Sunday 8 November 2015

Korea Selatan Kembangkan Robot Kepiting

Museum Maritim Nasional Korea

Setelah sebelumnya Korea Selatan mengumumkan memulai proyek pembangunan akuarium penelitian terbesar di dunia, kali ini Korea sedang mengembangkan robot bawah air berkemampuan menyelam atau berjalan hingga 6.000 meter di bawah permukaan air laut. Robot yang dirancang berbentuk kepiting memiliki beberapa kaki yang dapat berjalan di dasar laut untuk menggali bangkai kapal atau obyek maritim yang menarik atau bernilai sejarah.

Menurut Institute Riset Kapal dan Teknik Kelautan Korea (KRISO), sebagaimana dilansir koreabizwire, Selasa (2/6) bahwa perangkat keras untuk robot dengan nama ‘Crabster’ CR6000 yang dapat berjalan atau berenang dengan enam kaki akan selesai pada akhir tahun 2015.

Robot diartikulasikan dapat bergerak dengan kecepatan 0,25 meter per detik dan mengidentifikasi objek dalam jarak 100 meter, bahkan di air keruh. Sekaligus juga dapat merekam video pada jarak hingga 15 meter ke depan. Tes Underwater akan dimulai pada tahun depan.

Pantauan Jurnal Maritim, belum lama ini, Korea juga sudah mengembangkan sebuah Robot ‘Crabster CR200’, akan tetapi dengan ukuran lebih kecil. Pengembangan tersebut dilakukan mulai pada tahun 2012,setelah diuji dan akhirnya sukses diluncurkan pada tahun 2013. 

CR200 dapat menyelam sampai kedalaman 200 meter, dan ditempatkan di lokasi kecelakaan Ferry Sewol selama satu bulan untuk memberikan gambar ultrasonik untuk tim pencarian. CR200 ini juga diuji untuk menggali benda bersejarah di perairan dekat Mado, Taean pada April dan Mei 2015.

Di laut sebelah timur Korea kedalaman laut maksimum 3.000 meter, sehingga dalam penggunaan CR6000, nantinya akan dapat menjelajahi perairan Korea tanpa batas apapun.[ANDRI REZEKI]

Seharusnya Indonesia Jadi "Bridge Builders" di Kawasan

Pengamat militer dan intelijen Nuning Kertopati

Dalam pertemuan ASEAN Defence Ministry Meeting (ADMM) Plus atau pertemuan Menhan Se-ASEAN dan mitranya di Kuala Lumpur, Malaysia, 29 Oktober-5 November  2015, seharusnya Indonesia mampu menjadi ‘Bridge Builders’ atau pembangun jembatan bagi terciptanya perdamaian di kawasan. Demikian disampaikan oleh pengamat militer dan intelijen Nuning Kertopati kepada Jurnal Maritim, Jumat, 16/11/2015.
“Indonesia seharusnya bisa memainkan perannya sebagai “Bridge Builders” di kawasan dan mendorong sentralitas ASEAN,” tegas Nuning.

Menurutnya, Indonesia merupakan negara non-claimant states di Laut China Selatan (LCS) yang memiliki pengaruh untuk menetapkan suatu keputusan bersama dalam pertemuan strategis antara Menhan Se-ASEAN itu.

“Tanpa suatu Pernyataan Bersama adalah  hal yang disesalkan dalam pertemuan itu,” ungkapnya dengan heran.

Memanasnya eskalasi konflik di LCS membuat ASEAN menjadi kawasan yang senantiasa diperebutkan pengaruhnya oleh negara-negara besar. Dengan kata lain, ASEAN menjadi tempat tarik menarik kepentingan untuk memperkuat hegemoni para negara adi daya.

“Hal ini menunjukkan sentralitas ASEAN yang semakin pudar dalam menghadapi kepentingan-kepntingan negara besar yang dapat mengancam perdamaian di kawasan,” paparnya.

Lebih lanjut dikatakan oleh mantan Anggota Komisi I DPR RI ini bahwa perjalanan keikut sertaan Indonesia dalam forum itu selalu mengeluarkan rekomendasi-rekomendasi strategis terkait penguatan kawasan dalam meredakan ketegangan, khususnya di LCS.

“Pernah terjadi dan berhasil diselesaikan upaya itu dengan shuttle diplomacy oleh Indonesia. Kini ditunggu kepiawaian dan kepemimpinan diplomasi Indonesia di kawasan, atau apakah Indonesia hanya mengekor satu kepentingan negara besar tertentu saja?” selorohnya.

Wanita yang aktif juga mengajar di berbagai Perguruan Tinggi itu selanjutnya menegaskan meningkatnya ancaman terhadap keamanan nasional dan kawasan memerlukan strategi pertahanan yang matang, begitu juga dengan strategi diplomasinya.

“Ini adalah esensi ancaman yang ada di kawasan yang selama ini tidak dapat dilihat hanya secara gambling oleh penyusunan strategi pertahanan Indonesia,” keluhnya.

ADMM dihadiri para menteri pertahanan dari 10 negara anggota ASEAN dan rekan-rekan mereka dari negara lain, yakni Australia, Tiongkok, India, Jepang, dan AS.‎ Pertemuan berlangsung seminggu setelah kapal perang AS menantang batas teritorial di sekitar salah satu pulau buatan Tiongkok di kepulauan Spratly, dalam suatu operasi yang disebut patroli kebebasan navigasi.

Tiongkok mengklaim memiliki sebagian besar Laut China Selatan, di mana lebih dari US$ 5 triliun perdagangan global melintas setiap tahun. Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Taiwan juga melakukan klaim tandingan. Selama ini, Tiongkok keberatan dengan apa yang disebutnya sebagai gangguan luar dalam sengketa Laut China Selatan itu.

AS sebenarnya tidak memiliki posisi pada klaim Laut China Selatan itu. Tetapi, AS bersama sekutunya di ASEAN, seperti Filipina, merasa khawatir dengan aksi Tiongkok yang semakin keras, termasuk membangun pulau buatan di teritori yang disengketakan.

Di sini terlihat sekali pertarungan antara dua negara tersebut dalam ajang pertemuan Menhan Se-ASEAN itu. Sebelum pertemuan, Menhan RI Ryamizard Ryacuddu telah melakukan lawatan ke Tiongkok guna meningkatkan kerja sama pertahanan yang lebih intensif di antara kedua negara.
Termasuk poin pentingnya yang dibahas adalah adanya joint patrol di antara kedua negara yang juga melibatkan negara-negara lain di ASEAN.

Namun, di hampir waktu yang bersamaan, Presiden Jokowi juga melakukan kunjungan ke AS yang kemudian menghasilkan tawaran kepada Indonesia untuk masuk ke dalam Trans Pacific Partnership (TPP). Sehingga muncul asumsi publik yang berfikir Indonesia sedang bermain di dua kaki dan tetap memerankan sebagai pihak netral.

Di akhir penyampaiannya, Nuning mengutarakan dalam perjalanan diplomasi Indonesia selalu berprinsip Non Blok atau lebih dikenal dengan prinsip yang tidak memihak alias netral, namun tetap harus vocal untuk mewujudkan perdamaian kawasan.

“Paling tidak kalaupun netral, harus ada suaranya dong, agar tercipta usulan-usulan yang strategis untuk perdamaian kawasan,” pungkasnya. [AN]

Komandan MCIPAC-AS Kunjungi Mako Kormar

Jabat Tangan Mayjen TNI (Mar) Buyung Lalana dengan Commanding General, Marines Corps Instalation Pacific (MCIPAC), Brigadier General Joaquin F. Malavet di Markas Komando Korps Marinir Jl. Prapatan No. 40 Kwitang Jakarta Pusat, Jum’at (06/11/2015).

Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) Buyung Lalana, menerima kunjungan Commanding General, Marines Corps Instalation Pacific (MCIPAC), Brigadier General Joaquin F. Malavet di Markas Komando Korps Marinir Jl. Prapatan No. 40 Kwitang Jakarta Pusat, Jum’at (06/11/2015).

Berdasarkan keterangan yang dihimpun Jurnal Maritim dari Dispen Kormar, dinyatakan dalam siaran persnya bahwa Dankormar didampingi Pejabat Teras Korps Marinir menyambut dengan hangat kedatangan rombongan Marinir Amerika tersebut.

Pembicaraan yang hangat pun terjadi di antara pejabat Pasukan Pendarat ini di ruang tengah Gedung Putih Mako Kormar. Dalam sambutannya, Dankormar menyampaikan bahwa latihan bersama antara Korps Marinir Indonesia dan Amerika yang telah berjalan dengan baik sampai saat ini agar dipertahankan dan ditingkatkan.

Dankormar juga menyarankan agar prajurit Marinir Indonesia dapat berlatih bersama Marinir Amerika di daerah latihan yang ekstrim seperti di pegunungan, padang pasir maupun daerah bersalju di Negara Amerika Serikat.

Commanding General MCIPAC menyambut gembira saran Dankormar dan juga berharap Marinir Indonesia mau berbagi ilmunya dalam pertempuran perang gerilya di hutan lebat Indonesia yang masih banyak binatang buasnya.

Kunjungan yang bertujuan untuk mempererat hubungan militer antara Amerika Serikat dan TNI ini ditandai dengan tukar menukar cindera mata dan diakhiri dengan foto bersama di depan Gedung Putih Markas Komando Korps Marinir. [AN]

Susi Dibalik Popularitas Rizal Ramli

Menko bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli (keempat kiri) bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kedua kanan) berfoto bersama di depan pesawat Boeing Maritime Surveillance Aircraft (MSA) N614BA di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, 4 November 2015. Saat ini pemerintah ingin mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, salah satunya memperkuat pertahanan laut dan udara. ANTARA/M Agung Rajasa

Lembaga Survei Jakarta (LSJ) memasukkan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli sebagai salah satu menteri yang paling berprestasi di Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Rizal Ramli yang belum genap tiga bulan menjadi menteri itu berhasil menduduki peringkat ketiga di sisi kinerja setelah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Namun Ketua Departemen Politik dan Hubungan International Lembaga Survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips Jusario Vermonte, menilai popularitas Rizal Ramli bukan murni dari kinerjanya. Pamor Rizal mencual prestasi Menteri Susi.

Philips berpendapat bahwa Rizal Ramli diuntungkan oleh posisinya sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya yang secara koordinasi membawahi Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dipimpin oleh Menteri Susi. "Sehingga masyarakat lihatnya sebagai tim kerja," kata dia, Ahad, 8 November 2015.

Menurut Philips, saat ini Menteri Susi jawara di seluruh survey kinerja menteri. Prestasi Susi secara tidak langsung ikut mendongkrak penilaian prestasi terhadap Rizal Ramli.

Rizal Ramli menciptakan banyak polemik ketika baru menjabat sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya. Rizal Ramli terkenal dengan 'kepretan' melempar pernyataan panas ke berbagai pihak. Dia, misalnya, menilai megaproyek listrik 35 ribu megawatt yang dirancang pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tak realistis. Dia juga mempersoalkan pengadaan pesawat oleh PT Garuda Indonesia Tbk. Rencana Pertamina membangun sarana penyimpanan minyak (storage) menggunakan dana negara juga tidak lepas dari kritiknya. Wakil Presiden Jusuf Kalla termasuk yang paling keras menolak kritik Rizal.

Philips memprediksi Rizal terus berpolemik dalam kabinet berdasarkan jejak rekam bekas kepala badan urusan logisitik itu. Perbedaan pendapat kabinet yang disuarakan Rizal, kata dia, malah memperlihatkan Presiden Jokowi tidak dapat mengatasi kisruh internal dalam pemerintahan. Untuk itu dia menyarankan Rizal supaya menyelesaikan perbedaan pendapat dalam rapat kabinet, bukan berpolemik di depan publik.

Philips juga meminta Rizal untuk berintrospeksi apakah prestasi yang ia peroleh berasal dari kinerja dirinya sendiri atau dari menteri bawahannya.

Sebelumnya survei Lembaga Survei Jakarta (LSJ), menempatkan Rizal Ramli berada di peringkat ketiga menteri yang memiliki kinerja dengan tingkat kepuasan tertinggi berdasarkan persepsi masyarakat. Rizal memliki poin 40,1 persen di bawah Menteri Susi Pudjiastuti yang menempati peringkat pertama dengan tingkat kepuasan sebesar 64,3 persen serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan berada di peringkat kedua dengan 42,5 persen.

Menurut Peneliti senior dari Lembaga Survei Jakarta (LSJ), Ikhsan Rosidi Menteri Susi dinilai paling populer karena rajin berkomunikasi dan terbuka dengan media massa. Kebijakan Menteri Susi juga dinilai berpihak kepada kepentingan nasional, misalnya kebijakan penenggelaman kapal-kapal asing pencuri ikan. Menteri Anies populer karena dianggap sebagai tokoh yang peduli masalah pendidikan. Anies juga rajin melakukan kunjungan ke daerah-daerah. Sedangkan Menteri Rizal Ramli populer karena gencar mengkritik para pejabat yang dinilai tidak bekerja rasional. Kritik tersebut dipersepsikan masyarakat sebagai komitmen dan keberpihakan terhadap kepentingan rakyat dan ekonomi nasional.

Pesawat Pengacau Radar dan Pertahanan Elektronika


Prowler dikembangkan dan dirancang oleh Northrop Grumman, untuk menggantikan pesawat EF-111 Raven yang masuk dinas pensiun. Prowler sudah mengabdi pada USAF sejak tahun 1971, dengan tugas utama sebagai perisai elektronik armada udara Amerika. Paman sam sadar benar bagaimana aset udaranya rentan terhadap sengatan rudal udara buatan Rusia yang banyak ditemui di medan perang, sehingga diperlukan alutsista khusus yang bertugas membutakan deteksi radar dan peralatan elektronik lainnya. Hampir dapat dipastikan setiap pertempuran udara Prowler selalu hadir lebih dahulu, memberikan perisai elektronik bagi armada udara. theavionist.com


Bagian dalam kokpit dari Prowler terdiri dari beragam peralatan elektronik, dengan sistem kendali digital. Prowler mampu terbang dengan kecepatan 1.050 km/jam, dengan jarak terbang mencapai 3.861 km di ketinggian 11 Km. Tercatat korps Marinir Amerika sebagai pengguna terbanyak Prowler, kemudian disusul oleh USAF atau United State Air Forces. grahampilot.com


Prowler tidak hanya bertugas untuk membutakan elektronik lawan, tetapi menghancurkan situs radar lawan menggunakan rudal HARM High Speed Anti Radiation Missile. Senjata ini digerakan menggunakan metode energi radiasi, dan mendeteksi sinyal radar lawan. Prowler sangat bergantung pada ALQ-99 tactical jamming system dan USQ-113 communication jammer, kemampuan Prowler dalam mendeteksi radar Early Warning sangatlah menggagumkan bahkan lawan tidak mampu mendeteksi jika Prowler sedang mengacaukan sistem elektroniknya. wikipedia.org


Kesaktian Prowler di uji di Vietnam, Timur Tengah, Balkan dan Asia Tenggara, hal ini membuktikan bahwa Amerika sangat konsen terhadap pertempuran spektrum elektromagnetik. Secanggih apapun sebuah pesawat tempur suatu negara, menjadi tidak berguna jika radar pendeteksi mati dan buta. Strategi inilah yang digunakan Amerika dalam mendapatkan superioritas udara, sangat sulit melawan jamming dari Prowler, hanya alutsista sekelas S-400 Rusia yang mampu membungkam Prowler. aviationews.eu


Pesawat EA-6B Prowler merupakan salah satu alutsista paling unik di dunia, pesawat ini dirancang bukan untuk bertempur adu tembakan di udara melainkan melumpuhkan, mengacaukan dan membutakan kemampuan radar dan sistem pertahanan elektronik lawan seperti radar. Pesawat ini biasa beroperasi dari atas kapal induk, untuk mendukung pergerakan armada laut Amerika. Beragam sensor dan peralatan canggih dibenamkan dalam pesawat ini, walapun masa baktinya sebentar lagi usai digantikan oleh pesawat Growler. wikipedia.org

Pindad Meraih Penghargaan Top IT 2015

Produk Pindad di masa depan, Anoa Amfibi & Badak [defence.pk]

PT Pindad (Persero) meraih pengharhaan Top IT & Telco 2015 untuk kategori implementasi IT di sektor industri pertahanan. "Penghargaan ini menjadi motivasi untuk terus mengimplementasikan dan memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan performa dan daya saing perusahaan," kata Direktur Utama PT Pindad (Persero), Silmy Karim di Bandung, Ahad (8/11).

Penghargaan diberikan kepada PT Pindad (Persero) karena perusahaan telah berhasil melakukan peningkatan performance dan implementasi teknologi informasi untuk mendukung kelancaran operasional perusahaan. Top IT & Telco 2015 merupakan ajang penghargaan bagi perusahaan yang telah berhasil mengaplikasikan dan memanfaatkan Information and Communications Technology (ICT) untuk meningkatkan performa, daya saing, dan pelayanan bisnis perusahaan.

Pengelolaan teknologi informasi itu, tercantum dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) perusahaan yang menyatakan bahwa dalam salah satu poin strategi fungsional, bidang teknologi informasi diharapkan dapat menyediakan suatu sistem aplikasi yang mendukung strategi korporasi dan strategi usaha setiap lini usaha.

Selain itu menyediakan atau menyajikan informasi buat manajemen, dan mendukung pengelolaan knowledge management. "Divisi Teknologi Informasi berhasil menerapkan Enterprise Resources Planning (ERP) secara menyeluruh di setiap lini bisnis perusahaan," katanya.

Lebih lanjut Simly mennyataan hal itu merupakan hal yang baik dan diharapkan implementasi ERP merupakan salah satu faktor yang dapat berujung kepada operational excellence perusahaan. Peningkatan daya saing perusahaan dianggap penting untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai akhir tahun 2015.

Untuk implementasi teknologi informasi selanjutnya Pindad telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan perusahaan asal Inggris, BAE System untuk memproteksi kepentingan strategis Indonesia dari cyber attack.

"Pindad perlu hadir di sektor cyber karena sektor ini merupakan kebutuhan penting di tanah air dalam melindungi asset strategis nasional lainnya, khususnya di masa depan," kata Silmy.



Seberapa Kuat TNI AU Dibanding Angkatan Udara Malaysia & Australia?

Memasuki era reformasi, TNI AU terus berbenah diri. Salah satu fokus angkatan ini adalah memperkuat kualitas tempur mereka dengan membeli alutsista baru dari sejumlah negara.

Saat ini, TNI AU telah memiliki 7 skadron tempur, 4 skadron pesawat angkut dan 3 skadron helikopter. Untuk radar, TNI AU telah memiliki 22 radar di seluruh Indonesia. Namun, jumlah ini belum memenuhi minimum essential force yang dibutuhkan.

"Idealnya kita memiliki restra untuk sampai 2024, berbasis minimum essential force. Untuk skadron tempur misalnya, kita butuh 11, sehingga masih perlu 4 skadron lagi. Angkut butuh enam, masih kurang dua dan heli butuh empat tapi baru punya dua. Sementara radar kita butuh 32, sekarang baru 22, itu baru kekuatan minimum, bukan kekuatan ideal," papar Kadispenau Marsma Hadi Tjahjanto saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (8/4) kemarin.

Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, yakni Malaysia dan Australia, kekuatan yang dimiliki Indonesia sudah cukup memadai. TNI AU sudah memiliki sumber daya manusia yang siap melaksanakan misi, termasuk alutsista berkualitas seperti pesawat Sukhoi dan F-16.

"Kalau melihat dari latihan-latihan dengan Australia, kita mampu untuk bisa menandingi dia. Itu kualitas kita," ungkapnya,

Kini, TNI AU tengah berencana untuk mengganti pesawat F-5 Tiger dengan pesawat jenis baru generasi 4,5. Generasi terbaru ini dipercaya dapat membuat Indonesia mampu menghadapi segala ancaman dari negara asing.

Lalu, seperti apa sebenarnya kekuatan TNI AU dengan dua negara tetangga itu, berikut ulasannya:


1. Jet Tempur

 SBY jajal jet tempur T-50i Golden Eagle

TNI AU sampai saat ini masih mengoperasikan 12 unit F-16 Fighting Falcon Block 15 A/B OCU. Indonesia akan menambah jumlahnya menjadi 24 buah dengan varian C/D 52ID. Selain produk barat, Indonesia juga memiliki pesawat buatan Rusia, antara lain 5 unit Sukhoi Su-27 SK/SKM dan 11 Su-30 MK/MK2. Selain itu, masih ada 16 unit jet tempur KAI T-50 Golden Eagle dan 12 unit EMB 314 Super Tucano.

Sementara, Angkatan Udara Australia diperkuat 24 unit F/A-18F Super Hornet dan 71 unit F/A-18A/B Hornet . Selain kedua pesawat itu, negara ini masih memiliki dua unit F-35A Lightning II yang digunakan sepenuhnya untuk pelatihan.

Sedangkan Malaysia diperkuat 18 unit Su-30MKM, 8 unit F/A-18 Hornet, 12 unit Mikoyan MiG-29, 20 unit BAE Hawk dan 18 unit Northrop F-5. Beberapa dari pesawat ini sempat menjalani modernisasi untuk meningkatkan kemampuan tempurnya di udara.


2. Jumlah Personel

 HUT TNI AU
 
Dari sudut kekuatan personel, TNI AU memiliki 37.850 personel yang masih aktif berdinas. Hingga saat ini, Indonesia juga memiliki 510 pesawat, 110 di antaranya adalah pesawat tempur.

Sedangkan Australia tercatat memiliki personel aktif sebanyak 14.120 orang, dan 4,273 personel cadangan. Untuk alutsistanya, negara ini memiliki 265 pesawat, baik pesawat tempur, patroli maupun angkut.

Sementara, Malaysia memiliki personel aktif sebanyak 15 ribu orang. Menurut situs globalfirepower.com, Malaysia diperkirakan memiliki 217 pesawat, termasuk 97 jet tempur.


3. Indeks Kekuatan

Meski hubungan antara Indonesia, Malaysia dan Australia cukup dekat, namun ketiga negara ini saling berlomba untuk memperkuat sistem pertahanan udaranya masing-masing.

Berdasarkan situs analisa kekuatan militer dunia, globalfirepower.com, Indonesia menempati posisi cukup baik yakni urutan ke-12. Rating kekuatan Indonesia sebesar 0,5231. Hal ini dinilai dari kekuatan udara, darat, dan laut. Selain itu jumlah personel dan kemampuan belanja pertahanan.

Sementara Australia berada satu tingkat dari Indonesia. Indeks kekuatan dari Negeri Kangguru sebesar 0,5281.

Dibanding kedua negara di atas, Malaysia justru berada di peringkat 35. Negara ini mendapat indeks kekuatan sebesar 0,9612.

[Dunia] Yordania Mainkan Peran Sebagai Pelindung Masjid Al-Aqsa

Masjid Al-Aqsa

Yordania mengatakan akan terus menjalankan perannya dalam melestarikan Masjid Al-Aqsa serta menjaga sejumlah tempat suci di Yerusalem Timur, seperti dikabarkan oleh kantor berita nasional Yordanian, Petra.

Pada pertemuan dengan anggota Knesset atau Parlemen Israel, Perdana Menteri Yordania Abdullah Ensour mengatakan, Yordania akan menempatkan isu mengenai Palestina di atas segala agenda, seperti dikutip dari laman Xinhua, Jumat (6/11/2015).

Ia juga menekankan bahwa kerajaan Yordania akan memberikan upaya lanjutan untuk membela isu Palestina, baik secara regional dan internasional. Yordania, yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel pada tahun 1994, akan mengawasi situs suci milik Islam dan Kristen di Yerusalem Timur.

Menanggapi hal itu, Parlemen Israel pun berjanji akan terus berkoordinasi dengan Yordania terkait situasi dan kondisi di Masjid Al-Aqsa dan Yerusalem Timur.

"Kami akan terus berkoordinasi dengan Yordania dan kami memiliki harapan yang tinggi untuk peran Yordania dalam mempertahankan Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa," ujar pemimpin delegasi Knesset Ahmed Teibi dalam pertemuan dengan Ensour. (ian)

Kisah Para Perwira TNI Bebaskan 3 Jet Tempur yang Diembargo AS

Hawk 200 TNI AU. ©2012 Merdeka.com

TNI AU berencana membeli pesawat pemburu untuk mengganti F-5 Tiger yang sudah dipensiunkan. Sejumlah pabrikan dunia sudah gencar melobi Indonesia untuk memilih pesawat mereka. Beberapa yang menawarkan pesawat tempur adalah Rusia dengan Sukhoi SU-35.

Kemarin giliran Dasault Rafale, jet tempur asal Prancis yang sengaja pamer kehebatan di depan para petinggi TNI AU. Pesawat bersayap delta itu bahkan mengizinkan para pilot TNI AU untuk menjajal langsung kehebatan pesawat mereka di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (26/3).

Menjatuhkan pilihan untuk membeli Alutsista secanggih pesawat tempur bukan perkara mudah. Harus juga ditimbang aspek politisnya. Jangan sampai nanti tiba-tiba negara penjual memutuskan hubungan atau menjatuhkan embargo.

Jika sudah seperti itu tentu Indonesia sendiri yang rugi. TNI AU pernah merasakan bagaimana kekuatan jet tempur mereka sangat terganggu karena embargo. Bahkan ada pesawat yang sudah dibeli tapi ditahan oleh Amerika Serikat.

Saat itu Indonesia baru saja membeli 32 unit pesawat tempur Hawk 109/209 dari British Aerospace. Pesawat itu secara bertahap diterbangkan dari London ke Indonesia.

Pada periode 1990an, Indonesia masih diembargo oleh Amerika Serikat terkait kasus di Timor Timur. Nah, sebagian komponen pesawat Hawk ini masih dipasok oleh perusahaan AS. Sesuai aturan di Amerika, sekecil apa pun komponen alutsista buatan AS harus sepengetahuan Pentagon jika berpindah tangan. Maka walau pesawat Hawk diproduksi Inggris, AS merasa masih punya hak untuk ikut mengembargo.

AS pun menggunakan pengaruhnya untuk menekan Inggris. Tiga pesawat Hawk dari London yang terbang menuju Indonesia harus berbalik arah menuju Bangkok, Thailand. Sebenarnya pesawat itu sudah mencapai Singapura dan sebentar lagi masuk wilayah udara Indonesia.

Hal ini dikisahkan dalam buku Mengawali Integrasi Mengusung Reformasi, Pengabdian Alumni Akabri Pertama 1970 yang diterbitkan Kata Hasta Pustaka tahun 2012.

Di Bangkok, tiga pesawat ini ditahan dan tidak boleh dikirimkan ke Indonesia. Situasi ini sangat buruk untuk Indonesia. Sudah beli mahal-mahal, malah kena embargo dan ditahan.

Maka pendekatan diplomasi dan intelijen dilakukan untuk melobi pejabat Thailand. Dua perwira tinggi TNI dikirim untuk membebaskan tiga pesawat tempur itu. Dir B Bais ABRI Brigjen Harianto Imam Santosa dan Aspam Kasau Marsda Tjutju Djuanda dikirim ke negeri Gajah Putih tersebut.

Pihak Thailand tak mudah melepaskan tiga pesawat itu karena ditekan Amerika Serikat. Apalagi pemerintah AS sudah mengirim permintaan resmi melalui nota diplomatik. Thailand adalah sekutu AS di Asia Tenggara selain Filipina.

Namun di sisi lain, pejabat militer Thailand juga punya hubungan pribadi yang sangat baik dengan para petinggi TNI. Akhirnya terciptalah kesepakatan unik yang cerdik yang menguntungkan Indonesia dan Thailand.

Suatu hari, ketiga pesawat jet tempur tersebut diberi 'izin khusus' untuk pemanasan di udara. Hal ini wajar karena pesawat sudah lama ditahan di pangkalan udara Thailand. Izin yang diberikan khusus untuk terbang di sekitar Laut China Selatan.

Pesawat pun disiapkan. Begitu izin diberikan, wuuuuzzzzz!! Pesawat langsung mengangkasa.

Namun ketiga pesawat itu tak menuju Laut China Selatan. Mereka malah menuju Pangkalan Udara Supadio di Pontianak. Ketiganya mendarat dengan selamat di wilayah Indonesia.

Pihak Thailand 'pura-pura' mengajukan protes atas pelanggaran tersebut. Namun pemerintah Indonesia juga 'pura-pura' tak terkait dengan pelarian pesawat Hawk itu.

Lucunya lagi militer AS juga 'pura-pura tidak tahu' atas kejadian itu. Rupanya sebenarnya mereka bersimpati pada Indonesia. Namun pihak AS terpaksa menjalankan tekanan politik dari pihak Kementerian Luar Negeri dan Kongres.

Kisah penyelamatan berakhir lucu dan unik ini berakhir. Hawk-Hawk dari Inggris ini masih memperkuat TNI AU sampai sekarang. Tentu kita tak berharap ada kasus serupa di masa depan.