Tuesday 8 December 2015

Dubes Inggris Sarankan Indonesia Pangkas Birokrasi

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik mengungkapkan sejumlah saran kepada pemerintah Indonesia untuk membantu meningkatkan produksi yang berujung pada peningkatan penggunaan energi terbarukan di Indonesia. (Victor Maulana/Sindonews)

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik mengungkapkan sejumlah saran kepada pemerintah Indonesia untuk membantu meningkatkan produksi yang berujung pada peningkatan penggunaan energi terbarukan di Indonesia.

Salah satu saran yang disampaikan Moazzam adalah pemangkasan birokrasi, dimana menurutnya banyak sekali regulasi yang hanya diikuti bagi sebuah perusahaan yang sedang berusaha untuk mencari dan memproduksi sumber energeri terbarukan.

"Ada banyak isu regulasi yang harus diatasi untuk meningkatkan sektor energi terbarukan, misalnya harus mengizinkan proyek baru, misalnya dalam laut atau di daerah khusus untuk negeri yang berasal panas bumi," ucap Moazza.

"Banyak kebijakan dan peraturan yang diperlukan untuk mempercepat peningkatan potensi di sektor itu," sambung pria keturunan Pakistan tersebut pada Minggu (6/12).

Moazzam juga menyebut penggunaan energi terbarukan adalah salah satu cara yang digunakan oleh negaranya untuk mengurangi emisi. Isu mengenai penggunaan energi terbarukan sendiri terus menguat, seiring dengan semakin terasanya perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global.

Isu ini semakin menguat setelah sejumlah kepala negara menyampaikan saat berbicara di konfrensi ilklim di Paris, Prancis awal Desember lalu.

Sindonews

Megawati Bilang Indonesia Keok jika Diserang Singapura

Presiden Indonesia Kelima, Megawati Soekarnoputri. (Dok. Sindo).

Kekuatan tempur TNI dinilai tidak mampu menahan serangan negara tetanggap seperti Singapura. Maka itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) diminta segera memperbarui peralatan tempur milik TNI.

Presiden Indonesia kelima, Megawati Soekarnoputri menceritakan pengalamannya ketika berlayar menggunakan kapal perang milik TNI. Pada kesempatan itu dia dikabarkan akan ada penyerangan dari sebuah kapal selam.

"Saya diminta pura-pura kalau ada penyerangan dari kapal selam. Tapi saya tanya kepada Jenderal TNI, kapal selam dari mana," ujar Megawati ketika memberikan sambutan dalam Simposium Kebangsaan, Refleksi Nasional Praktek Konstitusi dan Ketatanegaraan Pasca Reformasi di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (7/12/2015).

Kemudian dia mendapat kabar dari seorang Master of Ceremony (MC) kapal perang yang ditumpangi akan melakukan tembakan ke bawah laut untuk membidik kapal selam musuh. Beberapa saat kemudian bom diluncurkan. "Tapi setelah ditunggu beberapa saat, kok sepi. Bom tidak meledak," ucapnya.

Dia menambahkan, peralatan tempur milik TNIyang sudah usang bukan hanya di Angkatan Laut (AL) saja. Menurutnya, peralatan tempur milik TNI Angkatan Udara (AU) dan Angkatan Darat (AD) juga banyak yang sudah usang.

"Saya bilang kalau Singapura pesawatnya serang Indonesia, bisa keok kita. Ini bukan menghina, tapi begitu memang nyatanya," tandasnya.


Sindonews

Pesawat Mata-mata Canggih AS Bakal Manuver di "Hidung" Indonesia

Pesawat mata-mata canggih Poseidon P8 AS yang bakal beroperasi di Singapura. | (Reuters)

Pesawat mata-mata canggih Poseidon P8 Amerika Serikat akhir bulan ini akan bermanuver di wilayah Singapura yang dekat dengan Indonesia. Pesawat mata-mata AS itu akan manuver di tengah ketegangan terkait konflik Laut China Selatan.

Singapura telah memberi izin pada AS untuk mengoperasikan pesawat mata-mata P8 di wilayahnya. Tujuan manuver pesawat itu diklaim untuk mendukung "upaya keamanan maritim" serta mengamati aktivitas China terkait polemik klaim Laut China Selatan.

Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, dan Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen, telah membuat pernyataan bersama. Isinya, kesepakatan Washington dan Singapura soal operasi pesawat mata-mata P8.

Kedua menteri pertahanan itu juga menyatakan puas dengan hasil pertemuan mereka dan diharapkan operasi serupa bisa lebih lanjut dilakukan di wilayah Singapura.

”Penyebaran pesawat ini akan mempromosikan interoperabilitas yang lebih besar dengan militer regional melalui partisipasi dalam latihan bilateral dan multilateral, sambil memberikan dukungan yang tepat waktu untuk HADR (Humanitarian and Disaster Relief) regional dan upaya keamanan maritim,” bunyi pernyataan bersama yang dipublikasikan di website Departemen Pertahanan AS, seperti dikutip Reuters, Selasa (8/12/2015).

Pesawat mata-mata Poseidon AS sebelumnya telah melakukan sejumlah operasi di Jepang, Filipina dan Malaysia. Selain kesepakatan pengoperasian pesawat P8, Singapura dan AS sepakat bekerjasama dalam memerangi terorisme dan pembajakan.

Bulan lalu, dua pesawat pembom strategis B-52 AS terbang di dekat pulau buatan China di Laut China Selatan. Pilot pesawat pembom itu mengabaikan seruan Beijing agar hengkang dari wilayah udara yang diklaim China. Pada akhir Oktober, kapal perang AS, USS Lassen, juga bermanuver di wilayah yang berjarak 12 mil dari kawasan Kepulauan Spratly, Laut China Selatan, yang diklaim China.
Sindonews

Detik-detik Menegangkan TNI Taklukan Kota Dili dari Fretilin

Mengenang 40 Tahun Penerjunan Nanggala V Kopasandha

Ilustrasi, (SINDOphoto).

Desingan peluru menghujani anggota Kopassandha saat melakukan penerjunan di Kota Dili, Timor Leste pada 6 Desember 1975 silam.

Beberapa prajurit dari pasukan elite TNI itu selamat, namun beberapa di antaranya terpaksa mendarat di tiang listrik, pepohonan, dan di laut. Bahkan, tidak sedikit yang tewas menjadi martir akibat tertembus peluru dari senjata musuh.

Tercatat, sebanyak 13 prajurit Kopassandha tewas, lima hilang setelah terjun di laut, tujuh prajurit luka-luka. Sedangkan 72 prajurit lainnya batal diterjunkan karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Minimnya informasi intelijen mengenai kekuatan persenjataan musuh, kondisi cuaca, lokasi penerjunan menjadi penyebab utama operasi tidak berjalan mulus.

Namun berkat kegigihan dan keberanian para prajurit yang kini disebut Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Kota Dili berhasil dikuasai hanya dalam waktu tiga jam dari tangan Fretilin, kelompok bersenjata yang berideologi komunis.

Begitulah suasana 40 tahun lalu, ketika pasukan Baret Merah berusaha merebut daerah yang pernah menjadi provinsi terakhir Indonesia.

"Serbuan ke Kota Dili saya anggap sebagai tragedi kemanusiaan yang dialami Group Parako Nanggala V. Itu sangat sulit saya lupakan," kenang mantan Komandan Detasemen Nanggala V Kopassandha, Letjen Purn. Soegito saat menghadiri Peringatan 40 Tahun Penerjunan di Kota Dili, di Gedung Chandrasa, Mako Kopassus, Cijantung, kemarin.

Bagaimana tidak, minimnya persiapan membuat prajurit berlatih secara sederhana dengan perbekalan yang tidak memadai.

Bahkan di tengah ketidakpastian mengenai waktu operasi, para prajurit yang saat itu berada di Lanud Iswahjudi, Madiun, tidak mendapat perawatan dan pelayanan semestinya sebagai pasukan yang akan bertempur memertaruhkan nyawanya.

"Sungguh sangat menyedihkan, saya sebagai komandan terpaksa mengambil tindakan dengan menarik uang lauk pauk anggota supaya latihan bisa dilaksanakan. Sebanyak 263 prajurit untuk makan saja harus cari sendiri," tuturnya.

Bahkan ketika waktu penerjunan akan dilaksanakan, para prajurit Kopassandha harus duduk berdesak-desakan selama enam jam penerbangan dengan dibebani perlengkapan seperti, payung utama, payung cadangan, senjata lengkap dan perbekalan seberat total 35 Kg.

"Tentu saja itu menyisakan letih, lelah, frustasi, karenanya begitu pintu pesawat terbuka banyak anggota Kopassandha yang terkejut disambut dengan Desingan peluru musuh," tuturnya.

 "Tapi sebagai pasukan yang memang disiapkan, kami tidak pernah menyesali dan menyalahkan siapapun. Kami hanya berharap semua ini bisa jadi pelajaran," imbuhnya.

Pengalaman yang sama juga dirasakan Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan, yang saat itu menjabat posisi sebagai Komandan Kompi A.

"Saya masih ingat semuanya dengan jelas, apa yang namanya perjalanan kita itu. Saya terharu karena saya bisa begini karena prajurit kita yang sudah pergi (gugur)," ucapnya sambil meneteskan air mata.

Diakui oleh Luhut, saat itu semua prajurit dalam kondisi tertekan, dan tegang. Saat terbang menuju lokasi penerjunan prajurit pun harus berdesak-desakan selama enam jam dengan perlengkapan yang cukup berat, sehingga tidak memungkin untuk bergerak.

Bahkan dirinya harus berdiri sekitar satu jam sebelum terjun, sebuah kondisi yang tidak biasa, mengingat penerjun biasanya hanya berdiri selama 10 menit.

"Kami di pesawat begitu keluar dari pesawat bukan karena berani saja tapi juga karena kelelahan. Ada prajurit yang kencing dan buang air di celana karena sudah tidak bisa apa-apa," kenang mantan Dansat Gultor 81 ini.

Meski memiliki keterbatasan, namun operasi dinyatakan berhasil karena tiga sasaran berupa, bandara, pusat pemerintahan dan pelabuhan mampu direbut Kopassandha.

"Saya ingin memberikan pelajaran kepada prajurit-prajurit Kopassus untuk melakukan perencanaan yang baik dan yang paling penting saya pikir adalah spirit pasukan khusus itu tidak pernah menyerah," tandas Luhut.

Sidonews

Menhan Tinjau Produksi Jaringan Telekomunikasi Anti Sadap

Jaringan Aman Mandiri (photo : GalaMediaNews)

Perkuat Keamanan Negara dengan Jaringan Aman Mandiri

Teknologi selalu ada baik dan buruknya. Pun demikian saat kita bicara tentang teknologi dalam bidang telekomunikasi publik. Di satu sisi perkembangannya kian memudahkan dalam berkomunikasi, di sisi lain rentan dalam hal peretasan dan pencurian informasi. Terlebih, jika perangkat telekomunikasi yang digunakan itu teknologinya sepenuhnya berasal dari luar negeri.

Untuk itulah dibutuhkan jaringan telekomunikasi khusus. Dengan jaringan telekomunikasi khusus ini, kerahasiaan data dan informasi lebih terjamin, karena memiliki sistem keamanan yang dibangun sendiri. Seperti yang dilakukan oleh PT Hariff Daya Tunggal Engineering dengan mengembangkan Jaringan Aman Mandiri (JAM).

JAM sendiri merupakan jaringan yang berbasis protokol dan enkripsi khusus yang dinamis dengan pengamanan hardware dan software yang didesain secara unik dan mandiri. Jaringan ini akan berjalan di frekuensi 3.3GHz.

Menurut Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, kebutuhan akan teknologi telekomunikasi dengan menggunakan jaringan aman dan mandiri di bidang pertahanan sangat diperlukan. Apalagi jika produk itu dikembangkan oleh putra bangsa.

“Kami mendukung sepenuhnya pengembangan teknologi komunikasi yang dikembangkan sendiri. Kalau bukan kita yang menggunakan siapa lagi,” ungkapnya dalam kunjungan pabrik dan live demo pengaplikasian Jaringan Aman Mandiri di pabrik Hariff Daya Tunggal Engineering di Bandung, Senin (7/12).



Telpon seluler anti sadap (photo : SindoNews)

JAM didesain dengan memaksimalkan sumber daya dalam negeri, menggunakan pengamanan hardware, software serta memberikan opsi kepada pengguna untuk sistem keamanan sendiri.

“Ada tiga keunggulan yang dimiliki JAM dibanding produk sejenis, diantaranya bahwa ini adalah produk dalam negeri yang dibuat untuk memininalkan interaksi dengan jaringan publik, ini menggunakan hardware dan software dalam negeri, dan ini menggunakan double kunci. Jadi tidak hanya PT Hariff yang bisa mengenkripsi. Pengguna juga bisa,” jelas Danu Prakuntadi, Direktur PT Harrif Daya Tunggal Engineering.

Di lingkungan TNI, JAM bisa digunakan untuk operasi taktis dan komunikasi teritorial, yang diakui Budi Permana, Direktur Utama PT Hariff Daya Tunggal sangat terjamin keamanannya. Hal ini dikarenakan JAM memiliki sistem enkripsi sendiri.

Budi menambahkan, hingga saat ini belum ada komitmen tertulis dari Kementrian Pertahanan untuk menggunakan jaringan ini. Namun tak menampik adanya rencana itu.

“InsyaAllah tahun depan. Untuk sementara di internal Kemenhan dulu. Tapi kapan tepatnya kita belum tahu,” katanya.

Ke depannya, JAM juga tidak hanya akan bisa digunakan untuk lingkungan TNI saja, tetapi juga bidang lain di luar itu, misalnya perbankan, kesehatan dan banyak lagi.

“Kita ingin fokus di dalam negeri. Luar negeri ngga dulu lah,” tambah Budi lagi saat disinggung mengenai kemungkinan memasarkan JAM ke negara lain.

defense studies