Friday 6 November 2015

[Dunia] Rusia Kirim Sistem Pertahanan Udara ke Suriah

Khawatir Pesawat Dicuri

Rusia mengirimkan sistem pertahanan rudal ke Suriah untuk mencegah kemungkinan pesawat Rusia dicuri, serta untuk menembak pesawat musuh jika dalam skenario terburuk.

“Kami telah diperhitungkan semua ancaman yang mungkin ada. Kami telah mengirim tidak hanya jet tempur, pesawat serangan, pembom, dan helikopter, tetapi juga sistem pertahanan udara karena situasi force majeure apapun dapat terjadi. Misalnya, pencurian pesawat perang di Suriah atau harus menembak musuh. Kami harus siap untuk itu, “kata Komandan Rusia Aerospace Jenderal Viktor Bondarev sebagaimana dikutip Ria Novosti Kamis 5 November 2015.

Rusia telah melakukan serangan udara presisi ke sejumlah target ISIS dan pemberontak Suriah atas permintaan Presiden Bashar Assad sejak tanggal 30 September. Sejak awal kampanye udara, pesawat-pesawat Rusia telah menghancurkan lebih dari 2.000 posisi teroris. Beberapa ratus gerilyawan telah tewas, dan puluhan pusat komando dan depot telah hancur dengan lebih dari 1.600 sorti yang dilakukan.

China Luncurkan Pesawat C919, Indonesia Punya N219

Perakitan Pesawat N219

Setelah China meluncurkan pesawat jet komersial pertamanya, C919, ke publik pada 2 November 2015 kemarin, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menjadwalkan hal sama. Pada November ini, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut akan melakukan perayaan dan perkenalan wujud pesawat N219 kepada publik. Pada proses yang biasa disebut roll out ini, N219 akan ditarik dari hanggar dan diperkenalkan ke publik.

Para insinyur pesawat PTDI saat ini sedang sibuk merakit bagian-bagian pesawat pada hanggar assembly line di Bandung, Jawa Barat. "Bulan November siap," kata Direktur Utama PTDI, Budi Santoso, kepada detikFinance, Selasa (3/11/2015).

Untuk mengejar target itu, para insinyur PTDI bekerja keroyokan selama 24 jam. Alasannya, PTDI berencana mengundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melihat wujud pesawat baling-baling yang mampu membawa 19 penumpang itu saat proses roll out.

"Persiapan launching, kita bekerja 24 jam. Seperti jadi Sangkuriang," jelasnya.

Pesawat komersial baling-baling dengan 2 mesin buatan Pratt & Whitney ini, nantinya dibanderol seharga US$ 5 juta per unit, atau lebih murah dari pesawat sejenis yang ada di pasaran. Hingga kini, PTDI telah mengantongi order atau minat terhadap N219 sebanyak 75 unit.

Untuk pengembangan, PTDI melibatkan sekitar 300 ahli pesawat lokal. Pengembangan murni memakai 100% jasa tenaga lokal. Berbeda dengan pengembangan pesawat pendahulu yakni N250, proses perancangan hingga perakitan melibatkan ratusan insinyur pesawat asing.

"Ini tenaga lokal semua. Ini campuran senior dan junior, totalnya hampir 300 insinyur," jelasnya.

Setelah roll out pada November ini, N219 akan melakukan uji struktur hingga uji sistem selama 6 bulan. Proses ini diperlukan untuk mengantongi flight permit dari Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU), Ditjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Flight permit dipakai sebagai syarat melakukan terbang perdana (first flight). Ditargetkan, N219 bisa terbang perdana pada Mei 2016.

"Target kami first flight pada bulan Mei 2016. Untuk proses first flight, kami harus dapatkan flight permit dari DKUPPU Kemenhub," kata Program Manager PTDI untuk N219, Budi Sampurno kepada detikFinance.

Setelah melakukan first flight, PTDI akan melakukan uji terbang (test flight) N219. Proses ini dilakukan selama 630 jam terbang. Syarat test flight diperlukan untung mengatongi sertifakasi tipe (type certificate) dari Kemenhub. PTDI sendiri telah mengajukan permohonan sertifikasi tipe N219 ke Kemehub sejak 4 Februari 2014.

"Sesuai regulasi CASR (Civil Aviation Safety Regulations) 23, waktu yang diberikan untuk sertifikasi 3 tahun. Jadi target kami tanggal 4 Februari 2017, N219 sudah dapat Type Certficate atau sertfikat laik terbang dari Kemenhub," jelas Budi.

Sejalan dengan permohonan sertifikasi ke Kemenhub, PTDI juga mengajukan uji sertifikasi kelaikan terbang N219 ke lembaga penerbangan internasional seperti, European Aviation Safety Agency (EASA).

Setelah mengantongi sertifikasi dari Kemenhub, PTDI akan mengurus production certificate sebagai syarat tambahan untuk melakukan produksi massal N219 di Bandung, Jawa Barat. Alhasil, produksi massal bisa dilakukan pada awal 2017.

"Produksi massal boleh dilakukan setelah mendapatkan type certificate," sebutnya.

N219 merupakan pesawat yang mulai dirancang sejak 2007 lalu. Pesawat ini dibuat dengan kapasitas 19 orang dan memiliki kelebihan bisa lepas landas dalam jarak pendek, sehingga cocok untuk daerah-daerah terpencil, termasuk di Indonesia.


RI Tak Berani Tiru China Saingi Boeing dan Airbus, Ini Alasannya

 

 
Hanggar PTDI

Indonesia pada era 1990-an pernah menggagas pengembangan pesawat jet komersial berkapasitas di atas 100 orang, yaitu N2130. Belum sampai ke tahap terbang perdana alias baru memasuki desain awal, proyek ini dihentikan.

Saat itu, produsen pesawat dunia Boeing dan Airbus sempat merasa 'terancam' dengan rencana Indonesia masuk ke kelas pesawat bermesin jet untuk membawa di atas 100 penumpang. 

Belajar dari kondisi itu, Indonesia akan fokus masuk ke pesawat penumpang baling-baling. Sementara China, baru-baru ini menerbitkan pesawat baru C919, yang menyaingi Airbus dan Boeing.

"Masuk ke jet, kita bisa diganyang Boeing, Airbus, terus produsen dari Jepang dan China. Indonesia jangan pesawat di atas 100 penumpang. Itu lahan mereka," kata Kepala Program Pesawat Terbang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Agus Aribowo kepada detikFinance, Selasa (3/11/2015).

Selain itu, landasan pesawat di Indonesia mayoritas di bawah 2.000 meter. Padahal, pesawat jet sekelas Boeing 737 memerlukan panjang landasan minimal di atas 2.000 meter agar pesawat bisa take off landing. Alhasil, pengembangan pesawat baling-baling dinilai tepat untuk memenuhi kebutuhan pasar pesawat dan kondisi bandara RI.

LAPAN juga memiliki ide untuk masuk ke pesawat di atas 100 orang, namun dengan penggerak baling-baling. LAPAN berencana dalam jangka panjang membuat pesawat baling-baling berkapasitas di atas 140 penumpang, N2140. Pasar pesawat baling-baling untuk angkutan komersial kelas ini belum digarap oleh produsen pesawat dunia seperti ATR.

"Kita tidak masuk di pasar yang dikuasai negara besar. Di kelas 145 penumpang dengan propeller (baling-baling), kita belum ada saingan," ujarnya.

Untuk menggerakkan pesawat itu, LAPAN menawarkan penggunaan mesin Europrop. mesin tipe terbaru ini, telah dipakai pada pesawat angkut militer raksasa keluaran Airbus, A-400.

Meski bisa membawa penumpang setara pesawat jet narrow body, N2140 usulan LAPAN bisa mendarat pada landasan di bawah 2.000 meter. "Baling-baling bisa mendarat pada landasan 1.500-1.800 meter," jelasnya.

LAPAN akan memasukkan rencana N2140 ke dalam master plan pengembangan kedirgantaraan jangka panjang. N2130 rencananya dikembangkan setelah LAPAN bersama PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengembangkan pesawat baling-baling kelas N219 sampai N270. Untuk pengembangan pesawat baling-baling raksasa ini, LAPAN memproyeksi kebutuhan investasi di atas Rp 5 triliun.
(feb/dnl)

Detik 

Latihan Terbang Jelajah Skuadron Udara 16

Dari Pekanbaru menuju Biak [kohanudnas]

Pada tanggal 27 sampai dengan 29 Oktober 2015, Flight F-16 Skadron Udara 16 melaksanakan salah satu program latihan profisiensi terbang jelajah dengan sandi Bido Jelajah-15. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penerbang dalam melaksanakan penerbangan navigasi jarak jauh.

Flight F-16 terdiri dari 3 pesawat F-16A dengan tail number TS-1609, TS-1610 dan TS-1611. Rute penerbangan terbagi menjadi 2 bagian, diawali dengan pemberangkatan dari homebase Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru menuju Lanud Hasanudin Makassar pada tanggal 27 Oktober 2015, dilanjutkan rute Lanud Hasanudin Makassar menuju Lanud Manuhua Biak pada tanggal 29 Oktober 2015. Kedatangan Flight F-16 di Biak diterima oleh Komandan Lanud Manuhua, Kolonel Pnb A. 

Gustaf Brugman, M. Si. Asops Kosekhanudnas IV Kolonel Pnb Johnny Sumaryana dan para Asisten Kosekhanudnas IV. Rute penerbangan ini merupakan jarak navigasi terjauh dimana jarak yang ditempuh adalah sejauh 2.190 Nautical Mile atau setara dengan 3.679 km, dari pulau Sumatera di ujung barat sampai dengan pulau Papua di ujung timur Indonesia. Total penerbangan memakan waktu selama hampir 6 jam. Latihan terbang jelajah ini menuntut kesiapan fisik yang prima bagi para penerbangnya disebabkan oleh durasi penerbangan yang cukup panjang.

Pergerakan Flight F-16 Skadron Udara 16 didukung oleh 2 pesawat C-130 Hercules dari Skadron Udara 31, yang membawa 57 orang personil pendukung beserta perlengkapan. Flight F-16 Skadron Udara 16 selanjutnya akan melanjutkan misi Operasi Pertahanan Udara di Wilayah Kosekhanudnas IV.

Operasi Tangkis Sergap 2015 di Biak

1 Flight F-16 Skadron Udara 16 melaksanakan operasi pertahanan udara dengan sandi Operasi Tangkis Sergap di wilayah Kosekhanudnas IV, kegiatan dilaksanakan mulai tanggal 30 Oktober 2015 menggunakan Lanud Manuhua, Biak sebagai pangkalan operasi. Flight F-16 Skadron Udara 16 yang terdiri dari 3 pesawat berperan sebagai unsur tempur sergap dibawah kendali Pangkosekhanudnas IV. 

Operasi Tangkis Sergap merupakan operasi pertahanan udara yang diselenggarakan oleh Kohanudnas. Kohanudnas melaksanakan operasi militer selain perang menghadapi kontijensi keamanan wilayah perbatasan dalam kurun waktu 2015 di seluruh wilayah udara kedaulatan NKRI dalam rangka mendukung tugas pokok TNI. Misi Flight F-16 dalam operasi ini adalah melaksanakan Combat Air Patrol (CAP) di wilayah Indonesia Timur.

Selain itu juga terdapat misi tambahan untuk mengecek kesiapan satuan-satuan radar di jajaran Kosekhanudnas IV yang meliputi Satrad 242 Tanjung Warari, Satrad 243 Timika, Satrad 244 Merauke maupun Satrad 245 Saumlaki. Dalam pelaksanaannya, flight F-16 menggunakan performa optimalnya untuk dapat menjangkau daerah-daerah operasi yang cukup jauh. Jarak jangkau pesawat F-16 Skadron Udara 16 dapat mencapai sejauh 500NM dari pangkalan operasi di Lanud Manuhua, Biak.

Indonesia Gencar Bikin Pesawat

Setelah N219 Ada N245 dan N270

N245

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama Pesawat Terbang Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) berencana mengembangkan pesawat lanjutan pasca N219. Sebelum N219 terbang perdana (first flight) pada Mei 2016, PTDI dan LAPAN pada awal 2016 akan memulai mengembangkan pesawat berkapasitas antara 50 penumpang hingga 90 penumpang yakni N245 dan N270.

Tahap awal, PTDI dan LAPAN masuk pada pesawat baling-baling kelas 50-60 penumpang di 2016. Pesawat ini adalah N245, yang merupakan pesawat baling-baling pengembangan dari pesawat versi militer, CN235.

PTDI dan LAPAN memulai pengembangan N245, meskipun N219 belum terbang karena proses pengembangan pesawat dari desain konseptual dan feasibility study, hingga pesawat mengantongi sertfikasi dan siap produksi memakan waktu tidak sebentar.

"Proses pengembangan pesawat bukan langsung gambar maksudnya program ini dimulai, sambil N219 berjalan dan sudah mendekati selesai. Kita (untuk N219) melakukan studi pasar sama membuat desain konseptual terlebih dahulu," kata Kepala Program Pesawat Terbang LAPAN, Agus Aribowo, kepada detikFinance, Selasa (3/11/2015).

Setelah melakukan desain konseptual dan diketahui tentang potensi pasar, PTDI dan LAPAN melakukan pada tahapan uji terowongan angin fase 1. Selanjutnya, PTDI dan LAPAN melakukan verifikasi desain dan disusul preliminary design. Di sini bentuk pesawat sudah terlihat aerodinamiknya.

Proses kemudian berlanjut ke uji terowongan ke-2 dan ke-3, baru masuk ke fase detil desain. Di sini seluruh komponen pesawat digambar secara detil. Proses berikutnya ialah pembuatan prototype.

"Baru roll out dan terakhir test flight dalam rangka sertifikasi," jelasnya.

PTDI dan LAPAN menargetkan pesawat N245 bisa mengantongi sertifikasi dari regulator penerbangan nasional pada akhir 2019.


Hanggar PT DI

Agus menjelaskan, pengembangan N245 relatif tidak terlalu komplek daripada pengembangan N219, karena N245 merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari CN235 yang telah lama dikembangkan oleh PTDI bersama Airbus Military. Dengan modifikasi, N245 bisa memiliki kapasitas 50 sampai 60 penumpang.

"Kebutuhan pasar dengan kemampuan basic CN235, itu kita akan modifikasi dari versi militer jadi versi sipil dengan ganti engine yang lebih efisien dan lebih irit. Kemudian avionic system pada cokpit diganti dengan varian terbaru yakni glass cockpit," tuturnya.

Untuk varian N270, PTDI dan LAPAN merencanakan pengembangan pesawat ini pada periode 2019-2024. N270 dirancang mampu membawa penumpang antara 70 sampai 90 orang.

"N270 itu memanjangkan yang N245 jadi 70-90 penumpang. Ini biaya development lebih irit karena hanya pengembangan," jelasnya.

Laut Cina Memanas, TNI AL Kirim 7 KRI ke Natuna

Kapal Perang TNI AL

TNI Angkatan Laut mengerahkan 7 kapal KRI untuk memberi deterrence effect kepada sejumlah negara yang bersengketa di wilayah perairan Laut Cina Selatan. Ketujuh kapal KRI tersebut sudah berada di Lanal Ranai, Natuna.

“Itu kan operasi rutin, kita kan dalam 365 hari kegiatan patroli itu kegiatan patroli pengamanan perbatasan, ZTE. Dan juga kegiatan patroli yang berkenaan dengan keadilan di laut, baik di Laut Natuna, Sulawesi, maupun Samudera Hindia. Termasuk yang sudah tergelar berkaitan dengan kerjasama bersama tetangga, patroli koordinasi,” kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Ade Supandi di Mabes Angkatan Laut, Cilangkap, Jakarta, Jumat (6/11).

Namun Laksamana Ade Supandi, tak menyebutkan tujuh KRI tersebut. Akan tetapi, dia mengatakan pihaknya melakukan pengawasan dan mengamankan jalur laut.

“Mengamankan jalur-jalur pendekat ke kita, jadi tidak bisa sembarangan. Terus ada kegiatan inventionaly belakangan ini dan baru menggerakkan unsur, sebenarnya kan nggak. Kalau di lihat dari laporan-laporan AL ke Mabes TNI itu adalah bagian dari komitmen dari Mabes TNI untuk menjaga kedaulatan NKRI, termasuk di Laut Sulawesi,” kata mantan Pangarmatim ini.
Sebelumnya, situasi di Laut China Selatan makin panas. Ketegangan di Laut China Selatan belakangan memanas seiring kapal perang Amerika Serikat yang melakukan patroli di Laut Cina Selatan.

Sementara Indonesia masuk dalam pusaran konflik Laut China Selatan setelah pemerintah Tiongkok memasukkan sebagian wilayah Natuna ke peta wilayahnya. Meski belum berpengaruh terhadap hubungan Jakarta-Beijing, sikap keras diperlihatkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang menolak ajakan Menteri Pertahanan Tiongkok Chang Wanquan untuk menggelar latihan bersama di Laut China Selatan.

Jenderal Gatot beralasan, semua negara harus menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas militer di kawasan tersebut.

Rusia Belum Terima Permintaan Resmi Pembelian Pesawat Tempur dari Indonesia

Super Flanker Rusia [Business insider]
Rusia belum menerima permintaan resmi dari Indonesia mengenai pembelian pesawat tempur generasi 4++ Su-35 dan kendaraan infanteri BMP-3F. Keputusan mengenai pembelian akan diumumkan segera setelah penetapan APBN. Demikian hal tersebut dikabarkan Kepala Hubungan Eksternal Rosoboroneksport Viktor Brakunov selama pameran Defense & Security 2015 kepada RIA Novosti, Kamis (5/11).

“Militer Indonesia tertarik memperoleh senjata baru dan peralatan militer buatan Rusia, termasuk pesawat tempur dan kendaraan infanteri. Namun, sejauh ini kami belum menerima permintaan resmi dari pihak Indonesia karena saat ini sedang ditetapkan anggaran negara untuk lima tahun ke depan. Bila hal tersebut telah ditetapkan dan permintaan disetujui, akan segera dilaksanakan negosiasi yang substansial,” kata Brakunov.

Pada saat yang sama, juru bicara sekaligus perwakilan senior dari AU Indonesia mengatakan selama pameran dirgantara MAKS-2015 yang diselenggarakan pada bulan Agustus lalu di Zhukovsky, bahwa pembelian Su-35 untuk mendukung Angkatan Udara negara adalah prioritas.
Pada bulan September lalu, Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengumumkan niatnya untuk membeli satu skuadron Su-35 untuk menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger milik Amerika yang usianya sudah mencapai empat dekade.

Pada bulan Maret 2015, Dirjen Rosoboroneskport Anatoly Isaikin mengabarkan bahwa Indonesia tengah mempersiapkan penandatanganan kontrak penyediaan pasokan baru kendaraan infanteri BMP-3F yang sekarang berhasil digunakan dalam Korps Marinir Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pasokan pertama dari 17 kendaraan dikirimkan dalam rangka perjanjian pinjaman Indonesia senilai satu miliar dolar AS dari Rusia, yang ditandatangani pada bulan September 2007 silam ketika Presiden Vladimir Putin datang berkunjung ke Jakarta.

Pameran Defense & Security diadakan sejak tahun 2003. Tema pameran ini adalah seputar senjata dan peralatan militer untuk Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, senjata nonmematikan, perkembangan terbaru dalam peperangan melawan terorisme, dan isu-isu lainnya. Acara tahun ini akan dikunjungi oleh lebih dari 100 delegasi dari 45 negara.

RBTH 

[Foto] PT DI Selesaikan Pesawat NC212i Pesanan Filipina

Pada akhir 2013 lalu, PT Dirgantara Indonesia (Persero) memperoleh kontrak dari pemerintah Filipina untuk pengadaan dua unit pesawat NC212i. PT DI pun terus menyelesaikan pembuatan pesawat pesanan pemerintah Filipina tersebut.


Para pekerja menyelesaikan pembuatan pesawat NC212i pesanan pemerintah Filipina di hanggar milik PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/11/2015).


Kedua pesawat generasi terbaru dari NC212-200 atau NC212-400 pesanan Filipina ini nilai kontraknya sebesar 820 juta peso Filipina atau sekitar Rp 225 miliar.


Pesawat ini untuk keperluan Philippines Air Force.


 Pengerjaan pesawat ini memakan waktu sekitar 18-20 bulan.


Pengerjaan pesawat ini tinggal tahap akhir sebelum diserahkan.