Wednesday 11 November 2015

Nggak Lucu, Letkol James, Pilot Senior Tentara Amerika Tak Tahu Lihat GPS Ambalat

Perwira menengah Angkatan Laut Amerika Serikat, Letkol James Patrick Murphy mengangkat tangan sesaat setelah dipaksa mendarat oleh TNI AU di Lanud Tarakan, Senin (9/11/2015). Pilot pesawat asing Cesna tersebut masuk wilayah Indonesia secara ilegal dan masih ditahan hingga Rabu (11/112015). (Hand-Out/Lanud Tarakan) 

Perwira menengah Angkatan Laut Amerika Serikat, Letkol James Patrick Murphy diduga berbohong atas pelanggarannya melintasi udara wilayah Indonesia. Pilot yang menerbangkan pesawat Cesna itu beralibi tidak mengetahui Tarakan masuk wilayah NKRI, mengira bagian dari Malaysia.

“Keterangan dari Kemenhub, mereka tidak ada mengeluarkan surat izin seperti itu. Berarti dia bohong,” ujar Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Tarakan Letnan Kolonel (Letkol) Penerbang Tiopan Hutapea kepada TribunKaltim.co, Selasa (10/11/2015) malam.

Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Tarakan Letnan Kolonel (Letkol) Penerbang Tiopan Hutapea bersama tim memeriksa pesawat asing Cesna yang masuk wilayah Indonesia secara ilegal, Senin (9/11/2015). Pesawat dan pilotnya, perwira menengah Angkatan Laut Amerika Serikat, Letkol James Patrick Murphy masih ditahan hingga Rabu (11/112015). (Hand-Out/Lanud Tarakan)
Letkol Tiopan menambahkan, “Kami cek lagi mengapa masuk wilayah Indonesia, tetapi dia bilang, dia tidak tahu Tarakan bagian dari Indonesia, dia mengira wilayah Malaysia. Itu alibi dia.”

Personel Pangkalan Udara (Danlanud) Tarakan membawa pilot asal Amerika, James Patrick Murphy (tengah). James adalah perwira aktif Penerbang Angkatan Laut AS (US Navy) dengan pangkat Letnan Kolonel. Ia menerbangkan pesawat jenis Cesna dari Hawai menuju Kuala Lumpur, secara ilegal memasuki wilayah kedaulatan Indonesia, sehingga dipaksa TNI mendarat di Bandara Juwata Tarakan, Senin (9/11/2015). (Hand-Out/Lanud Tarakan)
Berdasarkan penuturan Danlanud, ketika penyergapan dilakukan pasukan TNI yang menerbangkan dua unit pesawat tempur Sukhoi, berlangsung di atas, di angkasa, pilot Sukhoi menanyakan tentang surat izin pilot kapal asing tersebut.

Jawaban dari James, dia memiliki semua surat izin penerbangan termasuk memasuki wilayah ambang batas laut (Ambalat) antara Indonesia dan Malaysia. Menurutnya surat-surat itu diurus perusahaan yang menyuruhnya menerbangkan Cesna dari Hawaii ke Singapura.

Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Tarakan Letnan Kolonel (Letkol) Penerbang Tiopan Hutapea (kiri) memeriksa pesawat asing Cesna yang masuk wilayah Indonesia secara ilegal, Seenin (9/11/2015). Pesawat dan pilotnya, perwira menengah Angkatan Laut Amerika Serikat, Letkol James Patrick Murphy masih ditahan hingga Rabu (11/112015). (Hand-Out/Lanud Tarakan)
Tapi berdasarkan TNI menduga James masuk wilayah Indonesia tanpa izin sehingga dia dipaksa mendarat (force down) ke Landasan Udara atau Bandara Juwata, Tarakan.

Setelah ditanyai di darat, James termasuk anggota tentara senior, pengalaman 20 tahun sebagai penerbangan. Lalu James menunjukkan lisensi bernomor DGCA/AT/5204/11/15, yang menurutnya berasal dari otoritas Indonesia.

Surat ini segera dikonfirmasi petugas pengatur udara ke Kementerian Perhubungan RI di Jakarta selaku instansi yang berwenang mengeluarkan surat iniz penerbangan. Pengecak dilanjutkan ke Mabes TNI dan Kementerian Luar Negeri, dan ternyata tidak ada.

James pun menuruta alat pantauan posisi (GPS), ia masih tidak masuk Indonesia saat terbang.
“Lalu saya bilang, saya juga penerbang, tidak bisa sembarang begitu. Saya juga punya GPS. Apalagi dia penerbang sudah 20 tahun. Saya bilang, sejak Indonesia merdeka tahun 1945, Tarakan sudah berada dalam wilayah Indonesia, kecuali baru-baru saja,” kata Tiopan.

Mendadak Berubah Jalur Penerbangan

Kebohongan lainnya, Letkol James, sesuai rute terbang awal (plan flight), dia terbang dari Honolulu, Hawaii ke Tarawah (Kiribata Island), dan dari Tawarah menuju kawasan Micronesia sekitar 4,000 km (2,485 mil) barat daya dari pulau Hawaii.

James sedianya melewati Filipina, lalu ke Sandakan (Malaysia), Kamin dan Toman di Malaysia, dan terakhir ke Bandara Seletar di Singapura.

Tapi setelah setengah jam terbang, dia mendadak mengubah rute dari Filipin ke bawah, melintasi Ambalat Tarakan, Indonesia.

“Itu diperbolehkan tapi harus melalui prosedur. Dapat izin saja, pesawat asing belum tentu kita bolehkan lewat Ambalat, apalagi sedang adala masalah (sengketa antara Indonesia lawan Singapura soal Ambalat, Red). Yang cukup fatal, saya tanyakan ke dia, bagaimana masuk tanpa izin, dia bilang perusahaan tempat dia bekerja. Dia bilang all is approve, tapi kenyataannya, tidak ada,” ujar Tiopan.
Hingga berita ini dimuat, belum diperoleh keterangan langsung dari Letkol James. Ia masih diperiksa, dan belum boleh berkomunikasi dengan wartawan.

Hingga Selasa kemarin, TNI bekerja sama dengan penyidik pegawai negeris sipil (PPNS) Kemenhub bersama pihak Imigrasi masih mendalami pelanggaran Letkol James.

TNI telah menanyakan perihak Letkol James komunikasi dengan Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Jawaban dari pihak kedubes, mengingat Letkol James, walaupun anggota militer AS, sedang bertugas untuk perusahaan swasta, maka pihak kedubes tidak mengurusinya.

Segala sesuatu menyangkut keperluan sehari-hari, hingga urusan hukum menjadi tanggung jawab perusahaan yang mempekerjakannya menerbangan pesawat Cesna, yakni Atlas Support Company yang berpusat di Hawaii, Amerika Serikat. Kedutaan sebatas memonitor. Dalam hal ini Atlas merupakan perusahaan pengiriman pesawat di Hawaii tujuan Singapura.

“Selama tidak clearance, tidak akan dilepas. Dia dan pesawatnya masih kami tahan di Lanud Tarakan,” kata Tiopan sembari menyebut dia telah melakukan kejadian ini Markas Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan hingga ke Mabes TNI.

Kemarin diberitakan Tribun Kaltim, pilot pesawat jenis Cirrus Fixed Wing Single Engine N-90676 turun paksa (force down) ke Lanud/Bandara Tarakan. Upaya ini dilakukan personel TNI yang menerbangkan dua pesawat Sukhoi dari Skuadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.
Kedua pesawat tersebut sempat mengejar pesawat asing pada ketinggian 12 ribu kaki.

No comments:

Post a Comment