manager CAE Australia menyatakan dengan pembangunan simulator C-130 Hercules digital di Indonesia diharapkan dapat melengkapi fasilitas latihan para penerbang Hercules tipe H dari Australia.

Sedangkan Komandan Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma Kolonel Pnb Iman Handoyo, S.I.Kom., yang mewakili Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI Umar Sugeng Hariyono, S.IP., S.E., M.M., menyatakan terima kasihnya kepada pihak Airbus, CAE, Kemenhan, Mabesau dan pihak terkait lainnya yang telah memilih Lanud Halim Perdanakusuma sebagai lokasi pembangunan simulator C-130 Hercules tipe H digital.

Menurutnya “Kami berharap simulator yang akan dibangun ini makin memberdayakan kemampuan dan profesionalisme para penerbang Hercules TNI AU pada umumnya dan penerbang di Wing I Lanud Halim Perdanakusuma, khususnya. Sehingga keberadaan simulator digital ini tentu akan mempermudah para penerbang memahami tahapan-tahapan, prosedur juga melatih sikap terbang dengan baik, terutama menghadapi situasi emergensi,” ujar Danlanud Halim.

Usai sambutan para pejabat dari Airbus, CAE, Kemenhan, Mabesau dan Lanud Halim Perdanakusuma melaksanakan peletakkan batu pertama (ground breaking) pembangunan simulator C-130 Hercules tipe H digital. Selanjutnya dilaksanakan pemotongan nasi tumpeng kuning oleh Sesdiskomlekau Kolonel Lek Ir. Andaruna Setiawan yang diserahkan kepada Kepala Fasilitas Latihan (Kafaslat) Wing I Letkol Pnb Akal Juang E.T.P., S.T. dan direncanakan gedung akan dibangun selama delapan bulan ke depan, melibatkan kontraktor dan konsultan yang berkompeten.

TNI AU

Rayuan Viper Paman Sam

Super Flanker
Sepanjang pekan cerah ini after lima oktober, saat perayaan HUT TNI ke 70 dipertunjukkan secara spektakuler, ada kabar bagus yang lagi didendangkan berkaitan dengan tawaran alutsista matra udara.

Yaitu promosi jet tempur F16 blok mutakhir yang dikenal dengan F16 Viper oleh perusahaan AS Lockheed Martin kepada Indonesia. Seperti kita ketahui saat ini Indonesia telah memiliki dan mengoperasikan 10 jet tempur F16 blok 15 OCU, kemudian mendapatkan 24 F16 blok 52 Id yang barangnya sudah mulai berdatangan.

Artinya sudah sejak tahun 1990 TNI AU mengoperasikan pesawat jenis ini dan sudah begitu familiar dengan lika-liku perjalanannya. Sejalan dengan kedatangan bertahap jet tempur F16 blok 52 Id untuk mengisi skuadron F16 Pekanbaru maka 10 F16 blok 15 akan di upgrade supaya bisa setara kemampuan tempurnya dengan adik kelasnya F16 blok 52 Id.

Tentu ada pertanyaan apakah tawaran F16 Viper ini lalu dianggap sebagai pesaing alias kompetitor terhadap pengadaan Sukhoi SU35 yang saat ini sedang berlangsung. Kita meyakini tidak, dengan berbagai asumsi dan perspektif ke depan. Kita masih sangat membutuhkan tambahan jet tempur Sukhoi Family, maka kehadiran 1 skuadron Sukhoi SU35 mutlak diperlukan sebagai satuan pemukul penyeimbang dan penggentar terhadap kekuatan angkatan udara negara jiran. Jet tempur Sukhoi SU35 dibeli untuk menggantikan jet tempur F5E yang sudah harus memasuki masa pensiun. 

Sementara prediksi kita dalam program perkuatan MEF 2015-2019 ini masih akan ada tambahan minimal 1 skuadron jet tempur untuk memperkuat matra udara khususnya kawasan timur Indonesia. Kupang dan Biak tentu memerlukan kehadiran jet tempur secara terus menerus sebagai garda terdepan halaman belakang yang harus diwaspadai.

Oleh sebab itu maka tawaran jet tempur F16 generasi akhir ke Indonesia mestinya harus dilihat dari perspektif itu. Angkatan Udara Indonesia sudah jauh-jauh hari naksir berat sama si Sukhoi SU35. Bukan semata-mata karena sudah terbiasa mengoperasikan Sukhoi SU27 dan SU30 tetapi juga dalam upaya menyetarakan diri dengan jiran sekitar yang sudah bersiap dengan kedatangan jet tempur siluman F35. Sparing partner F35 adalah SU35.

Kalau ingat sejarah, maka era tahun enam puluhan adalah era kehebatan angkatan udara Indonesia dengan lebih dari 120 jet tempur Mig 15, Mig 17, Mig 19, Mig 21 bersama puluhan pesawat pembom kelas berat semuanya made in Uni Sovyet. Tetapi mulai era tahun tujuhpuluhan bahkan sampai sampai saat ini kehebatan persenjataan matra udara kita belum mampu memecahkan rekor kehebatan tahun enampuluhan itu.Ilustrasi F16 Viper [pr1v4t33r].

 Kita merasa optimis bahwa tawaran terang benderang Viper itu akan diambil oleh pemerintah Indonesia. Kayaknya sih promosi tanggal 7 Oktober lalu di Grand Hyatt Jakarta dengan membawa simulator F16 Viper dimaksudkan sebagai langkah awal untuk mencari ruang dan memancing reaksi khalayak dan user. Akhir bulan ini Presiden Jokowi kan bertandang ke Washington bertemu Presiden Obama. Yakinlah 100 persen pasti barang tadi yang bernama F16 Viper, bersama pesawat angkut militer C17 Globemaster dan kapal perang fregat akan menjadi menu perbincangan kesepakatan.

Seperti diketahui Indonesia saat ini sedang membangun kekuatan militernya secara besar-besaaran. Pada MEF tahap I tahun 2010-2014 sudah direalisasikan dana pengadaan alutsista sebesar 150 trilyun. Kita sudah lihat sebagian hasilnya pada demonstrasi kekuatan TNI tanggal 5 Oktober kemarin.

Maka pada MEF tahap II yang sedang berlangsung saat ini menurut pengamat pertahanan Andi Wijayanto prediksi angggaran beli dan rawat alutsista kita bisa mencapai angka 400 trilyun selama lima tahun. Tentu dengan anggaran segede itu pembelian 1 skuadron Sukhoi SU35 dan 1 skuadron F16 Viper bukanlah seperti pungguk merindukan bulan. Kita meyakini bahwa keduanya akan menjadi pasangan yang saling melengkapi dan ditakuti untuk mengawal kewibawaan kedaulatan udara tanah air. Jadi gambaran tahun 2019 kira-kira begini bentuk minimalisnya, 2 skuadron Sukhoi dan 3 skuadron F16. Realistis kan.

Sesungguhnya perkuatan militer Indonesia adalah mengejar ketertinggalannya sendiri dibanding negara-negara disekitarnya. Adalah sangat membanggakan dan kita tidak jadi ditertawakan waktu, manakala sudah ada kesadaran bahwa sesungguhnya negeri ini harus punya kekuatan angkatan laut dan udara yang menggentarkan. Negeri kepulauan yang sudah sekian puluh tahun memunggungi laut akhirnya baru sadar diri bahwa potensi sekaligus harga dirinya ada di laut luas.

Jadi pembentukan 3 divisi marinir, 3 armada tempur laut dengan 160-170 KRI, 10-12 kapal selam bersama 10-12 skuadron jet tempur adalah keniscayaan yang diyakini mampu melakukan pengawalan ketat teritori NKRI lewat mekanisme interoperability antar angkatan. Tahun 2020 gambaran itu akan memetakan dengan jelas kekuatan militer Indonesia yang sesungguhnya. Makanya rayuan Viper Paman Sam disikapi dengan cara pandang optimis, kita ambil untuk memperkuat matra udara.

Jika Paman Sam sudah menawarkan barangnya, maknanya adalah keinginan yang kuat bagi negeri itu untuk memodernisasi militer Indonesia sebagai mitra strategisnya. Bagi kita juga sebagai penyeimbang pemakaian alutsista barat dan timur. Jadi isian alutsistanya ada Sukhoi ada F16, ada Bung Tomo Class ada Parchim Class, ada BMP3F ada LVT-7, ada Yakhont ada Exocet, ada Kilo ada Changbogo. Inilah etalase alutsista yang benar-benar memadukan kekuatan timur barat. Meminjam tagline Kompas TV inilah inspirasi Indonesia.

analisisalutsista

Tahun depan Indonesia beli pesawat terbang pemadam kebakaran



Beriev Be-200
Sejak 1997, kebakaran hutan dan lahan menggelayuti udara Indonesia. Mengatasi itu, pemerintah berencana membeli pesawat terbang amfibi pemadam kebakaran dengan kapasitas besar.

"Minimal tiga pesawat yang memiliki kapasitas besar, minimal dapat menjatuhkan air minimal 12 ton," kata Presiden Joko Widodo saat meninjau lokasi bekas kebakaran lahan, di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, Jumat.

Anggaran membeli pesawat terbang khusus yang bisa difungsikan untuk keperluan lain-lain itu akan dibahas bersama DPR.

Sebetulnya, jajaran produk pesawat terbang amfibi ataupun konvensional untuk memadamkan kebakaran ini cukup banyak, di antaranya Canadair CL-215 (kapasitas 4.900 liter/amfibi) dan Bombardier CL-415 (6.410 liter/amfibi) buatan Kanada, dan Beriev Be-200 (12.010 liter/amfibi) buatan Beriev, Rusia, BAe 146 (11.000 liter) dari British Aerospace, Inggris. Juga C-130 Hercules (11.000 liter) atau L-188 Electra (11.000 liter) dari Lockheed, Amerika Serikat, atau terbesar Evergreen 747 Supertanker (78.000 liter) dari Evergreen, Amerika Serikat.

Untuk pesawat terbang amfibi, dia bisa difungsikan juga sebagai pesawat transport, intai, dan sebagainya, selain memadamkan api. Dia bisa dikaryakan di darat, pesisir dan danau, hingga sungai-sungai besar. Pada 2013, Indonesia pernah menyewa dua unit Be-200 senilai 5,4 juta dolar Amerika Serikat untuk memadamkan asap di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.

Walau selintas mahal, namun mereka sangat efektif dan menghemat banyak waktu dalam operasi pemadaman api. Sementara ini, pesawat terbang dari negara sahabat yang membantu memadamkan api telah tiba, di antaranya helikopter berat CH-47 Chinook dari Singapura.

Dengan bantuan internasional itu, pemerintah menargetkan dua pekan ke depan api sudah padam. Sudah ada beberapa negara sanggup memberi bantuan, yakni Singapura, Malaysia, Korea, Rusia, Australia, dan China.

Antara News 

Rusia Bantah Rudalnya Jatuh di Iran (Dunia)

Diberitakan Jatuh di Iran

Peluncuran rudal jelajah Rusia (REUTERS/Ministry of Defence of the Russian Federation/Handout via Reuters)
Beberapa misil yang diluncurkan dari kapal perang Rusia yang menargetkan Suriah, dikabarkan jatuh di Iran. Dua orang pejabat Amerika Serikat menyampaikan kabar tersebut kepada CNN, Kamis sore waktu setempat, atau Jumat (9/10) dini hari.

Pasukan dan intelijen AS yang memantau keberadaan kapal perang Rusia menyebut, setidaknya ada empat rudal yang terbang dan jatuh di Iran.

Salah satu pejabat AS tersebut mengatakan kemungkinan adanya korban, namun sumber lain menyatakan belum dapat memastikan hal itu. Hingga kini, belum dapat dipastikan di mana titik lokasi tempat jatuhnya rudal tersebut di Iran.

Dengan keberadaan kapal perang Rusia yang berada di bagian selatan Laut Kaspia, kemungkinan besar membuat misil yang ditujukan ke Suriah itu melintas di atas Iran dan Irak. Rusia telah menembakkan rudal baru mereka yang disebut dengan nama Kaliber untuk pertama kalinya di perang Suriah, saat ini. Meski dua pejabat AS telah menyatakan adanya misil Rusia yang jatuh di Iran, namun kantor berita Iran, FARS, hingga kini mengaku belum menerima pernyataan resmi dari Iran atau Rusia yang membenarkan kabar tersebut.

Kemarin, Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu, dalam pernyataannya di sebuah televisi Rusia, sempat menyampaikan kepada Presiden Vladimir Putin bahwa 26 rudal yang diluncurkan dari kapal perang mereka telah mengenai target, tanpa mengenai fasilitas umum. Putin, kala itu, mengucapkan selamat atas keberhasilan senjata mereka.

Namun, belum dapat dipastikan apakah yang dimaksud Shoigu kala itu sama dengan rudal-rudal yang disebut oleh pejabat AS. Sebelumnya, pada Selasa lalu, Menteri Pertahanan AS Ashton Carter telah mengeluarkan peringatan kepada Markas Besar NATO di Brussels bahwa Rusia akan menderita kerugian dengan ikut campurnya mereka di Suriah.

Carter juga telah mengeluarkan pernyataan dengan menyebut Rusia melakukan perilaku tidak profesional setelah pesawat tempur mereka melanggar wilayah angkasa Turki di awal pekan ini dan meluncurkan misil ke Suriah tanpa mengeluarkan peringatan. (meg)

Rusia Sangkal Rudalnya Jatuh di Iran
Warga Suriah mencari korban yang masih hidup di lokasi tempat dijatuhkannya rudal oleh Rusia di Kota Maasran, sebelah Selatan Idlib, Suriah, 7 Oktober 2015. (REUTERS/Khalil Ashawi)
Kementerian Pertahanan Rusia mengeluarkan pernyataan yang menyangkal pemberitaan yang mengatakan rudal yang diluncurkan Rusia ke Suriah telah mengenai Iran. 

"Kami tidak melaporkan dengan mengutip sumber yang disamarkan, tapi kami bisa tunjukan rudal-rudal kami yang diluncurkan mengenai target dengan tampilan waktu nyata," tulis pihak kementerian tersebut seperti dikutip CNN.

Rusia menegaskan hal itu dengan mengingatkan bahwa mereka telah mengoperasikan drone di atas langit Suriah selama 24 jam, untuk memantau operasi.

Isi keterangan tersebut juga menyatakan bahwa meski kerabat mereka di AS, yakni di Pentagon dan Langley terkejut dan tampak tidak menyukai kedatangan Rusia di Suriah, namun Rusia memastikan bahwa serangan yang mereka lakukan beberapa hari belakangan ini dibuat dengan target untuk menghancurkan infrastruktur ISIS.

"Serangan kami kemarin dilakukan dengan perhitungan yang tepat ke infrastruktur ISIS di Suriah, dan itu mengenai target," sebutnya.

Menanggapi pernyataan Rusia tersebut, salah satu pejabat AS yang kerap menerima laporan intelijen, mengatakan kepada CNN, bahwa pernyataan Rusia itu dibuat oleh orang-orang yang dulu pernah menginformasikan kepada AS bahwa tidak ada tentara Rusia yang menyamar (little green men) di wilayah Krimea, sebuah semenanjung di ujung timur Eropa yang masuk ke dalam wilayah Ukraina. Kala itu, pada akhirnya Moscow malah berhasil mengambil paksa wilayah Krimea.

Sampai saat ini, kantor berita Iran, FARS, juga belum dapat mengkonfirmasi tentang kabar jatuhnya misil Rusia ke tanah mereka. Sebelumnya, dua pejabat AS mengungkapkan kepada CNN bahwa ada beberapa rudal Rusia yang ditargetkan menyerang Suriah, namun jatuh di wilayah Iran. Disebutkan setidaknya ada empat rudal yang jatuh di Iran.

AS meyakini, dari laporan intelijennya, dengan misil yang dimiliki Rusia, besar kemungkinan beberapa bangunan di Iran hancur dan mengenai warga sipil. Walau demikian, belum dapat dipastikan di mana tepatnya rudal Rusia tersebut jatuh. Posisi kapal perang Rusia yang berada di Laut Kaspia, dianggap sangat mungkin membuat rudal-rudal yang ditembakkan ke Suriah itu melintas di atas wilayah Iran dan Irak. (meg)

Media Iran Tampik Rudal Rusia Jatuh di Iran
Hingga kini, belum dapat dipastikan di mana titik lokasi tempat jatuhnya rudal tersebut di Iran.
Kantor berita Iran, Fars News pada Kamis (8/10) menampik laporan bahwa rudal yang diluncurkan dari kapal perang Rusia untuk menghantam wilayah kelompok pemberontak di Suriah jatuh di wilayah Iran.

Fars News menulis bahwa Kementerian Pertahanan Iran menolak laporan yang menyatakan bahwa empat dari 26 rudal jelajah yang ditembakkan dari kapal perang Caspian mendarat di Iran. 

Dikutip Fars News, Kementerian Pertahanan Iran menyebutkan laporan soal rudal Rusia jatuh di Iran merupakan upaya meluncurkan "perang psikologis" dari Barat. Sementara, sumber di Kementerian Pertahanan Iran mengatakan kepada media Rusia, Sputnik, menyatakan pihaknya belum menerima laporan yang menunjukkan jatuhnya rudal Rusia di wilayah Iran. Laporan yang sama juga disebutkan di media Rusia lainnya, RT News.

Kementerian Pertahanan Rusia juga membantah laporan yang diberitakan di sejumlah media AS, dan menyatakan bahwa semua rudal Rusia mencapai target yang telah ditentukan. "Tidak peduli seberapa tidak senang rekan-rekan kami di Pentagon dan Langley, faktanya adalah seluruh rudal yang diluncurkan dari kapal kami telah mengenai target," kata juru bicara kementerian Mayor Jenderal Igor Konashenkov.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu mengumumkan pada Rabu (7/10) bahwa empat kapal perang Angkatan Laut Rusia telah menembakkan total 26 rudal pada posisi kelompok militan ISIS di Suriah.

Fars News menyebutkan media ini merilis sebuah video amatir yang menunjukkan rudal ditembakkan dari kapal perang Angkatan Laut Rusia di Laut Kaspia tengah meluncur ke langit wilayah Kurdistan Irak sebelum menghantam target mereka di Suriah. "Empat kapal rudal di Laut Kaspia meluncurkan 26 rudal jelajah mengenai 11 target. Menurut data kontrol objektif, semua target hancur. Tidak ada obyek sipil yang mengalami kerusakan," kata Shoigu. 

 Menurut laporan Fars News, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan telah bekerja sama dengan mitranya untuk merencanakan jalur peluncuran rudal, sehingga rudal hanya meluncur di daerah yang terpencil dan tidak menimbulkan bahaya bagi warga sipil.

Rudal yang ditembakkan Rusia, menurut laporan Fars News, meluncur sekitar 1.500 km sebelum mencapai target. Fars menyebutkan empat kapal perang dari armada Kaspia terlibat dalam serangan rudal, yakni Dagestan, Grad Sviyazhsk, Uglich dan Veliky Ustyug. Mereka menembakkan rudal jelajah dari Kalibr NK (Klub) peluncur VLS.

Rudal yang digunakan mampu memukul target dalam waktu 3 meter pada jarak hingga 2.500 km. Sebelumnya, CNN memberitakan bahwa dua orang pejabat Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya, yang memantau keberadaan kapal perang Rusia menyebut, setidaknya ada empat rudal yang terbang dan jatuh di Iran.

Salah satu pejabat AS tersebut mengatakan kemungkinan adanya korban, namun sumber lain menyatakan belum dapat memastikan hal itu. Hingga kini, belum dapat dipastikan di mana titik lokasi tempat jatuhnya rudal tersebut di Iran. Dengan keberadaan kapal perang Rusia yang berada di bagian selatan Laut Kaspia, kemungkinan besar membuat misil yang ditujukan ke Suriah itu melintas di atas Iran dan Irak. (ama)

Rusia Luncurkan Rudal Tanpa Pemberitahuan


Warga mencari korban tewas di puing-puing reruntuhan bangunan di wilayah yang dibom Rusia di Suriah pada Rabu (7/10). (Reuters/Khalil Ashawi)
Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Ash Carter menyatakan peluncuran rudal jelajah Rusia yang menargetkan kelompok pemberontak Suriah pekan ini dilakukan tanpa memberikan pemberitahuan sebelumnya. 

"Kami telah melihat perilaku yang semakin tidak profesional dari pasukan Rusia. Mereka melanggar wilayah udara Turki. Mereka menembak rudal jelajah dari laut Kaspia tanpa peringatan," kata Carter usai menghadiri pembicaraan pertahanan NATO di Brussels, Kamis (8/10) dikutip dari Reuters.

Moskow mengatakan pada Rabu (7/10) bahwa kapal perangnya menembakkan serangkaian rudal yang menargetkan kelompok pemberontak Suriah dari Laut Kaspia, melewati jarak hampir 1.500 km di atas Iran dan Irak untuk mencapai target mereka di Suriah.

Rusia menegaskan hal itu dengan mengingatkan bahwa mereka telah mengoperasikan drone di atas langit Suriah selama 24 jam, untuk memantau operasi. Dikutip Fars News, Kementerian Pertahanan Iran menyebutkan laporan soal rudal Rusia jatuh di Iran merupakan upaya meluncurkan "perang psikologis" dari Barat.

Hingga kini, belum dapat dipastikan di mana titik lokasi tempat jatuhnya rudal tersebut di Iran. Dengan keberadaan kapal perang Rusia yang berada di bagian selatan Laut Kaspia, misil yang ditujukan ke Suriah itu memang melintas di atas Iran dan Irak. Gedung Putih menolak mengomentari laporan tersebut dan Kementerian Luar Negeri AS menyatakan tidak dapat mengkonfirmasi informasi itu. (stu)

CNN